06: Tanda

12.6K 1.3K 31
                                    

Aby mengernyit bingung ketika Jessy--pengawas restoran --menatapnya dengan tatapan aneh. Apalagi teman-teman di kafe juga turut menatapnya aneh sekaligus geli.

Hal tersebut berlangsung hingga ia mengantarkan pesanan pengunjung  yang juga menatapnya dengan tatapan yang ia sendiri tidak paham maknanya.

Merasa tidak nyaman dengan tatapan para pengunjung, Aby berdiri linglung di depan dapur restoran sampai Jessy menegurnya.

"Aku tidak tahu mengapa orang-orang memandangku aneh. Apa ada yang aneh denganku?" tanya Aby gugup.

Jessy menatap Aby dengan kernyitan. Senyum mesum muncul pada wajah yang membuatnya tampak menyeramkan di mata Aby.

"Kau sudah melepas keperawananmu,  eh?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaan Aby, yang membuat gadis itu terbelalak.

"Apa maksudmu?"

"Jangan pura-pura tidak mengerti." Jessy mengibas tangannya. "Tanda merah di lehermu pertanda jika kau sudah melepas perawan di usia sembilan belas tahun," katanya menatap Aby dengan senyum yang mengandung arti.

"Jes, a-aku benar-benar tidak mengerti maksudmu. Aku tidak pernah melakukan hubungan seks dan aku pastikan jika aku masih perawan," jelas Aby tidak terima dengan tuduhan Jessy.

"Kau yakin tidak pernah melakukan seks?"

Aby mengangguk yakin karena memang dirinya tidak pernah melakukan seks dengan siapa pun. Jessy kemudian menarik Aby menuju kamar mandi yang terletak tak jauh tempat mereka saat ini berada.

"Ini lihat." Jessy menunjuk ke arah leher Aby melalui kaca yang memantulkan tubuh mereka berdua. "Ini, ini, dan ini," tunjuknya lagi.

Aby terbelalak lebar menatap ngeri bayangan lehernya yang penuh dengan tanda merah. Aby adalah mahasiswi kedokteran yang usianya sudah 19 tahun dan Aby tidak bodoh untuk mengetahui jika merah pada kulit lehernya adalah bekas tanda ciuman kuat.

Aby tidak tahu pilihan apa yang harus ia pilih antara percaya jika ada orang yang memerkosa dirinya tadi malam dan ia lupa  atau kah tadi malam ia mabuk sehingga melakukan hubungan seks pada orang tidak di kenal. Tapi, semua pilihan tersebut rasanya tidak ada yang benar. Pasalnya area selangkangannya tidak terasa perih atau sakit yang menandakan jika dirinya tidak melakukan seks tadi malam.

Memikirkan hal tersebut membuat kepala Aby terasa berat. Tubuhnya linglung tidak bertenaga dan bayangan gelap segera menghampiri gadis cantik itu.

"Aby!" Jessy menahan tubuh Aby agar tidak membentur lantai. Gadis itu berteriak minta tolong ketika menyadari jika salah satu karyawan jatuh tak sadarkan diri.

"Sebenarnya ada apa dengan Aby?" tanya Robert menatap Jessy yang berdiri di dekat sofa. Aby sendiri sudah di baringkan di atas sofa yang terletak di dalam ruang karyawan untuk bersantai.

"Aku tidak tahu, Rob. Aku hanya menunjukkan bekas tanda ciuman di lehernya dan menanyakan jika dirinya sudah tidak perawan lagi." Jessy menjelaskan. "Tapi, tiba-tiba dia pingsan dan aku tidak tahu apa-apa,"  jelasnya juga ikut panik.

"Bagaimana bisa dia tidak tahu apa-apa tentang tanda ciuman itu?" Margarett berdecih sinis. "Mungkin saja dia hanya pura-pura tidak tahu dan pura-pura pingsan biar orang melupakan jika dirinya sebenarnya bukan gadis polos," cibirnya.

"Tutup mulutmu, Margateth. Kembali bekerja dan jangan urusi urusan yang bukan ranahmu," kecam Jessy memelototi Margareth.

"Terserah." Margareth mencibir sebelum memilih keluar dengan mengentakkan kakinya di lantai. Dia juga tidak sudi berada dalam satu ruangan yang sama dengan gadis sok polos dan sok cantik seperti Aby.

"Bangunkan dia," perintah Rob selaku manajer restoran dan kafe tempat Aby bekerja.

"Sekarang, Rob?"

