❌ payung merah❌

269 58 27
                                    

Kini mereka tengah berteduh di bawah pohon rindang, suasana canggung melingkupi keduanya. Hiro mencoba mencairkan suasana canggung, ia memanggil nama Kinanti untuk mengajaknya mengobrol.

"Kinanti" "Hiro"

Panggil mereka secara bersamaan, membuat keadaan menjadi semakin canggung. "Kau duluan saja." Ujar Kinanti dengan cepat sebelum Hiro membuka suaranya.

"Em.. kau kedinginan?" Hiro melepas jaket bomber army nya, memperlihatkan otot tubuh yang berbalut kaos tipis hitam yang melekat sempurna, kemudian memakaikan jaketnya kepada Kinanti.

"Ini pakailah.." Hiro tersenyum lembut membuat gadis itu merona dibuatnya.

"Sekarang katakanlah apa yang ingin kamu katakan." Ujar Hiro setelah usai dengan acara romantisme kecilnya.

"Errr... Hiro sandalmu" mata Kinanti mengarah ke kaki putih berbulu halus milik hiro. Lelaki itu menurunkan pandangannya mengikuti arah pandang Kinanti. Irisnya membelalak hampir keluar dari tempatnya.

Shittt! Lagi lagi kesialan menimpanya, lelaki ini sungguh tampak bodoh dihadapan kekasihnya. Hiro bukannya mengenakan sandal atau sepatu, justru memakai gapyak usang milik bi Damini

*Gapyak (sandal kuno yang biasanya dipakai oleh perempuan jawa yang terbuat dari bahan kayu).

*Gapyak (sandal kuno yang biasanya dipakai oleh perempuan jawa yang terbuat dari bahan kayu)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Begini ilustrasinya... Eh tapi kok gapyak masjid sih?🤔)



ya tuhan, cabut nyawaku sekarang!

Hiro malu bukan kepalang. Selain hanya menggunakan gapyak yang pengaitnya hampir putus, gapyak itu berbeda warna antara kaki kanan dengan kiri. Yang kanan warna kuning dan yang kiri merah, ya Letnan itu terlihat seperti pelangi!

Wajah Kinanti memerah menahan tawanya yang sedari tadi ingin meledak, namun ditahannya kuat kuat. "Astaga Hiro apa yang kamu lakukan?" Ucap Kinanti dengan suara bergetar menahan tawa bercampur hawa dingin yang mendera.

"Oh god! Maafkan aku Kinanti, tadi aku sangat terburu-buru karena ketiduran, aku tak memedulikan sandal apa yang kupakai! Pikiranku hanya tertuju padamu, sungguh." Wajah Hiro merah padam menahan malu, berusaha tetap menjelaskan kepada Kinanti bahwa dirinya sedikit ceroboh.

"A...aku sungguh.... ya Tuhan aku malu sekali !" Hiro menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Jika sudah seperti ini, sisi kekanakannya akan muncul dengan sendirinya. Kinanti terkikik geli melihat pemuda yang kini telah resmi menjadi kekasihnya, Kinanti jadi tau sisi lain Hiro meskipun belum seberapa. Kinanti meraih tangan besar itu, lalu mengarahkannya untuk mengusap lembut pipinya.

"Aku menyukai sisimu yang seperti ini Hiro.. kau tidak boleh menunjukkannya kepada wanita manapun!"

"Kau cemburu hm?" Rasa malu Hiro menguap begitu saja tatkala mendengar penuturan Kinanti dengan nada cemburu yang tak dibuat buat.

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝 𝐖𝐚𝐫 𝐥𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang