Selamat membaca.
Kasih tau kalo typo :(
|||||
Sekian lamanya mematut diri di cermin, Leya segera turun setelah semua persiapannya dirasa siap. Hari ini Leya akan berangkat ke sekolah baru-nya, lebih tepatnya ke sekolah formal pertamanya setelah mengikuti home schooling sekian lama.
Saat menginjakkan kakinya di lantai bawah Leya langsung menuju ruang makan. Tampak semua orang sudah berkumpul untuk menikmati sarapan bersama-sama. Belum ada yang menyadari kehadirannya andai Leya tidak berdeham gugup.
Saat itulah semua mata tertuju padanya. Leya semakin gugup saja saat mendapat tatapan intens seperti itu, meskipun selama ini sudah terbiasa berinteraksi dengan semua keluarga yang ada di rumah, tetapi hari ini rasanya berbeda. Leya mengalihkan pandangannya lebih memilih menundukkan kepala menatap sepasang jari jemari tangannya yang saling meremas. “Tahan Ley, jangan gugup, kamu pasti bisa.” Batinnya. Leya kembali mendongakkan kepalanya perlahan.
“Ekhm,” Kiara, Mama Leya, yang menyadari keheningan di ruang makan segera berdeham seraya menyadarkan semua orang dari keterkejutannya.
Siapa yang tidak terkejut melihat Leya yang pertama kalinya menggunakan seragam putih pendek dengan rok tartan kream dengan dasi pita senada. Sepatu putih dengan kaos kaki putih se-mata kaki. Seragam di hari pertamanya. Rambut dikuncir lemah satu dengan meninggalkan beberapa helai di tiap sisi kanan dan kiri-nya ditambah poni tipis-tipis yang memberikan kesan imut bagi Leya.
“Ley, sini sayang” Kiara menghampiri Leya. “Cantik banget anak Mama” Lanjutnya seraya mencium sekilas kening Leya.
Leya hanya tersenyum malu mendengarnya. “Makasih Ma” Gumamnya.
Leya segera mengambil tempat duduk di samping kiri Leo dan arah empat puluh lima derajat dari Aidan, Papa-nya, tempat yang selalu ia gunakan. Sementara Kiara di hadapannya.
“Sarapan dulu ya Sayang, sebelum berangkat.” Aidan baru membuka suaranya.
“Iya Pa.”
“Leo kamu pimpin do’a” Tiatahnya.
Leo yang sedari tadi fokus menatap Leya hanya menganggukkan kepalanya, tersenyum lebar. Mereka mulai menengadahkan tangannya dan memulai membaca do’a dengan dipimpin Leo.
Setelahnya mereka memulai sarapan dengan khidmat. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang berbunyi saling bersahutan.
|||||
Sebuah sepeda motor melaju memasuki pekarangan sekolah dengan melewati gerbang kokoh setinggi tiga meter bertuliskan SMA Negeri Wiyada, atau yang lebih dikenal dengan Smanda. Sekolah yang sudah menginjak satu setengah tahun ditempati lebih dulu oleh Leo yang hari ini ditempati juga oleh Leya.Leo memarkirkan sepeda motor yang dikendarainya di halaman parkir Smanda bagian Timur. Tempat parkir khusus sepeda motor yang biasa Leo gunakan selama bersekolah di Smanda ini. Yang berbeda ialah, pagi ini Leo tidak datang dengan hanya seorang diri. Ada Leya di jok bagian belakangnya.
Leo mengulurkan tangan membantu Leya mempersilakan untuk turun terlebih dahulu. Setelahnya ia turut turun setelah melepas helmet-nya. Leo berbalik menatap Leya, nampaknya saudari kembarnya itu kesusahan saat akan melepas kaitan pada helmet miliknya, Leo tersenyum melihatnya “Susah ya?” Tanya Leo.