"Tunggu ada pangeran berkuda putih lebih dulu yang menjemputnya." Rob menyahut ketus membuat Jessy meringis.

Jessy bersiap untuk membangunkan Aby yang tengah tak sadarkan diri sebelum akhirnya mereka mendengar suara gaduh yang berasal dari luar ruangan.

Segera Rob dan Jessy bergerak keluar untuk melihat situasi sementara Aby mereka tinggalkan begitu saja.

Tak lama setelah mereka keluar, seorang pria dengan mengenakan hodle hitam yang menutup sebagian wajahnya melangkah masuk. Pria itu menunduk menatap Aby yang masih memejamkan matanya.

Terlihat pria itu mengeluarkan sebuah jarum suntik dan menyuntiknya pada tubuh Aby. Setelah membuang asal suntikan tersebut, tubuh Aby di angkat oleh pria itu dan di bawa keluar dari ruangan.

"Bagaimana ini bisa terjadi? Apa ada yang terluka?" tanya Rob panik.

"Tidak ada. Sepertinya ini peluru nyasar atau bisa jadi ada pembunuh bayaran yang mengincar tamu kita?"   Chef Brithy menatap Rob ragu tentang pendapatnya saat ini.

Tadi saat kafe dan restoran sedang rantai-ramainya, terdengar suara letusan tembakan sebanyak dua kali yang mengejutkan para pengunjung sehingga membuat kekacauan. Ketika melihat lokasi penembakan, Brithy justru di buat heran mendapati dua peluru tertancap dinding yang tidak ada orang sama sekali di sekitarnya. Jadi, sebenarnya si penembak mengincar siapa? Batin mereka bertanya-tanya.

"Ah, bisa jadi ini hanya peluru nyasar." Rob tersenyum menatap para pengunjung yang berkumpul. "Kami minta maaf atas ketidaknyamanan kalian. Kami akan memastikan hal seperti ini tidak akan terjadi lagi," ucap Rob tanpa menghilangkan senyum manisnya. "Pengunjung silakan menikmati hidangan yang tersedia lagi. Kami dari kafe dan restoran Vugoe meminta maaf dan menjamin akan keselamatan para pengunjung."

Setelah di yakinkan, akhirnya para pengunjung kembali ke tempat masing-masing. Sementara Rob dan  karyawan inti Vugoe segera bergerak menuju ruangannya.

"Periksa CCTV yang ada. Lalu, periksa di luar siapa tahu kita menemukan sesuatu yang mencurigakan, dan sisanya ikut aku untuk memeriksa brankas uang. Tidak ada yang tahu jika ini hanya jebakan para perampok." Suara Rob memberi perintah pada keamanan Vugoe dan asistennya yang langsung bergerak sesuai dengan perintah masing-masing.

Tak berapa lama mereka kini berkumpul di ruangan Rob dengan informasi yang mereka dapatkan.

"Tidak ada hal yang mencurigakan setelah aku menginterogasi beberapa karyawan dan pengunjung di tempat kejadian." Jessy menyampaikan informasi yang ia dapatkan.

"Aku juga sudah memeriksa brankas uang dan tidak ada yang  hilang." Kali ini Rob buka suara menatap Jessy dan Mark.

"Aku menemukan sesuatu yang mencurigakan di CCTV."

Mark membuka CCTV melalui Ipad yang ia bawa dan menunjukkan seseorang yang terlihat mencurigakan masuk ke dalam ruang istirahat karyawan. Tidak lama setelah itu, pria yang tidak terlihat wajahnya itu keluar dengan membopong seseorang dan keluar melalui pintu samping.

Rob dan Jessy terbelalak melihat siapa yang berada dalam gendongan orang itu. "Aby?" seru Rob dan Jessy secara bersamaan.

"Ini rekaman di dalam ruang istirahat. Lihat, orang itu juga memasukkan cairan ke dalam tubuh Aby melalui suntikan,"  ujar Mark menunjukkan apa yang di pegang oleh pria itu.

Jessy kontan terbelak tidak percaya.
"Berarti Aby di culik seseorang?" seru Jessy panik.

"Apa yang harus kita lakukan?" Rob bertanya panik. Tidak lama suara telepon dalam ruangan berbunyi membuat Rob mau tak mau segera mengangkat panggilan tersebut.

"Hubungi polisi dan aku pastikan restoran serta kafe tempatmu bekerja akan tinggal kenangan."

"Siapa kau?"

"Aku malaikat mautmu dan keluargamu jika kau berani mengusikku."




[5]  MYSTERIUS MAN [Alfred Kenzove]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang