"Mamah.... Maafkan risa mah .." Seru risa menangis dengan perasaan hancur di pusara ibunya. ia menggelengkan kepalanya berulang kali dan menyingkirkan tangan rayen yang mengajak nya untuk pulang.
"Tidak. aku tidak mau pulang, aku mau disini sama mamah. ." Lirih risa memeluk nisan ibunya dengan hati hancur.
Rayen menghapus air matanya dan berlutut dihadapan risa. ia mengusap pipi risa yang dibanjiri air mata dengan lembut. hati nya jelas saja sakit melihat apa yang sudah mereka lakukan terhadap ibu mereka, tapi rayen juga tidak bisa memilih untuk bersembunyi terlalu lama saat risa sudah mengandung anaknya. "Kita harus pulang sayang. ingat ... kamu sedang hamil. mamah pasti juga tidak mau jika kamu seperti ini."
"Mamah ray. aku mau pulang sama mamah..." Rayen memeluk tubuh risa dengan erat. ia juga mengecup pucuk kepala risa dengan penuh kasih seolah ia sedang memohon kepada risa bahwa bukan hanya dirinya saja yang merasa kehilangan atas kepergian ibu mereka.
"Aku juga sayang. tapi percayalah. suatu saat nanti kita pasti akan berkumpul lagi di waktu yang berbeda."
Risa menggigit bibirnya dan menganggukan kepala. ia tidak melawan saat rayen memabntunya berdiri. tapi saat rayen mengajaknya untuk pergi dari hadapan makan ibunya, risa kembali menangis dengan kuat.
"Sttt... sayang. Aku yakin mamah tidak akan suka melihat kamu menangis seperti ini terus menerus, kamu harus ingat dia juga merasakan apa yang kamu rasakan saat ini sayang. dan aku yakin saat ini ia juga pasti sangat terluka melihat ibunya menangis hingga hampir jatuh pingsan seperti ini" Ucap rayen mengelus anak mereka. "Kamu juga sudah mendengar sendiri mamah sudah memaafkan kita dan merestui hubungan kita ketika kita di rumah sakit. Ini semua bukan salah kamu. aku juga salah disini. tapi aku tidak bisa terus menerus bersedih. karena ada kamu, ada anak kita. ada kalian yang harus aku jaga. ada juga papah yang harus kita yakinkan. " Rayen berucap dengan penuh perasaan. ia menyentuh kedua pipi risa dengan lembut dan menghapus air mata yang masih mengalir di mata kekasihnya dengan kedua ibu jarinya.
"Aku mohon. Kita pulang ya..."
Risa mengangguk dengan lemah. ia berjalan dengan sempoyongan karena tubuhnya terasa sangat lemah tak bertenanga hingga akhirnya tubuhnya di gendong oleh rayen menuju mobil mereka.
Ray, seandainya papah tidak memberikan ijin nya untuk kita. biarkan lah aku pergi jauh dari kehidupan kalian, biar aku yang pergi meninggalkan luka ini sendirian dan merawat anak kita sendiri. aku yakin, meskipun aku tidak akan sanggup mengurus dia seorang diri tapi aku masih mampu memberikan kasih sayangku dengan sepenuh nya pada dia. ..... Sudah seharusnya aku pergi ray, jika papah tindak ingin aku ada disana. .
------------------------------------------
Sudah satu jam berlalu sejak rayen dan papah berbicara secara empat mata diruang kerja pribadi milik papah. risa hanya bisa meremas kedua tangannya menajdi satu karena rasa khawatir juga rasa gelisah yang memang sudah ia rasakan dari pertama kali ia turun dari mobil sejam yang lalu.
Rasanya perut risa bergejolak dan ingin mengeluarkan sesuatu dengan segera. tapi ia menahan nya karena tidak ingin pergi dari hadapan pintu ruang kerja papahnya dan masih setia duduk dengan gelisah disana. Risa takut, jika rayen sudah keluar dari sana rayen akan segera pergi meningglakan dirinya sendirian.
......Ceklek.....
Risa bangun dari duduk nya dengan cepat saat mendengar suara pintu dibuka. ia juga tertegun dan kembali menjatuhkan airmatanya saat melihat wajah rayen yang penuh dengan luka lebam disana sini dan juga di setiap sudut bibir nya berdarah darah.
"Ray....." Gumam risa menutup bibirnya rapat-rapat.
"Apa pa-....." Pertanyaan risa terhenti karena rayen langsung memeluk tubuh risa dengan sangat erat.
"Kita akan menikah lusa. Papah sudah memberikan kita restu."
Risa tercengang tidak percaya. ia melepaskan pelukan rayen dan menatap kekasihnya dengan pandangan lega. "Benarkah!" Rayen mengangguk.
Tapi risa mengerutkan keningnya saat melihat wajah rayen yang tiba-tiba saja menjadi sendu."Kenapa? "
Rayen tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tidak ada. hanya saja, papah akan pindah keluar negri setelah pernikahan kita. papah akan mengurus bisnis nya disana.."
Risa langsung terdiam. kini giliran risa yang menatap rayen dengan pandangan sendu. "Ini semua salah aku ray.. tidak seharus nya pa-......"
"Aku mencintai kamu risa. dan aku juga sangat mencintai anak kita, Aku yakin papah sudah memaafkan kita hanya saja papah masih belum menerima akan kehilangan mamah disisinya. jika papah belum memaafkan kita, mana mungkin papah memberikan ijinnya pada kita untuk menikah. "
Risa tidak bisa menjawab apapun yang keluar dari bibir rayen barusan.
Rayen tau risa pasti sedang memikirkan apapun hal buruk yang ada dikepalanya. "Sayang, kamu butuh istirahat. kita ke kamar dulu ya. " Risa hanya bisa mengangguk dan membiarkan rayen menggendong kembali tubuhnya.
-----------------------------------------------
Tujuh tahun kemudian.
Risa tersenyum bahagia saat melihat anak-anak nya tertawa dengan lepas dan terbahak saat bermain dengan ayahnya di halaman rumah mereka. ia juga mengelus perut buncit nya yang sudah berusia sembilan bulan dengan perasaan sayang yang penuh kasih.
Sudah tujuh tahun yang lalu setelah kejadian dimana ia kehilangan orang yang benar-benar ia cintai didunia ini pergi meninggalkan dirinya sendirian didunia ini. meskipun tak dapat di pungkiri bahwa kematian ibunya adalah karena kesalahan fatal dari risa di waktu itu. tapi risa juga tidak dapat menampik bahwa ia juga dapat merasakan kehangatan rasa nya menjadi seorang ibu yang benar-benar tulus pada anaknya. Mungkin jika dulu ia sanggup ia bisa saja menggugurkan anak nya dan tetap mempertahankann hubungan rahasianya dengan rayen kakak tirinya. tapi risa tidak akan mungkin merasakan rasa nya menjadi seorang ibu dan juga seorang istri yang begitu dicintai oleh dua laki-laki hebat dalam hidupnya ini.
Risa tahu ia sangat berdosa pada ibunya. tapi risa juga tahu bahwa ibunya pasti akan sangat bahagia ketika melihat ia juga sudah bahagia bersama keluarga kecilnya sekarang.
Tentang papah. diawal perniakahan kami papah memang masih belum bisa memaafkan kami seutuhnya. tapi setelah kelahiran putra pertama aku dengan rayen, papah menjadi luluh dan akhirnya beliau memaafkan kami dengan sepenuhnya. aku tidak tahu tuhan masih memberikan kepercayaannya pada keluarga kami untuk bisa bahagia lagi. tapi selama tuhan masih memberikan ijin nya untuk kebahagiaan itu . aku tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang sudah tuhan berikan pada keluarga kami untuk bisa kembali utuh lagi seperti semula. .
Aku juga sangat yakin diatas sana mamah pasti juga sangat bahagia. karena rayen selalu mengatakan. bahwa mamah sayang mencintai aku dan juga calon cucunya yang saat itu masih aku kandung .
Risa merasakan ada sepasang tangan yang masuk kedalam pelukkan nya dari arah belakang. ia melihat kedepan ternyata Gio dan juga Rio sedang bermain bersama kakeknya.
"Melamun lagi sayang..." Bisik rayen seraya mengecup pundak risa.
Risa hanya tersenyum dan mengacak rambut suaminya dengan gemas.
"Aku Sangat Mencintai kamu risa. Anak-anak kita. dan juga calon anak kita..."
Risa mengangguk. "Aku juga. aku sangat mencintai kamu, anak-anak kita dan juga calon anak kita.."
Rayen tersenyum hangat. ia mengecup pipi risa dengan penuh perasaan. "Hanya aku yang selalu mencintai kamu sampai ingin mati rasanya jika kamu pergi sayang .. " Risa tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya dan menenggelamkan wajahnya didada hangat milik suaminya.
Percayalah Setelah tangisan pasti ada kebahagiaan. Dan setelah badai pasti ada pelangi.
END......
------------------------------
enibahri
6-6-20