15. -||PCADA||-

485 116 12
                                    

"Iya. Oke baiklah aku jujur sama kamu Ay. Kamu ingat sahabat mu di SMA yang bernama Akhtar?" Akhtar mencoba menjelaskan satu per satu.

Ayra mengenyeritkan keningnya mencoba untuk mengingat zaman mereka SMA dahulu.

"Iya saya ingat," Ayra sudah ingat kembali.

"Siapa nama panjang sahabat mu dulu?" tanya Akhtar.

"Akhtar Qabeel Alfarezi," tiga kata yang Ayra ucapkan dari mulutnya membuat hati Akhtar kembali luluh.

"Apa kamu tau keberadaannya sekarang?" tanya Akhtar kembali.

"Tidak," jawab Ayra singkat, padat, dan jelas.

"Kamu tidak berusaha untuk mencarinya?" Akhtar terus menerus menanyakan hal ini kepada Ayra.

"Sudah selama bertahun-tahun namun hasilnya nihil. Saya tidak menemukannya dimanapun," raut wajah Ayra kini berubah menjadi sedih.

Akhtar paling tidak bisa melihat Ayra yang bersedih seperti ini.

♡♡♡♡

"Apa benar selama ini kamu mencarinya?" tanya Akhtar.

"Iya Pak untuk apa saya berbohong," jawab Ayra sambil menahan isak tangisnya walaupun matanya kini sudah berkaca-kaca.

"Apakah pas kamu kerja disini kamu tidak merasa aneh?" tanyanya lagi.

"Sama sekali tidak Pak. Saya hanya berniat kerja disini bukan yang lain," jawab Ayra tegas.

"Aku lah Akhtar yang selama ini kamu cari Ay," pada akhirnya Akhtar jujur kepada Ayra.

Pandangan Ayra yang dari tadi menunduk kini menatap wajah Akhtar.

"Maaf aku tidak jujur kepadamu sebelumnya Ay," ungkap Akhtar. Sekarang ia pun mengatakan dirinya dengan bahasa 'aku' bukanlah 'saya' lagi.

"Pasti Bapak berbohong kan?" elak Ayra.

"Untuk apa aku bohong Ay? Aku tidak pandai untuk berbohong," kata Akhtar.

"Sebentar," ucap Akhtar.

Akhtar beranjak dari sofa yang ia duduki tadi dan mengambil sebuah berkas yang ada di laci meja milik ruangannya. Berkas itu berisi tentang biodatanya.

Setelah mengambil berkas itu ia pun berjalan menghampiri Ay dan duduk disampingnya.

"Ini," ucapnya sambil memberikan berkas itu kepada Ayra.

"Apa ini Pak?" tanya Ayra bingung.

"Kamu buka saja sendiri," perintah Akhtar dan Ayra pun menurutinya.

Perlahan Ayra membuka berkas itu, sangat jelas tulisan yang berada diberkas itu adalah nama Akhtar sahabatnya dulu yaitu Akhtar Qabeel Alfarezi. Sungguh ia tidak percaya orang yang selama ini ia cari ternyata setiap hari bertemu dengannya.

"Kenapa Bapak tidak jujur dari awal?" tanya Ayra yang tidak bisa menahan tangisnya lagi.

Akhtar bingung harus berbuat apa sekarang sebenarnya ia sangat tidak bisa melihat Ayra menangis. Ia ingin mengusap air mata yang mengalir dipipi Ayra namun ia ingat, ia bukanlah mahramnya Ayra dan tidak berhak menyentuh seenaknya saja.

Perjalanan Cinta Akhtar dan Ayra (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang