Bagian 3-Menuju Suasana Baru

12 2 0
                                    


بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Aku masih belum bisa memejamkan mataku yang semakin bengkak dan sembab, sebab air mataku terus saja mengalir memikirkan bagaimana jika aku benar-benar pindah sekolah, meninggalkan teman-teman SMA-ku dan juga rumah ini...

Ah.. ini semua tidak mudah bagiku. Namun aku juga tak punya kuasa untuk tidak mengiyakan permintaan Ayah dan ibu.

Ah.. sudahlah jika memang iya aku harus pindah, tak apa demi ayah ibu, di lingkungan serta suasana yang baru, Bismillah aku ingin berubah menjadi apa yang ayah inginkan.
Aku yang lelah sedari tadi menangis, tanpa sadar tertidur pulas dengan mata yang sembab.

Pasti esok pagi mataku akan bengkak.

Tok-tok-tok seseorang mengetuk pintu kamarku diluar sana, sudah jam berapa ini aku belum bangun juga.

“ permisi non, non belum bangun ya ? Ini sudah jam 10 non “seru bibi. Ah pasti aku kelelahan karna menangis sepanjang malam.

“ Ibu berpesan pada bibi katanya suruh non bersihkan diri, sarapan pagi lalu berbenah barang untuk kepindahan esok “ jawab Bi Ningsih.

Aku hanya diam.. mendengar tanpa menjawabnya “ baiklah non, bibi taruh sarapan pagi non di depan pintu, segera di makan ya non, bibi permisi “ ujar Bi Ningsih.

Bagus ! aku sarapan di dalam kamar saja jadi mereka tak perlu melihat mataku yang bengkak ini.

Segera aku menyibak gorden kamarku dan berlari kecil membuka pintu, dan benar saja ! sudah ada makanan di depan pintu kamarku, langsung ku ambil sarapan dari Bi Ningsih itu.

Segera aku membersihkan diri dan sarapan pagi lalu pergi ke taman belakang rumah melihat bunga-bunga mawar ibu dan pastinya untuk mendapatkan udara segar setelah semalaman suntuk dalam kesedihanku sendiri...

Hhhhuuuuhhhh... Ku tarik nafas dalam-dalam sembari memejamkan mata berharap semua masalahku pergi layaknya karbon dioksida yang keluar dari hidungku.

Tapi percuma aku pun harus terus bernafas lagi, menghirup oksigen kembali agar hidupku terus berjalan, dan mengeluarkan sisa-sisa karbon dioksida lagi.

Ah begitulah seterusnya sampai malaikat Izrail mencabut nyawaku, maka berhentilah aku menghirup oksigen ini, begitu pula dengan masalah hidup yang dialami setiap manusia, tidak ada manusia yang hidup di muka bumi tanpa satu pun masalah yang ada di hadapannya, kecuali ia mati, maka selesailah semua ujian hidupnya.

Ini semua adalah ujian, jika kamu berhasil melaluinya maka kamu akan berhasil dalam hidupmu.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.( Q.S Al-Baqarah : 216 )

Janji Allah adalah benar, hanya Allah yang maha tau akan segala hal.

Mungkin awalnya akan terasa sulit bagiku menyesuaikan diri di sekolah baru, tapi siapa takut?

Aku akan mencobanya !

Aku masih berjalan menyusuri taman bunga milik ibu, hamparan bunga berwarna-warni nan cantik dihinggapi kupu-kupu membuatku nyaman berada disini seakan aku terbius lupa dengan semua masalahku..

andai saja aku dapat dengan mudah pergi ke suatu tempat yang jauh dengan mesin waktu. Tempat yang membuatku nyaman dan hanya aku yang berada disana seorang diri.

Cukup lapar aku pun menghampiri bangku taman di ujung sana, sambil menikmati udara pagi yang segar dan sejuk khas dataran tinggi.

Segera kulahap sarapan buatan bi Ningsih, ya omelette serta tak lupa pula roti tawar dan susu.

Bibi memang jago soalnya memasak
Semilir angin menerpa wajahku dan mengibaskan rambutku yang hitam dan lurus.

Ah andai saja aku belajar mengenakan jilbab pasti rambutku takkan begini.

Sudah lama aku memilih untuk melepas hijabku, dulu aku pernah membiasakan diri memakai jilbab namun sejak awal masuk SMA aku memilih untuk tidak mengenakannya lagi.

Aku tahu jika nantinya aku pindah ke sekolah MAN pasti aku harus menggunakan hijab ke sekolah.

Ya tapi tak mengapa aku tak bisa menolak permintaan ayah. Aku sangat menyayangimu ayah.

Lagi pula kan aku juga pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi Santri dulu.

Huh... *Menghembuskan nafas*
Ingin rasanya kembali menjadi pribadi seperti yang dulu. Jadi anak baik yang rajin ibadah, seperti keinginan ayah.

Ayah....

Sebaiknya aku kembali ke rumah, membersihkan diri dan berbenah barang-barang seperti kata bibi.

“Non udah selesai sarapannya?” tanya bibi yang sedang menyirami bunga-bunga milik ibu.

“ Sudah bi “ jawabku

“ Yasudah sini non biar bibi yang bawain piringnya non Mira “ ujar bibi sambil mengambil piring dari tanganku

“ Makasih ya bi “ ujarku sambil berlalu menuju kamar.

Setelah membersihkan diri aku bergegas berbenah kira-kira barang-barang apa yang harus kubawa...

Saat aku membuka laci mejaku aku menemukan foto kecilku disana. Foto ketika aku masih berumur 5 tahun sedang memegang boneka Pooh si beruang madu berwarna kuning, aku tersenyum memandangi wajah ayah dan ibu yang berada di samping kanan dan kiriku.

Di foto itu terlihat betapa sumringahnya senyumku aku lupa sudah berapa lama aku tak tersenyum sebahagia itu.

Betapa manisnya momen ini bagiku.
Segera ku ambil foto itu dan menaruhnya dalam kotak barang agar aku tak melewatkan barang-barang yang penting bagiku.

Saat aku masih sibuk berkemas terdengar ketukan pintu diluar sana..

Tok.. tok.. tok..

“ Ya siapa” teriakku

“Ini ibu, Mira” balas seseorang diluar sana.

Ternyata ibu, aku hanya diam dan tetap di dalam kamar.

Kemudian terdengar suara lagi

“ Mira, kamu sedang apa  nak? Ibu masuk ya !

“ Ah ya sudah jika ibu ingin masuk biarkan saja aku bergumam.

Terdengar suara langkah kaki menuju ke arahku, “ ohh.. kamu lagi berkemas Mira “ kata ibu mendekatiku namun aku hanya diam saja.

“ Kamu masih marah ya sama ibu “ tanya ibu parau , matanya menatapku dengan sendu

“ Emm.. gak kok Bu Mira gak marah sama ibu “

Mau Jadi BaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang