I'm not ready yet.

796 136 15
                                    

Seokjin meremas kepalanya. Ia bisa dilabeli orang paling jahat sekarang. Sudah membuat karyawannya kehilangan mata pencaharian, mendadak pula. Well—hanya bagi Yoonji, yang menanggapi ringan alih-alih begitu marah pada siapa pun yang melakukan itu pada Seokjin. Tidak bagi Namjoon, yang jelas malah bisa membeli utuh kedai Seokjin saat itu juga.

Namun, Seokjin tak mau. Ia tidak bisa terlalu bergantung atau pun berhutang budi sekian banyak. Cukup melihat sekali saja Namjoon berkorban darah untuknya, dan itu terakhir kali. Makanya, walau tidak jantan, terpaksa Seokjin memecat via suara.

Baru lima menit panggilan berakhir, ponselnya bergetar. Rasa sesak masih mencekat leher, ia tak mau mengangkatnya, tapi seketika diurungkan.

"Seokjin-ah?"

"Paman?"

"Bagaimana keadaanmu? Pria itu melukai kalian, ya? Oh, demi Tuhan."

Seokjin mengerjap. Bagaimana bisa pamannya tahu secepat itu?

"Teman Jungkook kebetulan lewat kedaimu pagi tadi. Jungkook meretas kamera cctv terdekat dan terkutuklah. Di mana kau terluka, Seokjin-ah? Mana Soobin?"

Seokjin naluriah menyentuh perutnya, masih nyeri akibat ditendang. Kerabat ibunya di seberang, terdengar mengumpat.

"Tidak perlu khawatir paman. Aku baik. Soobin masih sekolah. Apa ...."

"Bagiku tidak terdengar meyakinkan."

"Aku sungguhan baik, paman."

"Dengarkan aku, anak keras kepala. Kemasi barang-barang kalian. Sudah kuatur jadwal keberangkatan. Soobin juga tinggal menunggu pengumuman ujian. Ia bisa lanjutkan di sini. Jauh lebih baik. Aku dan Chanhee sangat lapang menyambut. Tak perlu sampai kudengar kalian diganggu bedebah itu lagi, bukan?"

Seokjin mencengkeram ponselnya. "T-tunggu dulu, paman. Aku belum siap."

"Menunggu apa? Aku tahu Soobin segalanya bagimu. Makanya, pindah sekalian ke sini. Jika memang suka membuat kopi, di sini banyak peluang."

"B-bukan begitu, aku tak mau merepotkan ...."

"Aku pamanmu, benar?"

"Iya ...."

"Sudah sepantasnya bertanggung jawab. Kalian layak menerima kasih sayang yang gagal kakakku berikan."

Seokjin terdiam.

"Pria itu bagianku. Jangan khawatir."

"Paman ...."

"Lagipula, kekasihmu orang kaya. Sudah pasti bisa menyusulmu, bukan?"

Seokjin terdiam, mengerjap kikuk.

:)

Twitterpated | NJ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang