"Ternyata benar, pertemuan pertama itu menumbuhkan rasa penasaran, pertemuan kedua meninggalkan rasa rindu dan pertemuan ketiga menciptakan rasa candu."
- Athena Valora Audinata
Jakarta, Indonesia.
Seorang gadis kecil sedang duduk sendirian di bawah pohon rindang sambil mengamati sekumpulan orang dengan pakaian serba hitam dengan wajah sendu. Suara isak tangis pilu menjadi musik pengiring di telinganya. Namun, dia tampaknya tidak tertarik untuk ikut bergabung dengan mereka. Derap langkah kaki seseorang yang kian mendekat membuyarkan lamunan gadis kecil dengan rambut coklat di gerai dan poni yang menutupi dahinya."Apa yang kau lakukan disini?" tanya seseorang itu.
Tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan itu, gadis kecil itu tetap memandang kosong kedepan. Sadar kalau dia baru saja di acuhkan, dia bertanya lagi.
"Apa kamu tidak berniat kesana? orang-orang pasti sedang menanyakan keberadaan mu sekarang."
"....."
"Hey apa kamu tahu? Ayahku sering cerita padaku kalau orang yang baru saja meninggal, Roh nya akan tetap berada disekitar jasadnya. Begitupun ibumu. Dia pasti akan sangat sedih saat melihat putri kesayangannya tidak ada di antara kumpulan orang-orang yang mengantar jenazahnya."
"Benarkah? Apa ayahmu juga mengatakan bagaimana cara berkomunikasi dengan roh?" Gadis kecil itu tampak tertarik mendengar ucapan orang itu.
Gadis yang baru saja memasuki usia 7 tahun itu menoleh ke samping ketika mendengar suara seseorang disebelahnya tertawa pelan. Untuk sekejap dia terpaku menatap wajah itu. Begitu rupawan dengan bola mata birunya yang menenangkan.
Bocah lelaki itu tertawa kecil mendengar penuturan polos dari gadis kecil disampingnya itu. Cantik, entah mengapa kata itu yang terlintas di dalam pikirannya saat pertama kali menatap wajah gadis kecil itu.
"Aku tidak tahu. Ayah hanya mengatakan itu padaku. Tapi jika kau sungguh ingin tahu, kau bisa menanyakannya langsung pada ayahku." Ucapnya sambil tersenyum.
"Uhm, baiklah. Mungkin nanti saja."
Hening. Tidak ada perbincangan lagi. Mereka saling diam dengan pandangan yang terpaku pada satu per satu orang yang mulai meninggalkan area pemakaman secara perlahan.
"Nama mu siapa?" kata gadis itu membuka percakapan, karena tidak tahan dengan situasi hening yang menyelimuti atmosfer di sekitarnya.
"Aku Alares. Orang-orang biasanya memanggilku Ares. Bagaimana denganmu?"
"Kau bisa memanggilku Athena. Bagaimana jika aku memanggilmu Al?"
"Aku suka nama itu. Tapi, kenapa?"
"Kau bilang semua orang memanggilmu Ares. Jadi aku hanya ingin memanggilmu dengan cara yang berbeda dari yang lain." Ucapnya serius.
"Uhm.., belum pernah ada yang memanggilku begitu. Kau orang pertama yang melakukannya."
"Dan akan menjadi satu-satunya. Jadi, kau harus terbiasa mendengarnya dariku."
"Baiklah, Athena. Kalau begitu aku harus kembali. Orangtua ku akan mencariku."
"Kuharap kita bisa bertemu lagi, Al. Aku juga akan segera pulang. Daddy pasti sudah menungguku di mobil."
"Baiklah. Hati-hati yah, sampai ketemu lagi, Athena."
"Sampai jumpa, Al."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARES
Teen FictionAlares Zayn Pradipta. Cowok sejuta pesona yang sangat kontras dengan sikap tidak pedulinya. Namun di balik itu semua, hanya ada satu nama yang selalu berhasil menunjukkan sisi lain dari dirinya. (Revisi Berjalan) Jgn lupa follow yahh :)