"Cha, bangun Cha" Ayla menepuk-nepuk wajah gadis itu. Sedangkan Shena sedang ke dapur untuk membawakan Echa air.
"Engh-" Echa sedikit membuka matanya. Sontak gadis itu langsung memeluk Ayla.
"Lo darimana Ay? G-gue takut banget" Ayla mencoba menenangkan gadis itu. Ayla dan Shena sangat khwatir melihat Echa yang sudah pingsan di sudut kamar.
"Setelah dari toilet, gue langsung ke depan dan ketemu Shena yang baru pulang, terus gue sama Shena nyari satpam gue buat benerin listrik, satpam gue juga lagi di toilet, jadi kita terpaksa nunggu Cha, gue udah nyuruh Shena ke kamar gue tapi dia takut, terus pas kita kesini lo udah pingsan, lo kenapa?" Tanya Ayla khawatir.
Sambil terisak Echa menceritakan kronologi yang ia alami barusan.
"Tapi gue gak liat apa-apa Cha, gue cuman liat lo pingsan di sudut ruang kamar gue" kata Ayla bingung. Gadis itu terkejut mendengar penuturan sahabatnya.
Tidak lama kemudian, Shena pun datang tergopoh-gopoh dengan segelas air di tangannya.
"Minum dulu Cha" kata Shena menyodorkan air minum untuk Echa. Echa segera meneguk air tersebut sampai habis.
"Lo gak pa pa kan, Dia kenapa Ay?" Tanya Shena sama khawatirnya dengan Ayla. Ayla menghela nafasnya dan menceritakan apa yang barusan Echa alami.
"Tapi kita gak liat apa-apa loh Cha pas masuk ke kamar Ayla, kita cuman liat lo udah pingsan di sudut kamar Ayla" kata Shena serius. Echa menunduk. Tidak mungkin dia bermimpi.
"G-gue takut"kata Echa lirih.
"Gak pa pa Cha, udah ada kita, lo yang tenang ya" kata Ayla seraya memeluk gadis itu.
"Gue bakal cari tahu Cha, siapa dalang di balik semua ini" kata Shena serius. Echa mengangguk.
"Mending kita nonton drakor aja yuk, biar lo bisa tenang Cha" kata Shena. Echa menganguk. Ketiga remaja itu pun mulai menikmati alur drakor yang mereka pilih.
***
"Kamu gak pa pa?" Tanya Bima lembut saat Echa pulang dari rumah Ayla. Gadis itu memilih pulang lebih pagi karena trauma nya.Echa menggeleng pelan. Air matanya kembali jatuh melintasi wajah mulusnya itu.
"Bidadari papa gak boleh nangis" Bima memeluk putri kesayangannya itu.
"Mama bikinin nasi goreng kesukaan kamu sayang, mama suapin ya" Sora duduk di tepi ranjang dan mulai menyuapi putrinya.
Echa masih diam sambil mengunyah nasi gorengnya. Tatapan gadis itu kosong.
"Cha!" Suara itu membuat Bima dan Sora menoleh. Aldi dan Sandi sudah berdiri di depan pintu dengan wajah khawatirnya.
"Lo gak pa pa?" Tanya Aldi seraya memeluk sepupunya. Echa menggeleng.
"Yang kuat ya" kata Sandi menyemangati Echa. Echa mengangguk. Sora kembali menyuapi Echa dengan telaten.
Sesekali gadis itu menyeka air matanya yang terus bercucuran. Aldi menatap Echa dengan tatapan sendu. Rasanya sesak.
"Papa berangkat dulu ya ke kantor" kata Bima lembut lalu mencium puncuk kepala putrinya. Echa mengangguk.
"Aldi, temenin Echa ya, tante ke bawah dulu" Aldi mengangguk. Sedangkan Sandi sudah pamit beberapa menit yang lalu ke sekolah karena ada urusan.
Aldi menatap Echa khawatir. Wajah gadis itu sedikit pucat. Echa memeluk Aldi dari samping. Gadis itu kembali menangis.
"Gak pa pa, ada gue Cha" kata Aldi menenangkan. Sesekali gadis itu menangis cukup kencang. Tak lama kemudian, Echa sudah terlelap sambil memeluk Aldi. Aldi pun membaringkan gadis itu dan menyelimutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCHA : Luka Dari Masa Lalu.
Teen FictionFitnah itu, pembunuhan dan trauma yang mendalam. Bagaimana rasanya menjadi tersangka pembunuh padahal kau tidak melakukan apa-apa, trauma yang membekas dari masa lalu kelam yang kian menyiksa. Gadis itu, tersiksa mental sebelum waktunya. Batin dis...