14. Cheers!

1K 95 4
                                    

Sepanjang perjalanan pulang mengantar Mauryn, Bintang hanya bisa diam. Dia bingung mau membangun percakapan seperti apa dengan Mauryn. Walaupun berada dalam satu divisi yang sama tapi Bintang jarang mengobrol dengan yang lain. Karibnya selama dia berkantor di sini hanya Tara, David dan Pam saja. Yang lainnya hanya kenal sambil lalu begitu saja. Bintang bukan tipe orang supel yang gampang akrab dengan orang baru seperti Tara, Bintang butuh proses dan waktu adaptasi yang lama untuk bisa mengakrabkan diri dengan orang baru.

Kedekatannya dengan Tara juga terjadi karena cewek itu yang menawarkan keakrabannya lebih dulu. Sifat bersahabat yang Tara tawarkan dalam waktu singkat langsung membuat kecanggungan Bintang mencair sepenuhnya dan bisa bersikap seperti dirinya sendiri bersama Tara. Tidak ada kata jaim selama dia mengenal sosok Tara, karena gadis itu juga tidak pernah bersikap jaim kepadanya. Bersama Tara Bintang benar-benar bisa menjadi dirinya sendiri.

“Dari sini belok kiri atau kanan?” tanya Bintang saat mobilnya sudah berada di ujung pertigaan.

“Kiri,” jawab Mauryn singkat.

Mobil berbelok menuju gerbang kompleks perumahan Mauryn dan berhenti tepat di rumah berlantai dua bercat hijau celery.

“Masuk dulu, Bi?” ajaknya sebelum turun.

No, thanks. Aku langsung aja”

“Oke, makasih ya kalo gitu. Maaf ngerepotin sekali lagi.” Mauryn turun dari mobil dan melambaikan tangan tepat di depan gerbang rumah.

Bintang memacu mobilnya perlahan meninggalkan area kompleks perumahan itu. rencana untuk membawa Tara makan di resto baru itu gagal total karena dia dipaksa Tara untuk mengantar Mauryn pulang. Bagaimana caranya agar Tara tidak lagi ngotot menjodohkannya dengan Mauryn? Bagaimana Tara bisa berpikir bahwa orang yang Bintang suka selama ini adalah Mauryn hanya dari melihat kejadian di pantry tadi siang? dan ironisnya lagi gadis yang dia sukai sekarang berlagak jadi mak comblang untuk dirinya. Miris.

Mobil berhenti tepat saat lampu merah menyala. Sambil menunggu, Bintang membuka ponselnya dan membuka aplikasi whatsapp untuk mengirim pesan pada Bulan. Setelahnya jarinya menggeser layar ke kiri untuk melihat status Wa dari teman-temannya dan matanya tertuju pada status yang Tara unggah di laman media sosial itu memperlihatkan pemandangan di luar jendela apartemen yang masih terguyur hujan dengan caption ‘missing home’.

Mungkin karena tadi siang selepas lunch Bintang menyinggung tentang masakan rumah membuat Tara jadi merindukan rumahnya sendiri. Bintang pun lantas memutar kemudi berbalik arah dengan segera setelah lampu hijau menyala tepat di depannya.

XOXO

Tara baru saja membersihkan wajahnya ketika bel pintu berbunyi dan sosok tinggi Bintang sudah berdiri di balik pintu dengan menenteng kantong plastik putih di tangannya.

“Gue bawa oleh-oleh buat lo.” Bintang langsung melesak masuk tanpa dipersilakan dan menaruh kantong plastik yang dia bawa itu ke nakas dapur. Dia mengeluarkan isi jinjingan, mengambil piring serta sendok yang diperlukan.

“Lo ngapain di sini? Gue pikir masih di rumahnya Mauryn.” Tara mengikuti Bintang ke dapur dan hanya jadi penonton apa yang cowok itu lakukan di dapurnya.

“Ngapain gue di sana sampe malem gini? Nih, kan katanya lo lagi kangen rumah. Makanya gue bawain sesuatu yang bisa bikin kangen lo sedikit terobati.” Bintang memindahkan sayur lodeh, orek tempe, sambal terasi, ikan kembung goreng bumbu kuning dan tumis capcay serta ayam goreng ke atas piring saji. Sorot mata Tara langsung bersinar begitu melihat beragam masakan yang biasa tersaji di rumahnya kini terhidang di depan mata. Di tengah kesibukannya memindahkan semua lauk pauk senyum Bintang tersungging melihat ekspresi kagum Tara.

My Pretty Lady (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang