Hari ini adalah hari yang Rissa tunggu-tunggu, setelah sekian lama akhirnya ia bisa terbebas dari Harun. Walau untuk beberapa hari saja, tapi tetap saja Rissa akan membuat hari-hari ini menjadi hari yang menyenangkan untuk dikenang.
Sekarang Rissa tengah duduk di meja makan sembari memakan nasi goreng buatan Aulia, kakaknya itu. Terkadang ia tersenyum sendiri membuat Aulia bingung.
"Lo ngapain sih?" tanya Aulia. Rissa menggeleng, kemudian kembali menyuap nasi.
Aulia menghela nafas lalu ikut memakan sarapannya, ini bukan pertama kalinya Rissa melakukan hal-hal aneh. Tidak mengherankan lagi.
Rissa menyelesaikan sarapannya dengan cepat kemudian segera mencuci piring yang ia gunakan, menyikat gigi lagi dan pergi memakai sepatunya.
"Lo kenapa sih senyum-senyum mulu dari tadi?" tanya Aulia, duduk di sebelah Rissa.
"Hari ini bakal jadi hari yang terbaik buat gue," jawab Rissa, Aulia menautkan alisnya mendengar itu. Sesaat kemudian langsung teringat jika kemarin Harun kecelakaan.
"Maksud lo apa? Karena Harun kecelakaan gitu?" tanya Aulia.
Rissa terlihat berfikir sebentar, sebenarnya itu bukan karena Harun yang kecelakaan. Tapi karena Harun yang tidak sekolah sekarang karena kecelakaannya. Jadi ini karena Harun yang tidak sekolah, bukan karena Harun yang kecelakaan.
"Woi, jawab dong." Aulia menyikut Rissa yang malah melamun.
"Oh! Bukan. Ini karena Harun libur enggak sekolah hari ini," ucap Rissa. Aulia menggelengkan kepalanya mendengar itu.
"Hmm, terserah lo." Aulia menepuk pelan kepala Rissa.
"Oke, gue mau pergi sekolah dulu," ucap Rissa mengulurkan tangannya pada Aulia, minta bersalaman. Aulia memberikan tangannya.
"Eh, nanti kakak kuliah?" tanya Rissa. Aulia mengangguk.
"Okedeh. gue pergi dulu, Kak. Dadaaah!" Rissa berjalan pergi sambil melambaikan tangannya pada Aulia.
Rissa segera menaiki motornya dengan perasaan bahagia, karena hari ini akan jadi hari terbaik baginya. Cewek itu memacu motornya dengan tenang menuju sekolah. Bagus sekali tidak ada kemacetan pagi ini.
Cewek itu segera memarkirkan motornya di parkiran. Dan rasanya tiba-tiba begitu lelah saat Rissa akhirnya berhasil memarkirkan motornya.
"Hai!" ucap seseorang. Oh, itu Rafael.
"Hai!" balas Rissa, melepas helmnya.
"Jalan bareng ke dalam yuk?" ajak Rafael, menepuk bahu Rissa. Rissa melirik tangan Rafael yang ada di bahunya.
"Apaan nih?" Rissa bertanya sembari menunjuk tangan Rafel. Cowok itu mengedikan bahunya, kemudian menarik tangannya dari bahu Rissa.
Rissa mendengus. "Jangan pegang-pegang!" Rissa berucap sembari menunjuk Rafael.
"Iya iya." Rafael mengangguk, kemudian berjalan bersama Rissa ke dalam.
Tidak ada pembicaraan sampai akhirnya Rafael bicara saat melihat Rissa yang terus menerus senyum-senyum sendiri.
"Ngapain lo senyum-senyum?" tanya Rafael. Rissa menggeleng, tapi masih dengan senyumannya.
"Segitu bahagianya bisa jalan sama gue ke kelas?" tanya Rafael. Rissa kehilangan senyumannya, ia memutar bola matanya pada cowok itu.
Entah sudah berapa kali Rissa katakan bahwa ia tidak menyukai cowok ini lagi. Tapi sepertinya Rissa harus mengulangnya sekali lagi.
"Nggak! Gue udah nggak suka sama lo, jadi gue nggak punya alasan untuk seneng jalan sama lo. Oke?" ucap Rissa. Rafeael mengangguk kemudian mendenguskan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARISSA✔️
Ficção AdolescentePenulis : Ohdaraa (darainbxws) p.s : Cerita ini hanya fiktif belaka dari imajinasiku. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan -- Rissa adalah cewek yang ceria, dan jug...