"Kak, masih jauh nggak?" tanya Ricky.
Ia kehilangan sosok tenangnya yang biasanya. Kakinya yang terbalut runnung shoes hitam bergaris merah abu-abu beralas putih mengetuk-ngetuk karpet karet yang melapisi lantai mobil. Di sebelahnya, duduk Kevin, di depan, ada presiden BEM universitas Rama, dan di kursi pengemudi ada seorang polisi. Ketiganya sama-sama berusaha menenangkan Ricky. Tampaknya usaha mereka belum berhasil mengalahkan kekhawatiran yang meliputi sang wakil komandan pasukan STM.
Mereka tidak hanya berempat. Dua mobil dan satu armada khusus berbaris di belakang mereka. Terlihat mencolok? Memang, tapi ini disengaja. Berdasarkan hasil penyelidikan kilat, si pelaku tidak menggunakan tangannya sendiri untuk melakukan kejahatan itu, ia meminjam tangan seseorang.
"Menurut surat ini, lokasinya di rumah kayu di ujung jalan," ujar sang presma sambil mengamati selembar kertas di tangannya.
Empat pasang mata menyisir setiap sudut tempat itu, tapi yang terlihat hanyalah hamparan hijau persawahan. Beberapa pohon menyembul tapi tak ada--
"Itu!" seru Kevin.
Sebuah rumah seperti yang dikatakan dalam surat tampak di ujung jalan, berbatasan langsung dengan kawasan hutan yang di penuhi pohon jati. Mereka melewati rumah itu, masuk ke jalan tanah yang cukup lebar di tengah hutan. Sebuah lahan kosong yang mungkin sering digunakan untuk parkir truk pengangkut kayu mereka manfaatkan untuk berhenti. Ricky sontak membuka pintu mobil dan melompat keluar. Kakinya bergegas membawanya ke arah rumah kayu. Namun gerakannya dihentikan oleh sebuah cengkeraman di lengannya. Ia menoleh marah dan mendapati wajah tegas pak tentara.
"Jangan terburu-buru, Nak!"
Ricky berontak, "Tapi, Pak, Kak Rama-"
"Saya tahu kamu khawatir, kami juga, tapi kita tidak boleh asal bergerak. Ikuti rencana yang sudah disusun tadi."
Beliau benar, Ricky akhirnya mengangguk, mengambil napas lalu menghembuskannya untuk menenangkan diri.
Persiapan akhir, lalu pasukan terpecah. Mereka pergi ke posisi masing-masing. Dua polisi mendobrak pintu depan rumah kayu. Ricky, Kevin, dan kakak presma mengekor. Dua prajurit berseragam hijau berada di paling belakang. Anggota yang lain tersebar di sekililing bangunan itu, memenjarakan siapa pun di dalamnya.
Dua pria muncul dari balik pintu. Mata mereka yang sebelumnya tampak malas terbelalak melihat kedatangan tamu. Mereka dengan cepat mendapatkan kembali ketenangan mereka, bersiap memberi perlawanan.
Ricky maju. Tangannya dalam posisi siap melancarkan serangan. Panggilan untuk mundur terdengar samar-samar. Salah satu dari pria itu, yang memiliki tato naga di lehernya bergerak maju. Ricky berkilat, menghindar. Dihantamkannya tepi tangannya ke tengkuk si pria, membuatnya tersentak sebelum jatuh tersungkur. Temannya maju. Ricky kembali berkilat tapi ia terlambat menyadari serangan yang datang. Sisi tubuhnya dihantam sebuah kaki panjang. Ia nyaris kehilangan keseimbangan tapi segera mendapatkan kembali pijakannya. Sebuah lengan yang melayang untuk menghantam wajahnya ditangkap olehnya. Sang pemilik membeku, hingga tak menyadari dirinya telah tertangkap. Ricky, diliputi amarah, menekuk lengan dalam genggamannya ke arah yang tak seharusnya hingga terdengar bunyi sesuatu yang patah. Pemiliknya, pria berambut brunette, menjerit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKON ROMAN (Terlarang) DEMONSTRASI
Fiksi PenggemarBukan lakon roman Romeo dan Juliet, bukan lakon roman Rama dan Shinta, bukan apa-apa. Hanya sebuah kisah klise pertemuan dua insan di tengah perjuangan aspirasi. Warning! BL (cover originally by me) @oni_kaz