Jam makan siang, Tara lagi-lagi terlihat beredar di ruang divisi marketing. Dia bertujuan mengajak Bintang lunch dan melanjutkan pembicaraan yang tadi sempat terputus gara-gara Bu Lusi itu. Tara menuju meja Bintang tapi tak mendapati sosok tinggi itu ada di sana. Kira-kira kemana perginya Bintang?
Bintang ternyata sedang menuju pantry dan mendapati Mauryn juga berada di sana sedang menikmati makan siangnya sendiri.
"Ryn, kamu nggak lunch di luar?" tanya Bintang sambil mencuci mug yang tadi dia gunakan untuk menyeduh kopi paginya.
"Nggak, aku lagi diet. Makanya bawa makan siang sendiri." Mauryn menunjukkan kotak makan siang yang berisi green salad juga potongan buah-buahan segar di kotak yang lain. "Kamu sendiri kok nggak keluar?" tanya Mauryn.
"Iya mau." Bintang meletakkan mug yang sudah bersih itu di rak dan bersiap pergi tapi Mauryn memanggilnya lagi.
"Boleh minta tolong nggak? Angkatin galon, dong. Aku nunggu Pak Yadi dari tadi tapi belum datang juga, haus."
"Kan bisa minum air di kulkas dulu."
"Aku nggak minum air dingin, minumnya air biasa. Soalnya kalo air dingin itu bikin lemak di perut numpuk," lontar Mauryn.
Bintang yang merasa kasihan akhirnya memenuhi permintaan Mauryn untuk mengisi kembai air galon. Saat dia mengangkat galon itu, karena kurang hati-hati cipratan air galon mengenai kemejanya.
"Aduh, sorry banget ya." Mauryn yang merasa bersalah mencabut beberapa lembar tisu dan berusaha mengeringkan kemeja Bintang itu.
"Udah nggak apa-apa." Bintang yang merasa tak nyaman karena Mauryn mengusap-usap bagian dadanya berusaha menghindar. "Biar aku aja."
"Oh, sorry ..." Mauryn menyerahkan tisu itu pada Bintang dengan malu-malu. "Maaf ya, gara-gara aku kemeja kamu jadi basah," sambungnya lagi masih menyesal.
"Nggak apa-apa, nanti juga kering. Itu, silakan ..." Bintang mempersilakan Mauryn untuk mengisi gelasnya dengan air yang sudah tersedia.
"Makasih."
"Aku duluan, ya." Bintang pamit meninggalkan pantry dengan masih berusaha mengeringkan kemejanya dengan tisu saat dikejutkan dengan keadiran Tara yang tiba-tiba sudah duduk di meja kerjanya.
"Hayo! Ketahuan lo abis mojok ya?" Tara tersenyum jail.
"Mojok apaan, nggak lihat nih baju gue basah!" Bintang mengambil ponsel dan jasnya. "Ayo, jadi lunch nggak? Tempat biasa?" tanyanya sambil berlalu.
"Jadi Mauryn?" tanya Tara yang berusaha mensejajarkan langkah dengan Bintang.
"Apanya?" tanyanya balik tak mengerti.
"Nggak usah malu-malu deh, gue lihat semuanya kok tadi. Sampai deketan gitu." Tara cekikikan saat melihat raut wajah Bintang yang tersipu di depan Mauryn.
Bintang berhenti tiba-tiba begitu Tara berucap demikian.
"Itu nggak seperti yang lo lihat tadi." Bintang merasa harus menjelaskannya pada Tara agar cewek itu tidak salah sangka padanya.
"Tadi itu Mauryn minta tolong angkatin galon abis itu airnya tumpah kena kemeja, dia cuma bantu bersihin itu aja." Bintang berusaha menjelaskannya.
"Bisa juga ide lo pake acara sengaja numpahin air lagi. Dasar cowok ada aja modusnya." Tara kembali tertawa.
"Lo jangan ngarang deh, Ta. Nanti malah nyebar nggak karuan lagi." Bintang mempersilakan Tara masuk ke dalam lift terlebih dahulu seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pretty Lady (Completed)
RomanceBintang: "Nama lo Tara Auristella artinya bintang yang bersinar terang. Lo bisa terang sendirian, itu artinya lo kuat." Tara: "Nama lo Bintang Cakrawala artinya bintang di atas langit. Kalo gak ada lo, gue gak punya tempat untuk bergantung. Untuk bi...