Buy Some Plants

1.1K 146 42
                                    

Thankyou so much buat kalian yang udah support, vote maupun comment di chapter sebelumnya♥️♥️
Jujur Pin ga nyangka kalo bakalan pada suka, berhubung fanfic Venom itu dikiiiiit banget :'(

Happy reading~
1280 words

------------------

Dua hari setelah Eddie dan Venom berhasil beres-beres kamar apartemen bernomor 1404 itu, ahli reparasi baru bisa datang.

"Dia cerewet, Eddie,"

Lagi-lagi Venom berkomentar sebelum pintu terbuka, keluh Eddie.

"Lusa lalu aku mengirim foto kondisi jendelanya. Apa kau sudah lihat?" Eddie menghiraukan suara yang ada di dalam kepalanya, mengajak repairman itu masuk ke dalam kamar apartemen, mendekati jendela yang dimaksud

"Sudah. Tapi seperti yang kau tau, itu nomor atasanku. So... baru pagi ini dia mengirim foto itu padaku," pemuda kurus berambut ikal itu mengendikkan bahu

Dan Venom menggeram, cemburu karena diabaikan.

"Tapi tenang saja. Aku membawa pengganti yang kau minta," dia yang berseragam ala repairman itu melanjutkan, memakai sarung tangan lalu memeriksa jendela, "Oh-Jesus... ini yang terburuk selama seminggu ini. Yang terburuk,"

Tangan berlapis sarung tangan kain itu memeriksa dengan telaten jendela yang hancur tersebut. Bolong, hanya tersisa serpihan kaca yang melekat pada kayu daun jendela yang juga sama-sama hampir tak bersisa. Tirai jendela pun sudah dilepas karena tak bisa berfungsi. Menyisakan kotak berbingkai putih buluk dimana angin kencang dan kotoran bisa masuk kapan saja.

"Aku yakin 'suatu barang besar' telah dilempar dari dalam sini,"

Eddie berdeham lirih, sementara Venom di dalam tubuhnya pura-pura tidak dengar.

"Tapi..." dia melongok keluar jendela, "...man, ini lantai empat! Manusia gila!" gerutunya

"Aku bukan manusia!" Venom-di dalam tubuh Eddie-tak suka, tak kalah menggerutu, "Dan kita tidak gila!"

"Untungnya kau tidak kehilangan apa-apa, right?" mulai membuka tas biru yang sedari tadi dia tenteng, mengeluarkan perkakas seperti obeng, tang dan pengungkit untuk mencongkel sisa kaca serta kayu di dinding

Pria yang kini bekerja sebagai penulis lepas itu berusaha mengontrol Venom yang usil, menghela nafas, mengantongi kedua tangan pada hoodie abu-abu kesayangannya, "Yah... tidak ada yang bisa diambil dari sini,"

"Berbeda dengan apartemen Annie yang mewah dan nyaman? Bukan begitu, Eddie?"

"Ssshhhhh! Sshh!" akhirnya, Eddie mendesis marah, "Shut up!" geramnya amat lirih, berpura-pura menatap langit-langit untuk mencari cicak

Tentu Venom terkekeh kemenangan, mengingat Eddie masih sensitif kalau berbicara soal mantan kekasih yang lebih memilih seorang dokter ketimbang dirinya yang antah-berantah itu.

"Okay..." untungnya reparator itu tidak mendengar tingkah manusia bersama symbiote di belakangnya, "... sudah kubersihkan. Aku akan turun untuk mengambil kaca dan tirainya,"

Eddie dan VenomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang