s e j a r a h (?)

128 23 3
                                    

Sella berjalan kembali menuju kelasnya, dia menghentakkan kaki karena masih merasa kesal. Sungguh, rasanya tiada hari tanpa Sebastian membuat Sella merasa kesal atau ingin marah.

Setiba di kelas, Sella memegang perutnya. Sella sebenarnya sangat lapar, tapi dia malas berada di kantin ketika melihat Sebastian. Bodohnya lagi, Sella lupa untuk membeli roti atau apapun itu yang dapat menjanggal perutnya.

Sella hanya pasrah dan memutuskan untuk menekan perutnya agar tidak terlalu lapar, Sella ingin minum tapi dia juga tidak mempunyai air. Sella menidurkan kepalanya di atas meja.
Berusaha untuk terlelap agar laparnya tidak terlalu Sella rasakan.

Sedang asik dengan pikirannya yang indah agar bisa tertidur, tiba-tiba Sella merasakan bangku milik Wilona bergerak. Sella langsung mendongkak dengan senyum sumringan, berekspetasi bahwa yang datang adalah sahabatnya.

Namun, seketika wajah Sella berubah jadi muram, kalian sudah pasti tahu siapa penyebabnya. Betul, dia adalah Sebastian.

Sebastian memberi senyuman tipis ke arah Sella, lalu menyodorkan piring yang berisikan nasi goreng dan segelas jus jeruk. Sella menatap keduanya, jujur dia sangat lapar. Sella sangat membutuhlan asupan energi saat ini.

Sebastian yang melihat tatapan Sella ke piring dan gelas itu hanya berusaha untuk menahan senyumannya.

"Makanlah, aku tahu kau lapar." Sebastian meletakkan keduanya di hadapan Sella yang langsung dibalas oleh Sella dengan menoleh ke arah lain.
"Tidak. Aku tidak lapar." Sella berusaha menahan perutnya agar tidak tergiur sama sekali.
"Benarkah? Lalu untuk apa kamu menahan perutmu seperti itu? Apa kamu ingin sakit?" Sebastian terus memperhatikan Sella, penasaran apa yang akan Sella katakan selanjutnya.
"Itu bukan urusan Lo! Lo urus saja urusan lo sendiri! Gue kan sudah bilang kalau gue nggak akan menerima apapun dari lo! Apa lo tuli? Gue bahkan rela kelaparan" sungut Sella, dia masih tetap pada pendiriannya.

Sebastian menghela napasnya, dia tahu Sella akan sekeras kepala ini.
"Sella makanlah, ini bukan makanan dari aku. Ini makanan yang kamu pesan saat bersama Wilona. Aku hanya mengantarnya kemari." Sebastian menjelaskan hal tersebut ke Sella, berharap Sella akan memakannya.

Mata Sella berubah menjadi berbinar ketika mendengar itu dari Sebastian. Kalau Sella memakan ini tidak masalahkan? Ini makanan yang dia beli sendiri pakai uangnya. Jadi, Sella rasa itu tidak masalah.

Sella lalu membalikkan kepalanya, menatap makanan yang sudah ada tepat di hadapannya. Lalu memegang sendok dan garpu, siap menyantap makanan tersebut.
"Baiklah gue akan memakannya, lagi pula ini pakai uang gue iyakan? Jadi itu tidak masalahkan?" Sebastian yang mendengar itu hanya terkekeh, Sella memang sangat menggemaskan untuknya.

Kalian bisa menganggap Sebastian itu sudah gila. Bagaimana tidak? Dia sedari tadi memperhatikan Sella makan sambil tersenyum sangat bahagia. Bukankah itu aneh? Tapi, bagi Sebastian ini adalah hal yang luar biasa karena Sella tidak mengusirnya sama sekali.

Sella yang merasa diperhatikan sedari tadi sebenarnya agak risih, namun Sella benar-benar lapar hingga dia berusaha tidak mempedulikan Sebastian yang duduk di sebelahnya.
Namun, Sella bingung apa Sebastian sudah makan? Apa dia tidak lapar atau tergiur sama sekali saat melihat Sella makan?

Sella pun dengan sekuat tenaga mengumpulkan niat dan tekadnya untuk menoleh ke arah Sebastian.
"Apa kamu tidak lapar? Dari tadi kamu hanya melihat aku makan atau kamu sudah makan di kantin?" Sella bertanya ke Sebastian dengan perbedaan intonasi suara yang sangat berbeda dari Sella yang biasanya dan menatap Sebastian yang sepertinya kelihatan terkejut ketika Sella menoleh ke arahnya. Sebastian hanya menggelengkan kepala.

"Dijawab! Aku tidak tahu apa maksud gelengan kepalamu!" Sella kembali dibuat kesal oleh Sebastian, sepertinya Sella sangat mudah kesal ke Sebastian.

"Aku belum makan dan aku tidak lapar, mungkin?" perkataan terakhir Sebastian seperti seseorang yang sedang bertanya, Sella yang mendengarnya menatap Sebastian malas. Lalu, dia mengambil sesendok nasi goreng yang ada di piring.

"Aaa, buka mulutmu" Sella menyodorkan sendok itu ke arah Sebastian yang dibalas oleh Sebastian dengan alis yang diangkat sebelah. Bingung apa maksud dari perlakuan Sella.

"Aku bilang buka mulutmu! Kamu juga harus makan! Tidak usah berpikiran yang aneh! Aku hanya kasihan dan masih memiliki rasa kemanusiaan!" Sella menjelaskan hal tersebut dengan sangat panjang lebar.
Sebastian yang mendengarnya lantas tersenyum dan membuka mulutnya, Sella langsung memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulut Sebastian.

"Lain kali seharusnya kamu memedulikan diri sendiri terlebih dahulu! Baru orang lain" Sella terus menggerutu sambil menyuapi Sebastian makanan hingga habis.
Sepertinya Sebastian harus menulis ini sebagai sejarah baru dalam hidupnya.

Di depan pintu kelas, ketiga orang yang sedari tadi memerhatikan mereka hanya diam dan tercengang menyaksikan hal yang sangat mustahil itu terjadi. Lalu tiba-tiba Chandika bertepuk tangan, Wilona masih dengan mulut terbukanya dan mata yang terus mengerjap, dan Kaisar tersenyum dengan sangat tulus.

It's You ¦ SeulHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang