Chp. 17 🙎

571 46 30
                                    

Attention!

Content di bawah kemungkinan akan men-trigger emosi anda, jadi mohon dipersiapkan dari sekarang.

Terimakasih
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
















Komen donk!












































Sumpah bikin story itu pusing!













































Vote donk, jangan baca aja!



























Gak vote, unpub!









































Sumpah, tabok juga nih author !












































"Kwon Jiyong-ssi, bisa kita bertemu siang ini di kantormu ..., ah ani, maksudku di kantorku. Ada yang perlu kita bicarakan."

"Aku akan menemuimu satu jam lagi."

Panggilan terputus sepihak, Jiyong kembali mengantungi benda persegi itu ke saku celananya, menatap langit biru sesaat sebelum kembali pada Seungri yang masih berada di meja makan. Jiyong memang sengaja menjauh darinya saat tahu Soo Hyuk yang menelponnya.

"Belum selesai makannya, baby?" tanya Jiyong seraya mengusak puncak kepalanya dan mengecupnya. Lalu dia beralih pada kursinya sendiri, namun Jiyong menekan sisi meja makannya yang ternyata ada tempat khusus menyimpan beberapa senjata di dalamnya. Seungri memperhatikan Jiyong curiga pastinya.

"Sedikit lagi. Hyung, untuk apa senjata itu?"

Seungri memperhatikan Jiyong yang sedang mengecek magazine senjata dan mendorong masuk wadah peluru tersebut pada senjatanya.

"Aku akan menemui Soo Hyuk sebentar, baby."

"Kau akan menemuinya sendiri?" Wajahnya mulai terlihat cemas.

"Ne baby, aku akan pergi sendiri."

"Aku ikut hyung." Seungri menghentikan makan siangnya, bangun dari kursinya dan berdiri tepat di samping kursi.

"No baby, kau tunggu aku di sini. Cukup aku yang pergi sendiri." Jiyong sudah mengenakan jaket kulit hitamnya, serta menghampiri Seungri yang masih terpaku di hadapannya.

"Berduakan lebih baik, hyung. Aku khawatir jika kau pergi sendiri."

"Tenang saja, aku akan berhati-hati. Kau baru saja sembuh, aku tidak mau nanti kau sakit lagi." Jiyong meyakinkan belahan jiwanya ini, menaruh satu tangannya pada wajah Seungri. "Minho-ah, kau jaga Seungri di sini!"

"Ne hyung," jawab Minho singkat.

"Aku pergi dulu, baby!"

"Hyung, cepat kembali." Seungri seakan tidak rela melepas Jiyong siang ini.

"Ne, aku akan segera kembali." Jiyong mencium bibir kekasihnya sebelum dia menyambar kunci mobilnya dan pergi meninggalkan apartemennya.

Seungri hanya terpekur melihat Jiyong yang pergi begitu saja meninggalkan dirinya. Ada perasaan gelisah yang menggelayut di hatinya. Dia bahkan bergelut dengan batinnya, apakah harus menyusul Jiyong atau tetap tinggal seperti yang Jiyong perintahkan.

Love Or Glory (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang