Awal Mula

98 5 1
                                    

"Huaaa ...." Elisa menguap sambil menutup mulutnya.
Jam menunjukkan pukul 05.00 dini hari. Pertanda sudah memasuki waktu shalat subuh. Elisa menuju ke kamar mandi dengan mata masih merem. Setelah air wudhu membasahinya barulah kesadarannya kembali seutuhnya.

Hari ini adalah awal Elisa memulai kuliah pertamanya di semester dua di MIPA-Biologi. Setelah bersiap dan sarapan dengan seadanya dia langsung pergi ke kampus dengan Jupiter kesayangannya.

                        ***
"El, ikut ini yukk!" Ajak Syakila sahabat Lillah-ku sejak SMA.
"Apaan sih itu?" tanyaku kepo.
"Ini rekrutmen anggota baru BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) loh. Biar kita gak cuma jadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang)."
"Eeemm, oke deh aku ikut. Bantuin dong ngurus berkasnya, Sya."
"Tennnang, kan di kos aku ada printer nanti aku printkan formulirnya."

Percakapan kami terputus karena dosen mata kuliah pengantar Fisika memasuki ruang kelas. Aku sempat heran kenapa di jurusan biologi kami masih harus belajar fisika. Tapi lambat-laut aku mengerti bahwa yang namanya ilmu pengetahuan itu akan saling berkaitan satu sama lain.

Setelah kelas berakhir kami bisa menghirup udara bebas kembali. Aku berencana ke kos Syakila untuk memenuhi ajakannya.

"Sya, kamu paham gak sih yang dijelasin sama bu Rini tadi?"
"Entahlah, aku rasa fisika di bangku kuliah lebih rumit dari pada di sekolah dulu," jawab Syakila menanggapi pertanyaanku.
"Iya, benerr. Udah pas SMA aku gak suka fisika tau-taunya jumpa lagi di sini."

Percakapan kami berakhir di parkiran motor. Aku dan Syakila naik motor masing-masing menuju kosnya yang tak begitu jauh. Cacing-cacing di perutku sudah krasak-krusuk. "Sya, aku lapar. Kamu punya sesuatu yang bisa mengganjalnya?" tanyaku setibanya di kos Syakila sambil mengelus perut.
"Pergi beli sana, aku lagi gak punya apa-apa di kos. Beli nasi aja sekalian untuk makan siang, beli aku juga yaa."
Setelah mendengar jawaban itu tanpa ba-bi-bu aku langsung pergi. Selang beberapa saat, aku kembali dengan meneteng plastik nasi dan Syakila sibuk dengan printernya.

"Sya, wawancaranya besok aja yaa." Aku berkata sambil menyuapi nasi ke mulut.
"Ihh, jangan ngomong sambil makan. Tu, udah baca bismillah, belumm," tegur Syakila melihat tingkahku.
"Udahhh dong, Syaa ...."
"Oke, besok pagi yaa. Aku tunggu depan BEM."
"Sipp, boos. Lagian besok kita gak ada kuliah pagi, pas deh!"

                ***
Seperti biasa aku ke kampus mengenakan hoodie hitam kesayanganku. Jilbab abu-abu yang ku masukkan ke dalam jaket bertemu dengan kaos putih dan lengkap dengan rok abu-abu dan tidak lupa sepatu sportku. Saatnya ke kampus untuk wawancara ....

Syakila sudah duluan sampai, terlihat dia sedang duduk di atas Beatnya dengan wajah bosan, aku memhampirinya.

"Wahh, ini baru Elisa yang gue kenal, memang lou gak bisa lepas dari hoodie itu. Yukk kita masuk, gue udah bosan nih," ajak Syakila menarik lengan aku. Aku hanya nyengir menanggapi komennya.

Kami sedang tunggu giliran dipanggil, aku memerhatikan sekeliling. Di atas dinding bagian kanan tampak berjejeran foto demisioner ketua BEM sebelumnya. Aku baru ngeh kalau ternyata di antata foto itu ada paman. Wah, sesuatu banget nih aku semakin bersemangat untuk bergabung. "Elisa Rahmah Putri," terdengar namaku dipanggil.

Sekitar sepuluh menit wawancaranya berlangsung. Akhirnya selesai juga, setelah aku mengucapkan terimakasih untuk si pewawancara, aku bangkit. Dan tiba...

"Ehhh, maaff, aku gak liat," ucapku hampir menambrak seorang laki-laki yang mau memasuki ruangan di belakang si pewawancara.
"Iyaa... Santai!" jawabnya sambil tersenyum.

"Sya, tau gak siapa tadi yang hampir kamu tabrak?" tanya Syakila berbinar.
"Ngakk .... "
"Masak iya lou gak kenal sama Presma kita yang keren itu. Keterlaluan deh lou."
"Terserah deh, lagian gak penting amat. Hayo kamu gak jaga pandangan, Syaa." Aku menunjuk ke muka Syakila menakutinya.
"Astagfirullah, makasih dah ingatin, sahabatku." Sambil memelukku.

Kami berpisah dan pergi ke haluan masing-masing.
































#bersambung...
Guyss, komen dong. Gimana menurut kalian cerita ini. Maaf, kalau misalnya lama updatenya.

Pacaran IslamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang