Rafael berdecak kesal menatap arloji mahal di pergelangan tangannya. Sudah satu jam Rafael menunggu kedatangan Gabby di cafe universitas, dan sialnya selama itu pulalah keberadaan Gabby seakan hanyalah hal yang sia-sia Rafael tunggu-tunggu."Come on, babe. Aku lelah menunggu sahabatmu itu dan aku ingin cepat sampai rumah.." rajuk Liana pacar Rafael kesal. Wanita bersurai blonde itu terus berusaha mengambil perhatian Rafael yang sedari tadi hanya fokus pada ponsel miliknya.
Rafael mengernyit samar. Mendapati Liana yang menatapnya kesal demgan beberapa gelas jus yang tandas wanita itu habiskan untuk menunggu Gabby.
Sejenak Rafael dilanda rasa bingung. Di satu sisi ia ingin menunggu Gabby hingga wanita keturun setengah Korea itu datang dan mengantarnya pulang hingga selamat, tapi di satu sisi lain Rafael merasa tidak tega dengan Liana yang terus merajuk meminta pulang padanya.
"Sebenarnya yang kekasihmu atau Gabby atau aku sih? Jujur aku lelah dengan ini, Rafael.."ucap Liana tiba-tiba. Yang dalam sekejap mampu membuyarkan semua pikiran Rafael.
Tidak, salah.
Bukan hanya Rafael, tapi juga tiga sahabat Rafael yang entah kenapa selalu setia mengikuti kemanapun Rafael pergi.
"Kau.. Sedang keberatan denganku, Liana?"balas Rafael balik bertanya dengan nada santainya, yang entah kenapa justru menjadi alarm bahaya bagi Liana.
Celakalah Liana dengan keceplas-ceplosannya.
Sammuel yang melihat itu hanya tersenyum simpul, memalingkan wajah dari sana seakan-akan memandangi pemandangan di luar Cafe jauh lebih menyenangkan ketimbang menonton drama picisan di hadapannya. Hanya Tuhan dan diri Sammuel sendirilah yang tau apa yang sedang ia pikirkan saat ini.
"Ti.. Tidak, babe... Kau tahu? Aku sedang lelah dengan tugas kuliah hari ini ditambah harus menunggu seperti ini. Jadi.. Tadi aku hanya asal bicara saja. Kau memaafkan ku kan?" sanggah Liana cepat.
"Maafkan dia Raf.. Lagi pula setidaknya kau antar saja Liana pulang dulu baru mengurusi masalahmu dengan Gabby. Kau tahu sendiri bagaimana keras kepalanya Gabby, gadis itu tidak akan datang dalam waktu dekat ini! Sudahlah aku hatus pergi sekarang, see you soon , dude!"lerai Alan membantu Liana.
Rafael menghela nafas pelan mendengar saran Alan padanya. Secuek apapun Rafael, ia tak kan pernah mengabaikan saran dari temannya. Rafael sadar betul karena itulah ia membutuhkan teman.
Pada akhirnya Rafael mengalah. Pria itu bergerak berdiri dan mengulurkan tangannya pada Liana yang langsung di sambut dengan cepat oleh Liana sendiri.
"Aku titip Gabby padamu Sam.."ucap Rafael sebelum benar-bemar pergi. Yang langsung diangguki oleh Sammuel. Laki-laki itu memang paling bisa di andalkan di antara ketiga nya.
Kevin yang sedaru tadi diam menatap interaksi yang terjadi di depannya akhirnya memutuskan angkat bicara. Ada hal yang mengganjal pikirannya.
"Aku tahu kau tahu sesuatu, Sam.."
"Hm.."
"Kalau kau tahu kenapa hanya diam saja? Bukankah segalanya akan lebih mudah? Yeah.. Walau aku tidak tahu tentang apa yang kau tahu itu.. Tapi, semua orang tau kau tahu segalanya, Sam."
Mengetahui segalanya ya? Terkadang Sammuel geli sendiri mendengar itu.
Sammuel tersenyum tipis. Ya.. Memang semuanya akan lebih cepat dan mudah jika ia memberi tahu apa yang ia tahu pada sahabatnya atau lebih cepat lagi Sammuel segera menyelesaikan sekarang tapi...
Sammuel tetaplah Sammuel."Aku tidak bermaksud buruk, percayalah... Biarkan semuanya mengalir sebagai mana mestinya, Kev.. Kau pasti mengerti maksud ku.."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Billionaire Friends [HIATUS]
Teen FictionRafael Leonardo Harvey, pria tampan yang merupakan anak sulung dari keluarga terkaya di eropa sekaligus merupakan sahabat dekat Gabrielle. Dan sialnya Gabby mencintai sahabatnya sendiri dan semuanya semakin begitu menyebalkan ketika faktanya mengata...