Come Left Chapter 1

4.7K 184 14
                                    

‘Kriiiiiingg... Kriiiing.... Kriiiiiingggg’ suara alarm begitu memekakan telinga pagi itu. Jarum jam tengah menunjukan pukul 07.00  pagi. Dua orang adam yang tengah menikmati waktu tidur mereka di bawah gelungan selimut terusik dengan suara alarm pagi itu.  Lelaki yang lebih kecil mengulurkan tangannya untuk mematikan kebisingan yang mengganggu tidur berkualitasnya.

“ P’Tay.. “ lelaki kecil itu menggoncang tubuh lelaki yang ada disebelahnya, tetapi lelaki disampingnya tetap tak bergerak barang sedikitpun.

“ P’Tay bangunlahh.. kau harus berangkat ke kantor, kau tak ingin ayah marah karena kau telat kan” lanjut lelaki kecil tersebut seraya memainkan helaian rambut berantakan suaminya. Karena membangunkan seorang Tay Tawan merupakan sebuah kemustahilan ia memiliki cara jitu untuk membuatnya bangun secepat mungkin. Ia menyentuh leher suaminya dan mengelus lembut adam apple suaminya itu. Ya, itu merupakan titik sensitif bagi seorang Tay Tawan. Entah mengapa sang suami begitu tidak menyukai jika ada orang yang menyentuhnya bahkan dirinya sekalipun.

Tay Tawan langsung membuka kedua matanya dan menahan tangan suami kecilnya itu.
“ Gunn.. sudah berapa kali kukatakan jangan menyentuhnya” Tay Tawan menunjukan muka kesalnya pada seseorang yang tangannya tengah ia genggam tersebut.

Gun yang melihat sang suami kesal karena hal sepele menurutnya, seketika ia mempoutkan bibir tebalnya dan menarik tangannya. Sebelum tangannya ia tarik, sang suami lebih dulu menariknya dan mendekatkan ke bibirnya, sebuah ciuman pada tangannya terjadi begitu manis pagi itu. Tay tau hal itu akan mengurangi kekesalan suami mungilnya. Dan benar saja, Gun tersipu malu dan memukul dada Tay kecil.

“ Cepat bangun dan mandi, aku akan bersiap-siap untuk memasak.” Gun beranjak dari ranjangnya setelah Tay mengangguk patuh.

‘dddrrrrttttt... drrrtttt...’ suara getaran smartphone di nakas samping ranjangya mengambil atensi Tay.

Temui aku di kafe biasanya saat makan siang.

Setelah membaca pesan itu Tay mengusak kasar wajahnya dan membuang nafas besar. Ia bangun dari ranjang king sizenya dan menuju ke kamar mandi guna menenangkan pikirannya yang kalut pagi itu.

Tidak banyak yang terjadi pagi itu setelah Tay mandi dan bersiap dengan setelan jasnya. Seperti biasanya, Gun menyiapkan  sarapan untuk mereka berdua. Mereka makan dengan keheningan, hanya terdengar suara sendok dan garpu yang bertabrakan.

“ hmm.. P’Tay, aku nanti akan pergi dengan Janie dan Mook.”

Tay hanya menatap sekilas lalu mengangguk sebagai balasan, setelah itu ia meraih segelas susu disampingnya dan menghabiskannya sekali teguk. Ia mengambil tas selempangnya dan mengantongi Smartphone yang sejak tadi menjadi fokusnya ketika ia sarapan.

‘Cuuup’

Sebuah kecupan ringan mendarat di pucuk kepala Gun.

“ aku harap kau memiliki waktu yang menyenangkan dengan teman-teman mu, aku harus berangkat sekarang, aku mencintaimu. “

Gun hanya mengangguk dan melihat punggung suaminya yang semakin lama semakin menghilang seiring pintu utamanya tertutup.

Gun tersenyum kecut ketika ia mengingat jika akhir-akhir ini suaminya menjadi sangat sibuk dan selalu pulang telat. Ia merasa kehangatan dalam hubungannya semakin berkurang. Suaminya juga terlihat memiliki tingkah yang aneh beberapa bulan belakangan ini, tetapi Gun mencoba mempercayai suaminya jika ia tidak mungkin mengkhianati pernikahan mereka.

************************************

Siang itu, Tay sedang berjalan menuju restoran yang dimaksud dalam pesan tadi pagi. Dari kejauhan ia melihat seorang pria dengan kulit putih pucatnya tengah menikmati smoothie dihadapannya. Hembusan angin kecil menerbangkan rambut-rambut halus pria itu. Tay yang melihat itu tersenyum, sebelum ia menghembuskan nafas beratnya dan berjalan menghampiri meja pria tersebut.

Come LeftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang