Chapter 17 : Khayri

257 29 5
                                    

   Bau menyengat darah, tubuh yang tergeletak bercucuran darah. Pria berambut coklat madu itu menyikat poni yang menggangunya kebelakang, ia tak peduli darah yang ada di tangannya mengenai rambutnya.

   "Ah, inilah yang di namakan kesenangan bukan begitu?" ucap pria itu sambil tersenyum miring.

    "Bukankah ini terlalu biasa, kau menghabis waktu dua jam hanya untuk menghabisi orang-orang ini," ucap pria yang muncul dari kegelapan mata tajam bewarna malam dengan rambut hitam tebal, pria tampan yang selalu memancarkan pesona yang tak dapat ditolak.

    "Ayolah aku hanya bermain-main. Oh, hai boy, bagaimana kabarmu?" tanya pria berambut coklat madu tadi pada anak berusia 5 tahun yang mengikuti pria sebelumnya.

   "Baik seperti biasanya," jawab anak itu singkat dan datar.

   "Aku akan membawanya, dia akan menjaga gadisku," ujar pria berambut hitam tadi.

   "Hm? Tugas pertama untuknya? Tidak buruk, lebih baik seperti itu dari pada dia membunuh bukan?" ucap pria berambut coklat madu itu.

    "Ya, aku akan pergi ketempatnya. Aku memberikan tugas baru untukmu, bawakan aku kepala pembuat onar belakangan ini," ucap pria berambut hitam tersebut.

   Mata coklat madu itu memandang lekat pada pria tadi, ia lalu terkekeh sambil tersenyum dengan licik.

    "Ya pembuat onar. Kau membuatku menjadi pembunuh," ucap pria itu.

    "Terserah apa katamu, bawakan aku kepalanya, dan habisi para kelompok yang menyasarkan gadisku," ucap pria tersebut dengan dingin lalu berbalik pergi.

   "Hei boy!" panggil pria berambut coklat madu itu pada anak tadi membuat anak itu menoleh.

    "Kau akan mendapatkan orangtua baru ya hanya itu yang ingin aku katakan," ucap pria tersebut.

    Anak tadi tak merespon wajahnya tetap datar, ia lalu berbalik dan mengikuti pria berambut hitam yang telah pergi tadi.

   "Benar-benar anak didiknya, apa yang dipikirkannya sebenarnya hingga mengambil anak sebelia itu menjadi bawahannya?" ucap pria berambut coklat madu tadi mengelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil, "ah seperti nya aku salah bukan anak didik dan bawahan tapi putranya."

   Mata pria itu menajam ketika melihat salah seorang yang berbaring berusaha berdiri dan kabur.

Dor

   Pria itu menembakan pistolnya, bersama dengan letukan pistol itu kepala orang tadi menjadi hancur.

   "Heh, saatnya menghilangkan jejak," ucap pria itu melempar sesuatu lalu segera pergi dan beberapa menit kemudian tempat itu hancur dengan suara ledakan yang terdengar.

****

   Seminggu kemudian....

    Felicia duduk diruang keluarga dengan riangnya menyuapi Syams dan Qamar yang makan lahap saat gadis itu menyuapi mereka.

   "Bunda Zuzu mau tambah!" seru Qamar.

   "Sya juga! Sya juga!" seru Syams tak mau kalah.

   Felicia tersenyum dengan senang hati ia akan menyuapi anak-anak itu sampai mereka kenyang, Felicia berdiri dan mengambil makanan tambahan untuk kedua bocah itu.

   Neron yang baru datang duduk di sofa memandang datar pada bocah yang kini tengah asik menonton animasi kesukaan mereka di tv.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang