27-Mencari Noah

69 15 13
                                    

27-Mencari Noah

"ARGH,"

"Aduh, auu,"

"Kamu? Ngapain kamu malem-malem disini? Kenapa juga berdarah-darah gini?" tanya seorang wanita dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

Noah mengangkat wajahnya memperlihatkan memar di kedua tulang pipi, luka robekan di sudut bibir dan sudut mata, juga darah di keningnya. Dengan ringisan dan rintihan, Noah berusaha berdiri tegak dari posisinya yang berlutut tadi.

"Udah, kamu tunggu sini aja, saya suruh anak saya obatin kamu." Noah akhirnya kembalu berlutut di pekarangan rumah wanita itu sembari memegangi tangan kirinya.

"Apa sih, Mah? Aku tuh lagi bikin TikTok ih," gerutu seorang perempuan.

"Itu, temenmu obatin. Mama lagi ngoreksi tugas loh," ucap wanita itu.

"Apa deh obatin-obatin. HAH YA AMPUN? LO KENAPA?"

Perempuan itu cepat-cepat mendekat dan membantu Noah bangkit dan menggiringnya masuk ke ruang tamu.

"Lo, kok familiar ya?" tanya Noah.

"Sttt, udah duduk dulu. Mah, betadine dimana?" perempuan itu berjalan menjauh.

"Di rak bawah dapur," jawab wanita itu.

"Rak bawah dapur apaan dah?" gumam perempuan berambut blonde itu namun ia tetap melanjutkan pencariannya di dapur.

"Maaf ya lama, minum dulu," perempuan itu meletakkan nampan berisi betadine, kapas, air hangat, dan segelas air mineral.

Noah meraih gelas itu dengan gemetar dan berusaha meminumnya.

"Sini gue bantu," tawar perempuan itu lalu membantu Noah memegang gelas tinggi berbahan kaca itu.

Noah menepuk-nepuk pelan tangan perempuan di sampingnya. "Udah," ucap Noah.

"Sini adep gue, gue obatin dulu biar gak infeksi."

Perlahan tapi pasti, Noah menghadapkan tubuhnya dan wajahnya pada perempuan itu.

"Gara-gara apa sih? Kok bisa gini?" tanya perempuan itu.

"Jatoh," jawab Noah singkat. Nada bicaranya lemah dan getar.

"Jangan ngebut makanya," nasehat perempuan itu.

"Gimana ngebut cuma dua puluh kilo," balas Noah

Perempuan itu mengeryit, "terus? Kelepeset kulit pisang?"

"Kepeleset, kali."

"Iya, keselepet."

Perempuan itu lalu menuangkan beberapa tetes betadine pada kapas lalu mengobati luka-luka Noah yang tak juga membuatnya jelek.

"Terus, motor lo?" tanyanya.

"Jeblos ke got, untung gue loncat."

Tanpa Noah sadari, perempuan itu tersenyum puas sembari melirik wanita yang berstatus Ibunya.

"Udah?" tanya Noah kala tak lagi merasakan sentuhan kapas di wajahnya.

"Ekhm. Ya, udah," jawabnya.

"Noah, saya rasa kamu disini aja besok baru balik. Nanti saya izinin. Luka kamu parah lho," ucap wanita itu.

Noah tersenyum kecil. "Gak pa-pa, Bu Nada. Saya pulang aja. Nanti nyari angkot atau gak taksi atau gak, ojek juga gapapa."

"Yakin? Gak takut ketemu musuh kamu lagi?" tanya Bu Nada.

Noah mengeryit. "Musuh? Maksudnya, Ibu sendiri gitu?" Noah tersenyum sopan.

"Lo apa-apaan sih?" perempuan itu bangkit.

Official [SELESAI - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang