4. Pertemuan Pertama

2.2K 332 47
                                    


Sepanjang jalan, Jaemin hanya mendengus kesal, karena permintaan Jeno. Rencana tidur sore untuk mengembalikan suasana hatinya yang buruk, karena si Perempuan Salah Nomor itu.

"Bagaimanisa makalah yang salah ketinggalan?! Kebanyakan otak isinya mau pacaran mulu, ya, begini!" gerutu Jaemin.

Ia memarkikan mobilnya di kafe yang disebutkan oleh Jeno. "Mana gue pakai diminta tolong nganterin temennya Jennie lagi."

"Emang sialan si Jeno!" kesalnya yang langsung berjalan masuk ke dalam kafe.

Matanya mencari meja bernomor 20 dan seorang perempuan yang sedang menunggunya. Mata bambinya tertuju pada satu meja yang berada di pojok kafe dengan beberapa buku dan laptop masih berada di atas meja. Tentunya dengan seorang perempuan yang terlihat menggerutu dari pergerakkan bibirnya.

"Itu cewek wajahnya kek enggak asing. Tapi, ya sudahlah."

Jaemin melangkah mendekat ke arah meja itu. Napasnya bernapas lega saat melihay nomor meja tersebut.

"Lo Rosé temannya Jennie?" tanyanya meyakinkan.

Jaemin dapat melihat perubahan wajah perempuan yang terlihat kesal menjadi terkejut. Kemudian menatapnya penuh tanya.

"Gue tanya, lo beneran Rosé temannya Jennie?" ulangnya lagi.

"Iya. Gue Rosé."

Jaemin bernapas lega. Ia menarik kursi yang berada di dekatnya dan segera duduk.

"Oke. Sepuluh menit setelah minuman datang kita pulang." Jaemin berkata sekaan tidak menerima penolakan.

Rosé menatap tajam ke arah laki-laki yang seenaknya bertanya tentang dirinya dan duduk semaunya. Terlebih lagi, laki-laki itu terlihat tidak asing baginya.

"Maksud lo apa? Gue enggak merasa minta jemput orang yang enggak gue kenal," kata Rosé yang langsung membereskan buku, laptop dan perlengkapan kampusnya.

Gila! Setelah temannya Jeno, sekarang muncul lagi orang asing. Ada apaan, sih, hari ini? Kenapa gue ketemu orang aneh yang ngegas dan sekarang pemaksa?

Jaemin mendengus mendengarkan perkataan Rosé. Perasaan Jeno minta tolong gue buat nganterin ini cewek. Terus kenapa itu cewek nolak? Gue lagi dikerjain apa gimana?

"Tadi lo bilang enggak mau diantar sama orang enggak dikenal, kan?" tanya Jaemin yang sama sekali tidak direspon oleh lawan bicaranya.

"Gue Na Jaemin, sahabatnya Jeno. Pacar temen lo yang bernama Jennie, minta tolong gue buat nganterin lo pulang dan meng--"

"Oh! Jadi, lo yang ngegas ke gue?!"

Jaemin menatap bingung ke arah Rosé. Apa salah gue? Kenapa dia berdiri terus nunjuk wajah gue pakai jari telunjuknya?

"Gangteng jugak kagak! Masih gantengan Eunwoo ke mana-mana!"

Jaemin masih berpikir. Hingga matanya membulat sempurna. Mengingat satu kata kramat, dia yang nuduh gue ngegas di chat!

"Lo yang salah chat, bukan?" tanyanya langsung, namun tidak mendapatkan jawaban dari Rosé.

"Ngapain Jeno minta gue nganterin ini cewek!" gerutunya, namun masih dapat di dengar jelas oleh Rosé

"Siapa juga yang minta tolong ke Jeno. Sorry! Gue bisa pulang sendiri. Enggak sudi gue diantar pulang sama lo."

Rosé dengan cepat meraih tasnya, "Lo mending pul--"

Seorang pramusaji datang dan memotong perkataan Rosé. "Selamat sore, Kak. Pesanan satu cangkir americano dengan enam shots dan satu gelas strawberry juice. Silakan dinikmati pesananannya."

Jaemin tersenyum. "Terima kasih."

Sementara Rosé menatap Jaemin penuh tanya. Seingatnya, laki-laki menyebalkan itu baru saja datang dan tidak memesan apapun. Dan sekarang Rosé semakin bingung dengan pesanan yang entah sejak kapan dipesan.

"Kapan lo pesannya? Mana ada dua lagi," tanya Rosé pada akhirnya.

"Jeno yang pesan," jawabnya yang kini tengah menikmati secangkir kopi berwarna hitam. Yang menurut Rosé menjijikkan.

"Dia kirim chat ke gue pas lagi dijalan. Kalau dia udah memesan minuman buat gue sama lo."

Rosé mendengus. "Jadi, si Kucing Jantan Jennie itu memesan ini? Ck! Ini seperti sudah terencanakan."

Jaemin mendongakan kepalanya kepada Rosé yang masih berdiri. "Lo bilang apa?"

"Enggak! Gue mau pulang."

Jaemin dengan cepat menggapai pergelangan tangan Rosé. Menahan perempuan itu agar tidak pulang seorang diri. Ia masih ingat amanat sahabatnya untuk mengantar pulang perempuan menyebalkan ini.

"Lo pulang sama gue," titah Jaemin.

Rosé melotot tajam ke arah Jaemin. "Lo siapa merintah-merintah gue? Gue bisa pulang sendiri."

"Enggak bisa! Lo itu tanggung jawab gue sore ini. Asal lo tahu, ya, gue diminta tolong sama Jeno buat nganterin lo pulang!"

"Kok lo ngegas?!" Rosé masih menatap tajam ke arah Jaemin.

Jaemin berdiri. "Gue kagak ngegas, ya! Lo kali yang lagi PMS! Orang kagak ngegas dibilang ngegas."

Rosé berdecih.

"Satu hal yang perlu tahu. Gue enggak pernah minta tolong ke temen lo nyariin orang buat nganterin gue pulang."

Kedua netra Rosé yang masih menatap tajam ke arah Jaemin, melihat ke arah tangan Jaemin yang masih memegang pergelangan tangannya. "Lepasin tangan gue. Gue mau pulang."

"Enggak! Lo duduk sekarang atau gue aduin lo ke Jennie."

Rosé semakin manatap tajam ke arah Jaemin. "Kok lo ngancem gue?!"

"Gue enggak ngancem! Temen lo sendiri yang minta Jeno buat nyuruh gue dateng. Ngambil makalah ini dan nganterin lo pulang." Jaemin mengambil makalah yang masih berada di atas meja.

"Kalau lo enggak percaya, telepon temen lo," lanjutnya.

Jaemin melepaskan pergelangan tangan Rosé. "Kalau gue bohong, lo bisa pulang sendiri. Malah untung gue bisa hemat bensin."

Rosé memutar bola matanya malas. Ia mengambil ponsel miliknya dan segera melakukan panggilan pada kontak Jennie. Satu dua nada dering masih berbunyi, namun dengan segera panggilannya ditolak oleh Jennie.

"Bangsat! Dimatiin! Jennie sialan!" maki Rosé yang segera mengetikkan pesan ke temannya itu.

Jaemin menatap malas ke arah Rosé. Secangkir americano miliknya lebih nikmat dibandingkan memperharikan perempuan kasar dan pemaksa bernama Rosé itu.

"Cewek kok ngomongnya kasar," sindirnya dengan cepat.

"Cowok kok kasar sama cewek." Rosé membalas sindiran Jaemin.

Sesaat kemudian, Rosé mengumpat lagi dan kembali duduk. "Oke. Lo menang."

***

June 5th, 2020

Aku & Kamu (Jaemin Rosé) - Book 1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang