"Ah!! Dingin!!!" jerit Matsumura begitu air yang dingin menusuk diguyurkan ke tubuhnya. "Hei, hei!! Yang benar saja!! Kau memandikanku sekalian bersama bajuku?!"
"Tidak apa-apa, 'kan? Sekalian dicuci. Jadi kita bisa hemat air di rumah," gurau Yumatsu. "Lagipula, masa kau mau kembali ke desa dengan wajah yang tersiram lumpur begitu? Bisa-bisa kau ditertawakan seluruh warga nanti."
"Iya, sih ...," ucap Matsumura sambil menatap air terjun yang tak henti-hentinya mengalir deras dipagari oleh bebatuan di kiri dan kanan. Guyuran air itulah yang mengisi kolam alami berpagarkan kerikil yang sekarang sedang digunakan oleh Matsumura untuk mandi. Kicauan burung masih terdengar sesekali. Pepohonan hijau melingkari air terjun itu dan langit biru cerah yang luas memayunginya, menyajikan pemandangan yang membawa kedamaian ke dalam hati. Sang Surya mulai meninggi seiring dengan gerakan awan-awan seputih kapas yang terus melintas, tapi bola gas raksasa itu belum tega untuk memancarkan hawa panasnya yang terik. Tentu saja, karena sekarang masih jam delapan pagi.
"Ngomong-ngomong, aku penasaran. Kenapa hutan ini masih subur dan lestari, ya? Kebanyakan hutan di zaman ini, 'kan, sudah hancur dan tandus karena dijadikan medan perang," ucap Matsumura sambil memandang ke pepohonan yang rimbun di kejauhan.
"Mereka tidak bisa melewati batas hutan ini karena kabut tebal yang mengelilingi hutan," ujar Yumatsu.
"Ah. Kabut tebal yang tadi kita temui ketika hendak masuk hutan?" sahut Matsumura.
"Ya. Kabut itu dibuat oleh seorang penyihir yang hidup di desa Zrainx 700 tahun silam. Dia menciptakan kabut tersebut agar tidak ada orang berniat jahat yang bisa masuk dan merusak hutan ini. Kabut itu adalah alat distorsi ruang. Kecuali para penduduk desa, siapapun yang mencoba masuk ke dalamnya akan berakhir tersesat selamanya. Dia melakukan itu karena ia sangat mencintai hutan ini. Konon katanya, waktu kecil, dia sering main ke sini dan jatuh cinta dengan keindahan alamnya. Dia bertekad untuk melindunginya, dan akhirnya tekad itu berhasil ia wujudkan ketika ia dewasa. Sayangnya, ia tutup usia sebelum sempat menciptakan barrier distorsi untuk melindungi desa Zrainx," jelas Yumatsu panjang lebar.
"Begitu, ya ...," gumam Matsumura. "Andai saja dia menciptakan barrier untuk desa kita, pasti kita bisa menghela napas lega sekarang. Hidup seluruh penduduk desa akan sempurna."
"Ya. Aku juga berpikir begi-"
"TUUUUUUU?!"
*cbuuurr!!!*
Kali ini, yang tertimpa nasib buruk adalah Yumatsu. Ia menemukan batu yang dapat dijadikan pijakan dan menginjakkan kakinya ke batu itu. Sialnya, pria itu tidak menyadari kalau lumut menyelimuti batu tersebut, membuat permukaannya menjadi licin. Yumatsu pun tergelincir dan tercebur ke kolam. Matsumura yang melihat itu langsung tertawa terbahak-bahak. "HAHAHAHAHAHHAAHAHHAHAAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAAAAA!!!"
"Sialan!! Jangan ditertawakan!!! Anak tidak sopan!!! Bukannya membantuku!!!" sahut Yumatsu dengan kesal setelah kepalanya muncul ke permukaan air. Namun, nasib sial kembali menimpanya. Lantai batu yang ia pijak licin sehingga pria tersebut kembali tergelincir dan tercebur ke dasar kolam.
"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!! PERUTKU SAKIT!!!" Matsumura tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata. "HENTIKAN!!! HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!"
"Jangan ditertawakan!!! Kupukul kau nanti!!!" ancam Yumatsu begitu kepalanya kembali timbul ke permukaan air.
"MA-MAAF!!! AKU TAK BISA BERHENTI TERTAWA!!! HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAA!!! LUCU SEKA-"
"LIIIIIII?!"
*cbuuurr!!!*
Bagai hukum karma, akibat lantai batu yang licin, Matsumura turut tergelincir dan tercebur ke dasar kolam. Kali ini, giliran Yumatsu yang tertawa terbahak-bahak.
"AHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!! RASAKAN ITU!!! ITU BALASAN DARI PENGUASA LANGIT!!! HAHAHAHAHHAHA!!! LANGSUNG DIAZAB DI TEMPAT!!!"
"Jangan ditertawakan, bodoh!!!" geram Matsumura begitu wajahnya muncul kembali ke permukaan air. Ia menyemburkan sedikit air dari mulutnya.
"Anu ..., maaf mengganggu kesenangan kalian ...."
Mendengar itu, Matsumura dan Yumatsu langsung menoleh ke arah datangnya suara. Tampak seorang anak sepantaran Matsumura tengah berdiri tak jauh dari kolam. Pakaian berwarna kelabu yang ia kenakan tampak lusuh. Rambutnya bergaya cepak dengan warna putih bagai salju, sedangkan kedua matanya berwarna keemasan.
"Aku tersesat di hutan ini sejak kemarin malam. Bisa beri aku sedikit makanan? Aku kelaparan."
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Spirit God Kara, Tensei Shitara Shinigami ni Natta?!
FantasyJudul: Spirit God Kara, Tensei Shitara Shinigami ni Natta?! English: From a Spirit God, I Got Reincarnated as a Death God?! Judul Alternatif: SpiRaTenGami Pangeran Hiiro Matsumura Verenian DivineCross, putra mahkota Kerajaan Cahaya sekaligus pahlawa...