Jisoo memandangi dirinya di cermin. Pelupuk matanya membengkak dan terasa berat. Ia terus menyentuh pelupuk matanya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengempiskannya. “Ah sial!” Ia mengutuki dirinya sendiri, menyesali apa yang telah ia lakukan semalaman. Sudah 6 bulan semenjak kejadian menyakitkan yang menimpanya, namun terkadang ia masih meratapi hubungannya dengan Jinyoung yang kini kian menjauh.
“Apa aku tidak usah pergi kuliah saja? Lagipula hanya ada satu kelas siang ini.” Tidak ada jawaban, hanya semilir angin yang menyambut ucapannya.
Setelah penuh pertimbangan, ia akhirnya memutuskan untuk berangkat kuliah dengan memakai kacamata berwarna cokelat. Dengan penuh percaya diri, ia berjalan dengan langkah tegak meskipun banyak mata yang tertuju padanya.
Barang sejenak, dia sudah berada di pelataran fakultasnya. Ia menatap nanar gedung tersebut, kemudian menghembus pelan.
“Apa aku benar-benar harus seperti ini?” Jisoo kembali bercakap sendiri. “Hei, Kim Jisoo!” Sebuah suara mengejutkannya dari belakang.
“Kau Kim Jisoo, kan?” Tanyanya sambil mengarahkan telunjuk tangan kanannya ke wajah Jisoo. Jisoo menatap kesal di balik kacamatanya. “Sedang apa kau di sini?” Cercanya lagi. Jisoo kehilangan kesabarannya.
“Hei, Im Jaebum! Kenapa kau begitu penasaran, hah?” Bentaknya.
“Kau berdiri di sini sangat lama, ditambah dengan kacamatamu itu. Apa kau tidak merasa sedang dilihat oleh banyak orang?” Jisoo menatap ke sekelilingnya, orang-orang memandanginya sedari tadi. Ia mengerjapkan matanya.
“Aku baru mau masuk, lalu kau memanggilku.”
“Benarkah? Aku pikir kau sedang syuting film. Ayo masuk! Sekarang jam kuliah nya Professor Cha, kau tahu sendiri kan konsekuensinya jika kau telat?”
“Ya ampun, aku lupa kalau hari ini ada kelasnya Mr. Killer. Untung saja aku memutuskan untuk pergi kuliah.”
“Ayo masuk!” Jaebum berjalan lebih dulu. Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya.
“Kenapa?” Tanya Jisoo bingung.
“Kau akan memakai benda itu? Cepat lepas!” Jisoo mendecakkan lidahnya. “Ayo cepat lepas!”
“Aku akan melepasnya saat di kelas!” Ia mendengus kesal. Jisoo berjalan cepat melewatinya.
Sesampainya di kelas, ia memutuskan untuk duduk di bangku paling belakang. Jaebum datang sesaat setelah ia menduduki bangkunya. Jaebum mengarahkan pandangannya pada Jisoo. “Kenapa kau duduk di sini?” Amarah Jisoo semakin memuncak. “Urus saja dirimu sendiri, Jaebum-ah!” Jaebum menelisknya, kemudian memutuskan untuk duduk di sampingnya.
Jisoo memutar bola matanya, ia membiarkan Jaebum duduk di sampingnya. Jisoo memandang ke depan, ia mendapati Ryujin yang baru memasuki kelas, kemudian duduk di bangku paling depan.
Jisoo menatap jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, tinggal 5 menit lagi sebelum jam kuliah di mulai. Jari tangannya terus mengetuk-ngetukan meja tanpa henti. Ia membuka resleting tas dan mengeluarkan ponselnya. Tidak ada pesan masuk. Pintu terbuka, ia menoleh secepat kilat. Namun, ia menjadi semakin cemas. Professor Cha sudah tiba di kelas dan akan segera memulai perkuliahannya.
Kepalanya terus bergerak mengitari seluruh kelas. Jaebum melihat perilakunya sedari tadi, ia menghembuskan napasnya.
“Jisoo-ya.” Ia membuka suara. Jisoo menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh cemas. “Kau mencari siapa?” Jisoo ragu untuk menjawabnya sementar Jaebum menunggu jawabannya dengan sabar.Jisoo melepaskan kacamatanya, betapa terkejutnya Jaebum saat melihat mata Jisoo yang membengkak.
“Aku tidak melihat Suho Oppa hari ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Architecture
FanfictionMenjadi arsitek adalah impiannya yang tak pernah berubah. Namun, seseorang terus mengunggulinya. Tetapi dia adalah Kim Jisoo, si ambisius yang pantang menyerah.