R i s i h.

216 26 3
                                    

Sinar matahari telah menyeruak, menembus kaca jendela seorang gadis yang masih terperangkap dalam mimpinya.

Sinar matahari itu mengganggu tidur lelap sang gadis sehingga membuat matanya mulai mengerjap, menyesuaikan cahaya yang menerpa wajahnya.

Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terpenuhi, dia berusaha duduk lalu bersender dan meraba meja di samping kasurnya. Mencari sebuah benda pipih yang selalu dia bawa kemana-mana, smartphone dengan berbagai stiker beruang lucu.

Setelah mendapatkan apa yang dia cari, dia perlahan membuka matanya dan melihat Smartphone yang sedang menampilkan foto wajahnya dan jam yang tertera.

Dia langsung bergegas mengambil seragam sekolahnya kemudian masuk dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah hampir satu jam berlalu, dia keluar dan menuruni anak tangga satu per satu dengan tas di pundaknya dan jaket berwarna hijau yang memiliki bulu di bagian lehernya dia genggam.

Dia tersenyum hangat ketika melihat sang Bunda tengah membuat sarapan untuk keluarga mereka.

"Selamat pagi Bunda, mau Sella bantu?" tanyanya sambil menaruh tas dan jaketnya ke kursi dan berjalan mendekati bundanya.

"Pagi Sella, tak usah. Sarapannya udah siap. Bagaimana kalau kamu memanggil Ayah saja untuk sarapan?"

"Siap laksanakan Bun!" Sella lalu mencuri cium pipi Bundanya lalu berlari kecil menuju kamar kedua orang tuanya.

Selang beberapa menit Sella kembali bersama sang Ayah yang sedang Sella peluk. Setelah mereka semua berkumpul di ruangan yang sama, mereka memulai sarapannya dengan ditemani sedikit canda gurau dan berbagi cerita tentang hari kemarin.
Ya begitulah keseharian Sella ketika sedang di rumah, dia akan bersikap manja kepada kedua orangtuanya.

Setelah sarapan selesai, Sella bersiap berangkat sekolah. Dia sudah berpamitan pada Bundanya, sedangkan Ayahnya telah berangkat 10 menit yang lalu.

Sella keluar lalu berjalan menuju mobil yang sedang dipanaskan oleh sang supir. Sella bukannya tak tahu mengendarai mobil. Hanya saja dia sadar bahwa umurnya belum cukup untuk mendapatkan SIM.

Selang beberapa menit menempuh perjalanan dari rumah ke sekolahnya, Sella akhirnya tiba. Saat berada tepat di depan pintu kelas, Sella bernafas lega ketika tidak melihat seseorang yang sangat Sella hindari.

Sella langsung berjalan menuju mejanya dan menyapa teman sebangku sekaligus sahabatnya, Wilona Alisha.

"Selamat pagi Wil, sedang mengerjakan apa?" tanya Sella ketika melihat Wilona tengah fokus dengan bukunya.
"Ah... Aku hanya mencoba mengerjakan essay hehe" Wilona menjawab sambil nyengir ke Sella, Sella hanya mendengus kemudian mengangguk. Yaps, Wilona memang anak dengan otak yang tidak berhenti untuk bekerja. Sella terdiam, tidak ingin menganggu Wilona yang sedang fokus itu.

Sella lalu mencoba meraih buku gambarnya yang berada dalam laci mejanya, namun betapa bingungnya Sella ketika yang dia dapatkan adalah sekaleng pringles dan juga air mineral yang telah ditempeli stiker beruang, itu semua adalah kesukaan Sella.

Sella lalu menoleh kearah Wilona berniat untuk menanyakannya, namun sebelum bertanya Wilona terlebih dahulu berbicara memberitahukannya.

"Itu dari Sebastian" ucap Wilona yang masih fokus dengan bukunya, Sella menghembus nafasnya kasar. Lagi lagi dia. Selalu saja membuat Sella merasa kesal. Baru saja Sella berniat keluar mencari Sebastian untuk mengembalikan yang telah dia beri, orang itu sudah datang lalu tersenyum tipis ke arah Sella.
Sella langsung menghampirinya dan menyodorkan makanan dan minuman yang Sella pegang.

"Nih ambil kembali, gue gak butuh. Dan please stop ngasih gue ginian. Gue bisa beli sendiri dan gue gak minta lo buat beliin gue" Sella menatap Sebastian dengan tatapan tajam dan tak suka.

Sella lalu berjalan kembali ke tempat duduknya dan mengambil earphone lalu menyambungkan ke smartphonenya.
Sella sangat kesal, dia sedang berusaha menenangkan dirinnya.

Sebastian, dia adalah seseorang yang telah mencoba mendekati Sella setahun belakangan ini.
Sebastian selalu saja memberikan makanan, minuman, benda atau apapun itu untuk Sella, hingga membuat Sella merasa risih.
Sella tidak suka dengan apapun yang ada kaitannya dengan Sebastian.

Sella menendang kaki mejanya untuk menghilangkan rasa kesal dan membuat Wilona kaget bukan main.
Sedangkan, Sebastian menghela napasnya lalu kembali tersenyum tipis sambil menatap Sella.

•~~~~~~~~~~~~~~~~~~•

•~~~~~~~~~~~~~~~~~~•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wilona Alisha

It's You ¦ SeulHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang