"Guys, tadi gue kayak dapet mimpi."
"Lah anjir bang dapet mimpi segala."
"Emang mimpi apaan?"
"Kalo bentar lagi ada hp bunyi bakal-"
"Ngaco lo ah, kaga bakal ada yang telepon, orang kagak ada sinyal." Arkan memotong ucapan Refan dan ia pun berbicara dengan ketus.
Sekarang ini, semua orang di sana sedang menuduh Arkan. Kecuali Refan, tentunya. Bagaimana tidak, satu hal yang kembali menambah dalam list tuduhan hafis.
Drrtt~
Iya, setelah Arkan memotong ucapan Refan tadi hp nya bergetar menandakan adanya panggilan masuk, padahal tadi mereka semua susah mendapatkan sinyal. Tapi kenapa sekarang Arkan malah mendapat panggilan???
"Eh Kan, siapa yang telfon?" Refan dengan cekatan bertanya pada temannya itu.
"Bang Adam."
"Coba lo loudspeaker deh."
Arkan pun menuruti perkataan Refan, kemudian mereka dapat mendengan suaran Adam begitu tombol hijau panggilan itu digeser.
"Eh bocah! Dimana lo, nongkrong ama siapa lo? Jam segini kok belom balik?!"
"Lah bang, kan gua ke rumah nenek, lupa lo?"
"Mabok ya lo pasti?! Di bar mana lo heh, gue aduin mama papa mampus lo."
"Emang suara gue kedengeran mabok? Buat apa gue boong anjir timbang ke rumah nenek doang."
"Woi anak pungut, kan seminggu lalu nenek rawat inap di RS, bego. Dah dah, balik lo cepetan."
Tutt...
Setelah itu sambungan terputus, dan kalimat terakhir yang disampaikan Adam sebelum menutup panggilan tadi, cukup membuat keenam remaja itu membulatkan mata masing-masing.
"Lah terus yang kita lihat tadi siapa anjir?"
Semuanya menggelengkan kepalanya. Dengan sekejap mereka menjadi merinding, dan ketakutan. Apalagi adrian yang sudah berkeringat, bahkan bulir keringat melewati luka di dahinya, ia hanya bisa menahan rasa perihnya walau sudah tertutup plester.
"Refan, di mimpi lo tadi, bakal apaan setelah ada dering telepon?"
"....bakal-"
Srreett
ARRGHHH!!
Sesuatu telah terjadi, dua buah pisau dilempar dari arah berlawanan dan berhasil mengenai punggung dan perut dua dari keenam remaja.
Yang lain benar-benar terkejut, namun mereka tak tinggal diam. Semua langsung mencabut pisau yang mengenai dua temannya dan membopong dua laki-laki itu ke motor dan sisanya mengambil tas yang mereka bawa tadi dengan cepat bagai kilat, karena mereka takut akan terjadi hal-hal aneh lagi.
Setelah itu, mereka pergi meninggalkan rumah itu, dan menuju ke rumah sakit untuk menyelamatkan kedua temannya. Untung saja ada yang membawa jaket tadi jadi bisa untuk menutupi luka agar tak ada orang yang melihat.
Namun tetap saja walaupun yang terkena lemparan pisau dua orang, tetapi empat orang sisanya mendapat luka-luka gores setelah pergi dari tempat tadi. Jika boleh jujur pun mereka tak merasakan apapun karena belum menyadarinya.
Tiga motor dibawa dengan kecepatan di atas rata-rata, dua orang yang dibonceng pucat sekali, luka gores dimana-mana cukup untuk mengundang kecurigaan semua orang.
Begitu sampai di rumah sakit terdekat mereka langsung segera meminta pertolongan perawat-perawat dan dokter di sana untuk segera menolong temannya itu.
Keadaan mereka mereka mengundang tatapan was-was dari para perawat di sana. Mereka juga bingung kenapa mendapatkan tatapan seperti itu, padahal yang luka itu Arkan dan Hafis.
Barulah mereka paham atas semua tatapan itu ketika salah satu perawat mengomeli mereka karena tak juga mengobati luka-luka mereka, dan saat itu juga mereka baru merasakan segalanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/227219408-288-k563189.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Grandma House | NCT Dream ✓
Fanfictie"Hah?! terus yang sama kita berenam dari kemaren siapa njir!" [END] - edisi revisi ft. NCT dream # 1 - nctzens [201021] # 3 - 127 [231021]