“Thanks for today, ya,” ucap Tara setelah keduanya tiba di depan pintu apartemen Tara.
“Apaan, sih lo? aneh! Biasanya juga nggak pernah bilang makasih sama gue.” Bintang yang hendak membawa barang belanjaan Tara masuk ke dalam apartemen cewek itu dicegah oleh Tara sendiri.
“Udah, nggak apa-apa ditinggal aja. Nanti biar gue yang bawa masuk ke dalam.”
“Yakin? Ini berat, lho, Ta.”
“Nggak apa-apa. Lo udah gue repotin terus seharian ini, gue jadi nggak enak.” Tara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Bintang serta merta menempelkan punggung tangannya di kening Tara. “Sehat, Ta?” Kening Tara normal, tidak hangat seperti yang dia kira. “Tumben banget pake bahasa formal gitu sama gue. Lo lagi kenapa, sih?”
“Kenapa gimana?” tanya Tara balik.
“I don’t know but you so weird i think. Udah pake acara makasih-makasihan, gue nggak boleh masuk apartemen lo, sekarang lo bilang nggak enak udah ngerepotin gue. Emang kemarin-kemarin nggak berasa apa lo banyak ngerepotin gue lebih dari ini?”
“Ye ...” Tara memukul pelan tangan Bintang dengan tasnya. “Gue cuma malu soalnya apatemen gue berantakan. Udah lo balik aja, istirahat sana. Tadi katanya lo capek.”
Bintang yang seolah tidak mendengar perkataan Tara tetap berdiri kokoh di tempatnya. Terus mengamati wajah gadis itu yang terasa aneh dan janggal baginya. Ni anak kenapa sih?
“Malah bengong lagi, udah sana balik.”
“Yakin nggak mau dibawain sampai dalam?” Bintang kembali memastikan.
“Yakin. Udah sana, have a good rest, ya.” Tara melambai begitu Bintang mengambil langkah menuju pintu apartemennya sendiri dan mengembuskan napas panjang begitu sosok tinggi tegap itu menghilang di balik pintu.
Walau dengan susah payah, Tara membawa plastik belanjaan masuk ke dalam apartemen dan menggeletakkannya begitu saja di balik pintu dengan dirinya yang masih berdiri lunglai bersandar pada daun pintu. Tara mengumpat panjang pendek dalam hatinya sendiri, merutuki kebodohannya yang tidak bisa mengendalikan tingkah anehnya di depan Bintang tadi. Pasti cowok itu curiga atau setidaknya merasa heran dengan kelakuan absurdnya barusan. Apa Bintang menyadari kalau sejak pulang dari resto tadi Tara sudah salah tingkah di depannya? Kenapa juga Tara mendadak canggung dan salting di depan Bintang? Ini pertama kalinya dia salting di depan Bintang, nggak masuk akal.
Apa yang cowok itu lakukan saat Tara berada dalam keadaan emergency sangat sukses membuat jantungnya yang selama ini berdetak dalam ritme yang selalu tenang itu mendadak jadi tidak terkendali. Bantuan yang Bintang berikan walau dinilai sederhana nyatanya begitu berarti layaknya seorang superhero yang datang menolong sang putri yang sedang tak berdaya. Semua itu terjadi gara-gara tamu bulanan sialan yang datang lebih cepat dua hari dari tanggal yang diperkirakan Tara.
“Eh, balik yuk dah mau malem.” Tara memasukkan ponsel ke dalam tas setelah dia selesai melakukan pembayaran via online untuk mendapatkan stiletto pujaannya tadi. Tinggal duduk cantik di rumah dan sepatu idaman pun datang.
Bintang yang sudah memasukkan hape ke saku celananya pun bangkit dan tinggal menunggu Tara selesai mengemasi barang-barangnya. Tara bangkit dan meraih tas serta blazernya saat Bintang tiba-tiba menyiram rok belakangnya dengan sisa jus buah naga. Tara tersentak kaget dengan tindakan Bintang yang tanpa alasan itu. What the hell!
“Sorry, Ta. Gue nggak sengaja, tadinya mau gue minum eh malah tumpah jusnya,” ucap Bintang dengan suara lantang sembari mengedarkan pandangan ke arah pengunjung resto yang tidak terlalu ramai sore itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pretty Lady (Completed)
Любовные романыBintang: "Nama lo Tara Auristella artinya bintang yang bersinar terang. Lo bisa terang sendirian, itu artinya lo kuat." Tara: "Nama lo Bintang Cakrawala artinya bintang di atas langit. Kalo gak ada lo, gue gak punya tempat untuk bergantung. Untuk bi...