Caroline POV
Jujur saja, aku juga merasa tidak enak sama Nick. Rasanya seperti aku menggantung jawabanku, dan membiarkan Nick seperti kapal di tengah-tengah danau tanpa dayung. Aku takut salah memberikan dayung dan membuat Nick tidak bisa ke tepian mana pun! Tapi kalau Nick kelamaan di tengah danau, dia bisa mati kelaparan karena tidak ada makanan yang dia bawa!
Ck, apa sih yang sedang ku pikirkan! Kenapa aku malah memberi perumpamaan seperti itu!!!
Huft.
"Linnn...."
Aku segera menoleh dan mendapati Ibu Erna sudah duduk di sampingku. Aku lelah berpikir dan hanya bisa memberikan senyum tipis ke arahnya.
"Apa yang kamu pikirkan, Lin? Kamu mikirin Nick?" tebak Ibu Erna jitu.
Aku tahu tidak ada gunanya aku berbohong, karena Ibu Erna juga pasti tahu kalau aku berbohong. Tapi aku terlalu malu untuk menceritakan semuanya, karena letak masalahnya semua ada padaku. Aku yang membuat Nick ada di tengah danau tanpa dayung!
"Menurut Ibu, Nick itu seperti apa?" tanyaku.
"Seperti apa??" tanya Ibu Erna bingung.
"Ya. Seperti apa? Apa dia baik? Tampan? Jahat?"
Ibu Erna terkekeh, kemudian merapat ke dekatku dan memelukku sayang. Ah, rasanya nyaman sekali dipeluk Ibu Erna. Seperti dipeluk Mama.
"Kamu juga bisa melihatnya sendiri, kenapa harus bertanya kepada ibu?"
Aku hanya bisa diam. Menikmati elusan tangan Ibu Erna di kepalaku dan terus menyusuri rambutku.
"Bagi ibu, Nick itu tampan. Tentu saja tampan, orang buta pun tahu kalau dia tampan!" kata Ibu Erna dengan gerlingan nakal ke arahku. Aku pun terkekeh geli. Ya, tentu saja Nick tampan!
"Nick juga baik dan penyayang. Lihat saja saat dia main ke sini, dia selalu membawa sesuatu. Bukan sogokan, tapi karena dia ingin kita menikmati entah itu buah, makanan, atau sekedar film yang membuat kita kumpul dan menikmati malam bersama." tambah Ibu Erna. Aku membenarkannya dalam hati.
"Terus... menurut ibu, dia itu lelaki yang diinginkan semua ibu-ibu untuk anak perempuannya! Menantu yang begitu sempurna!"
"Ahhh, ibu ini bicara apa sih!"
"Loh, ibu ini beneran tau! Lagipula, ibu juga tahu kamu itu lagi ragu sama Nick kan?"
Iya. Aku ragu. Bahkan sangat ragu untuk menjawab Nick bagaimana.
"Aku hanya tidak ingin salah menjawab dan memberikan harapan palsu sama Nick, Bu..." jawabku jujur.
"Tapi caramu yang membuat Nick menunggu bukankah juga membuatnya sedih?" kata Ibu Erna telak. Yah, aku juga tahu itu tapi aku benar-benar tidak ingin Nick melambungkan perasaannya terlalu tinggi dan terhempas begitu saja kalau memang ternyata perasaan kami tidak sama.
"Nick tulus mencintai kamu, Lin. Terlihat dari tatapannya."
"Ibu apaan sih! Lihat apanya??? Bukankah Nick memang melihat setiap orang dengan tatapan yang sopan seperti biasanya???"
"ASTAGA! KAMU INI KOK TIDAK PEKA SIH!" teriak Ibu Erna yang sukses membuat telingaku sakit karena dekat sekali.
"Maksudnya apa sih Bu? Kok pake teriak-teriak segala! Peka apaan???"
"Nick itu menatap kamu sepenuh hati! Dengan perasaan cintanya yang tulus sama kamu! Bahkan tanpa bicara pun, perlakuan Nick ke kamu itu terlihat sekali seperti menjaga kamu dan tidak ingin kamu terluka! Dia itu cinta sama kamu, Nak!"
Aku terdiam dan mencoba mencerna kata-kata Ibu Erna. Sebelumnya pernah ada juga yang bilang tatapan Nick itu ada 'something'nya. Siapa ya? Tapi itu bukan masalahnya! Masalahnya, benarkah? Lalu kenapa aku malah seperti orang buta yang tidak tahu?
Atau mungkin, aku tidak mau tahu?
Ugh, kalau begitu aku sudah melakukan suatu kesalahan fatal! Ada seorang yang berbaik hati mencintaiku dengan tulus, tapi malah aku abaikan.
Walau begitu, jujur saja aku pun .... Aku pun menyukainya. Bukan karena penampilannya yang super wah dan membuat siapapun tergiur, termasuk aku. Bukan! Tapi karena sifatnya. Sifatnya yang seperti dikatakan Ibu Erna. Dia baik dan penyayang. Dia aware dengan keadaan sekitarnya setiap aku berjalan bersamanya. Dia itu... sempurna! Gambaran seorang pangeran berkuda putih impian para gadis di bagian dunia manapun!
Oh astaga, harusnya aku benar-benar menyadarinya sesegera mungkin dan tanpa ragu menerima Nick. Karena tanpa sadar, hanya dalam sepuluh hari, Nick berhasil membuatku terjatuh dengan pesona dan apapun yang dia berikan kepadaku!
"Yahh... sejujurnya, Olin pun menyukainya..." kataku dengan suara yang semakin kecil di kata terakhir.
Ibu Erna terkekeh geli. Tapi aku pun tersenyum dan kembali ke dalam pelukan Ibu Erna. Kalau bukan karena Ibu Erna meneriaki tadi, aku pasti masih membiarkan Nick di danau tanpa berniat memberikan dayung.
"Sebaiknya kamu cepat ungkapkan perasaan kamu itu, Lin!"
"Emangnya kenapa Bu?" tanyaku bingung.
"Nick itu kaya, tapi tidak sombong. Kita semua tahu itu. Lalu, dia juga baik, pinter, tampan, penyayang dan masih muda. Dua puluh lima tahun! Wanita mana yang tidak menginginkannya... iya kan? Jadi kamu harus segera memilikinya sebelum dia malah dimiliki orang lain!" Goda Ibu Erna.
Hahaha. Iya. Betul juga. Nick itu kan tampan, kaya, baik, pinter, penyayang dan masih muda. Kriteria yang luar biasa yang diinginkan semua wanita!
Ehhh... wait!
Muda?
Dua puluh lima tahun?
"Ibu tahu umur Nick dari mana?" tanyaku melepaskan pelukan Ibu Erna dan menatap mata Ibu Erna lekat-lekat.
"Dari Nick. Ibu kan pernah tanya. Kamu ga tau? Memangnya kamu kira Nick berumur berapa??" Tanya Ibu Erna balik.
Aku sendiri tidak tahu! Aku kira Nick berumur thirty something... Apalagi mengingat dulu kami pernah bertemu. Tidak mungkin kalau Nick masih berumur dua puluh lima! Lalu tiga belas tahun yang lalu Nick itu umur dua belas tahun? Cuma beda setahun dariku? Tapi kenapa penampilannya dewasa sekali saat tiga belas tahun yang lalu??! Bahkan aku baru sadar, Nick TIDAK BERUBAH!
Oh astaga... Ada sesuatu yang tidak benar di sini. Jelas ada sesuatu yang salah! Umur Nick tidak seharusnya dua puluh lima! Tapi masa iya Nick berbohong kepada Ibu Erna? Tapi kalaupun iya kenapa???
Tapi bagaimana cara menjelaskan penampilan fisik Nick yang tidak berubah? Tidak mungkin kalau dia terus-terusan berumur dua puluh lima kan? Manusia mana yang AWET MUDA?!
There must be something wrong! Tapi apa???
KAMU SEDANG MEMBACA
Santa is Falling in Love
RomansaChristmas Edition : Dear Santa, Terima kasih karena sudah mengirimkan kado kepadaku setiap tahunnya. They are really amazing! And ... You are amazing too! Tiap malam dalam setahun, aku selalu memikirkan bagaimana rupamu. Well, you must be handsome...