Devira dan Gavin duduk di kursi taman. Devira mengajak Gavin kesalah satu taman yang ada di dekat rumahnya. Sedikit tidak terlalu ramai tapi ada beberapa orang yang berjalan-jalan atau berlari pagi. Udara juga sedikit dingin. Devira dan Gavin sama-sama tidak membawa jaket. Devira merutuk, sepertinya ia salah memilih tempat.
"Gimana?" tanya Gavin.
Devira diam, jantungnya semakin berdebar. Kenapa rasanya seperti ia habis diminta untuk jadi pacar laki-laki ini?
"Maaf aku tidak"
"Apa gue ditolak lagi?" belum sempat Devira menyelesaikan ucapannya Gavin sudah memotong.
Devira menoleh kearah Gavin, melihat laki-laki itu. Sudah berapa kali memangnya ia menolak laki-laki itu? Jelaslah, mana ada orang asing tiba-tiba mengajak menikah. Orang gila mana yang seperti itu? Orang seperti Gavin. Devira lagi-lagi merutuki Gavin dalam hatinya.
"Gue butuh bantuan lo Devira" ucap Gavin lirih. "Gue udah jelasin keadaannya sama lo, lo juga bilang lo ngerti" lanjut Gavin.
Devira jadi mengingat ucapan Gavin kemarin. Laki-laki itu memang sudah sefrustasi itu.
"Kalau lo gak bisa percaya sama gue, kita buat perjanjian, sesuai kemauan lo, supaya lo punya pegangan dan gak merasa terlalu dirugikan" Ucap Gavin lagi.
"Gue akan melakukan apapun mau lo, sebagai gantinya, lo mau jadi istri gue" ucap Gavin.
"Ya sudah, aku akan bantu" Jawab Devira pelan. Devira tahu ia akan menghujat habis dirinya sendiri setelah ini karena Devira bersikap sama gilanya dengan Gavin. Gavin menatap Devira tidak percaya. Akhirnya perempuan ini setuju.
"Tapi aku butuh jaminan kalau hal ini gak akan jadi masalah kedepannya" ucap Devira.
"Gue gak tahu kedepannya akan gimana, tapi gue akan berusaha supaya gak akan pernah ada masalah. Gue udah persiapin sesuatu. Nanti malam gue jelasin. Sekarang, apa lo mau ikut gue ke Jakarta?" Ajak Gavin. Devira menghela napas. Mau menolak lagi? Tentu saja tidak ketika ia sudah menyetujui Gavin.
"Iya" Jawab Devira. Gavin tersenyum, senyuman pertama yang baru Devira lihat. Devira sedikit terpesona akan senyumn Gavin, kedua lesung pipi laki-laki itu semakin terlihat jelas. Membuat laki-laki itu semakin manis dan tampan.
Uh!
Pikiran apa itu.
"Thank you. Lo udah mau bantu gue. Gue akan menjamin kalau lo tidak akan dirugikan kecuali waktu lo yang mungkin akan terbuang karena gue. Tapi lo bisa anggap ini sebagai pekerjaan, seperti yang gue bilang waktu itu" jelas Gavin. Gavin terlalu senang. Nadanya bahkan tidak sedatar tadi. Akhirnya pemburuannya berhasil. Setidaknya ia bisa bernapas lega sekarang.
***
Setelah tadi cukup lama berada ditaman dan ternyata cuaca semakin dingin. Mereka akhirnya kembali ke rumah Devira dengan membawa bubur ayam. Biasanya hujan akan datang sore hari, tapi kali ini berbeda, pagi-pagi awan sudah terlihat mendung. Ayah dan Bunda Devira juga belum kembali saat mereka tiba di rumah. Devira menjadi khawatir. Pada akhirnya ia menelepon Bundanya.
"Bunda sama ayah masih lama?" tanya Devira. "Hmm..sebenernya disini ada tamu" lanjutnya.
"Iya ini bunda sudah di jalan pulang" Jawab Bundanya.
Devira menutup telepon. Kemudian tangannya sibuk memindahkan bubur ayam kedalam mangkuk. Davin sudah berdiri disebelahnya sementara Gavin duduk di ruang televisi. Devira membawa makanan itu ke ruang televisi. Tiga buah mangkuk berisi bubur ayam dan dibelakangnya Davin sudah membawa tiga botol air mineral.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Life [THE END]
Storie d'amoreHidup Devira yang hampir tenang dua bulan ini berubah menjadi rumit kembali. Belum sempat ia benar-benar melupakan masa lalu yang mencekik pikiran dan hatinya, dengan tiba-tibanya hadir Gavin Ravindra seorang Presiden Direktur Grandmedia Group yang...