PROLOGUE

18.5K 977 122
                                    

FROM April, 2000 with L.O.V.E

.
.
.

"Congrats, Dim!" Keenan memeluk Dimas sekali lagi, pria yang sudah seperti adiknya sendiri karena persahabatan mereka yang sudah terjalin sejak menjadi murid sekolah menengah atas. Walaupun usia mereka terpaut hampir tiga tahun.

"Thank you, Kak. Makasih banyak udah nemenin gue disini." pria bernama Dimas mengusap pipinya yang basah.

"Udah jadi Ayah masih aja cengeng. Malu sama jagoan kecil lu!" omel Keenan seraya terkekeh pelan.

"Gue panik banget tadi pas Anne tiba-tiba nelfon gue bilang perutnya sakit," Dimas bercerita. "Gue pikir ada masalah sama kandungannya, ternyata dia mau lahiran. Gue senengnya minta ampun, Kak. Dicampur panik juga. Sampe bingung harus gimana." celotehnya.

"Untungnya loe nggak melakukan hal bodoh seperti biasa." komentar Keenan tertawa. "Wajar sih, gue juga gitu pas Hani mau lahiran kemarin. Paniknya lebih parah dari loe." tukasnya.

Dimas mengangguk. Ia ingat betul bagaimana paniknya Keenan saat istrinya hendak melahirkan. Benar-benar seperti orang gila. "Kak, gue mau minta tolong lagi boleh, 'kan?" tanyanya.

"Ngurus wartawan yang berjubel di luar rumah sakit, kan?" tebak Keenan.

Dimas mengangguk. "Gue kayaknya nggak bisa kasih penjelasan apa-apa ke mereka. Gue excited banget pengen cepetan ketemu anak gue, Kak!" ia gemas sendiri. Karena sejak tadi belum ada tanda-tanda para perawat membawa Anne dan bayinya keluar dari ruang bersalin. Ia baru melihatnya sekilas tadi saat baru saja lahir. Dan yang ia tahu anak pertamanya itu adalah seorang laki-laki.

"Gampang, biar jadi urusan gue. Tinggal bilang anak loe lahir dengan selamat dan berjenis kelamin laki-laki aja, 'kan? Untuk nama nanti nyusul." tukas Keenan.

"Terbaik emang loe, Kak." Dimas memeluk erat lagi pria yang sudah ia anggap kakak itu.

"Ya udah gue ke depan. Nggak usah pake bodyguard segala. Biar bodyguard loe jaga disini aja." ujar Keenan.

"Sekali lagi thank you, Kak." ucap Dimas. "Setelah orangtua gue sama orangtua Anne dateng gue janji nggak akan merepotkan loe lagi." ia nyengir.

"Iya nih. Harusnya gue emang dirumah sama anak dan istri gue." sahut Keenan.

Dimas hanya terkekeh seakan semuanya lucu.

"Ketawa deh sekarang sepuas loe." Keenan kemudian berlalu meninggalkan Dimas untuk segera menemui wartawan di halaman rumah sakit. Mereka berburu kabar bahagia malam ini.

👑👑👑

Kelahiran putra pertama dari pasangan Melviano Dimas Wiratama dan Roxanne Yunara Wicaksana menjadi trending topic di seluruh Indonesia. Hampir semua media membicarakan kelahiran putra dari pasangan konglomerat itu.

Pasalnya, meskipun baru lahir, bayi tersebut sudah mendapat julukan pangeran kecil dari negeri dongeng karena kelahirannya yang sangat di tunggu-tunggu. Bagaimana tidak, bayi mungil itu lahir dari pasangan kaya raya dan dipastikan akan menjadi pewaris mutlak dari seluruh kekayaan yang dimiliki orangtuanya. Apalagi Dimas memang sangat menginginkan seorang putra. Tak heran semua orang menyebutnya sebagai The Royal Baby Boy. Karena ia lahir ditengah-tengah kemewahan orangtuanya laksana putra kerajaan.

"Kenapa bisa ada makhluk kecil semenggemaskan ini?" Dimas masih takjub tiap kali memandangi bayi laki-laki yang terlelap di sebelah Anne, istrinya.

"Dimas, sekali lagi kamu bicara begitu aku marah ya sama kamu." tandas Anne yang duduk disebelah bayi merah itu.

Dimas melirik Anne sekilas sambil menggerutu sebal. Jemarinya sibuk menoel-noel pipi merah bayi laki-laki tersebut. "Ganteng banget Ya Tuhan anak aku," gumamnya.

A LITTLE PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang