sebentar, saya ingin memberi petunjuk. untuk pembatas *** merupakan dibalik stage/panggung cerita.
sementara •••• merupakan stage/panggung cerita. ah susah menjelaskannya, tapi saya harap kalian paham. pasti paham sih, karena kalian bukan saya yang lemotnya kebangetan, hehehe.
selamat membaca ♡
.
.
.••••
langit menjemput matahari, membawa bulan sebagai ganti. memamerkan senja untuk dipuji ribuan, jutaan, atau bahkan miliaran manusia. langit berwarna jingga itu menjadi saksi bahwa Nathan adalah pahlawan Ayina, lagi.
bukan pahlawan yang menyelamatkan hidup dari serangan penjahat atau penjajah. bukan juga superhero layaknya Superman yang memakai baju super dan keren. Nathan adalah pahlawan bagi hidup Ayina dalam arti lain.
lewat pelukannya Ayina merasa memiliki semangat untuk tetap bertahan pada hidupnya. pelukannya adalah obat ampuh bagi Ayina. senyum yang jarang ia tampakkan adalah candu tersendiri bagi sang gadis.
"Kak Nathan" panggil Ayina, masih dengan suara paraunya. tangisnya baru selesai beberapa menit lalu.
Nathan, yang sedang memberi makan ikan di kolam taman belakang rumah Ayina, menoleh dengan alis terangkat.
Ayina mengulum bibir, "nggak. nggak jadi, hehe"
lelaki itu berdiri, menghampiri Ayina setelah meletakkan makanan ikan disembarang tempat. "kenapa, Manis? ada masalah, hm?"
gadis itu tersenyum tipis, "engga, Kak. nggak ada masalah"
"ada yang ganggu kamu?"
tertawa kecil, gadis itu menggeleng cepat. "kayaknya nggak bakal ada yang ganggu, deh, kalo aku lagi sama Kak Nathan"
Nathan ikut tertawa kecil, menarik Ayina untuk masuk ke pelukannya. mengacak gemas pucuk kepala Ayina. "lo selalu bikin gue gemes, Ca"
***
"eh, sorry gue peluk lo sembarangan" kata Nathan sembari melepas pelukannya pada Ayina.
Ayina menggeleng kecil, "nggakpapa, Kak. aku suka kok, hehe"
"gue juga. lo hangat, bikin gue nyaman"
gadis itu tersenyum manis. menatap langit yang mulai gelap dengan kekasih di sampingnya, ia merasa cukup senang hari ini.
"eh, lo kenapa nangis? gue salah bicara ya? sorry"
Ayina tersentak kecil saat suara khawatir serta tangan Nathan yang menyentuh pundaknya. ia tak sadar kalau ia menangis.
"a-ah, enggak, Kak. cuman kebawa aja, hehehe"
Nathan tersenyum tipis, menatap dalam pada sepasang netra kecoklatan yang juga menatapnya. menarik Ayina kembali dalam pelukannya.
mendekap erat sang gadis, menghirup aroma rambutnya dalam-dalam. gadis itu sendiri tenggelam dalam nyamannya dada bidang yang menjadi sandarannya selama ini.