SMA Arderzon, Los Angeles
"Kamu adalah bulan yang aku cari saat gelapnya malam datang. Dengan sejuta sinar disampingku, aku tak perlu yang lain. Ya, hanya kamu." - Avellino Calista
Avellino turun dari mobil Lamborghini aventador dengan tas kecil di punggungnya. Ia menutup pintu mobil dengan keras.
"Aku benci pakaian hari selasa," Ucap Avellino kesal. Ia berkali-kali menurunkan rok berwarna biru kotak-kotak karena menurutnya terlalu pendek.
Ia mendengus dan melangkah perlahan memasuki SMAnya. Awalnya biasa saja, namun tiba-tiba ada suara anak laki-laki yang memanggilnya dari belakang. Suara yang sangat Avellino kenal. Kepalanya menoleh mendapati seorang anak laki-laki dengan jaket hitam.
"Ave, good morning" Anak laki-laki itu tersenyum lebar. Ia mendekati Avellino dan memeluknya.
"Rean! Kamu sekolah disini!?" Tanya Avellino terkejut. Rean mengangguk. Ia menyentuh tengkuk Avellino dan mendekatkan ke arahnya.
"Wait a minute, I think someone forget his promise," Gumam Avellino menjauh. Rean terdiam lama dan tertawa.
"Maaf, terlalu lama berada di Prancis aku lupa dengan janji kita," Ucap Rean.
"Tidak ada ciuman, tidak ada sex," Ucap Avellino mengingatkan. Rean mengangguk. Ia mengacak rambut Avellino.
"Kau benar-benar gadis yang berbeda Av. Di saat gadis seumuranmu sudah tidak virgin, kamu masih menyimpan kesucianmu untuk aku," Ucap Rean sembari merangkul Avellino.
Avellino menatap Rean heran, "kamu? Memang sudah pasti suamiku kamu?"
"Iyalah. Entah kenapa aku percaya takdir sudah mengikat kita berdua," Ucap Rean. Ia menatap Avellino dalam dan lama. Avellino memukul lengan Rean.
"You talk too much," Kesal Avellino dan melangkah pergi. Rean terpaku sejenak, kemudian mengejar Avellino.
••••
Avellino menggeram kesal ketika ia tahu bahwa Rean memilih kelas Bahasa Inggris yang sama dengannya. Sebenarnya ia senang, tapi yang membuatnya kesal adalah tingkah Rean yang mengganggunya saat kelas sedang berlangsung. Avellino memutar bola mata ketika Rean masih saja memainkan rambutnya saat kelas sedang berlangsung. Tak hanya itu, Rean juga mengambil barang-barang Avellino tanpa izin, dan itu membuat Avellino ingin melenyapkan Rean detik itu juga. Tapi, itu hanyalah pikiran otaknya saja.
Kelas matematika telah berakhir. Dan bel istirahat telah dibunyikan. Avellino mengajak Rean untuk menunggu kelas Matematika Yuan selesai.
"Tunggu disini, aku akan memanggil Yuan," Ucap Avellino sembari mencari ruang 204. Rean duduk di kursi lorong. Ia menatap banyak siswa yang berlalu-lalang. Rean menutup mata dan merasakan banyak langkah kaki di depannya. Namun seketika ia merasa enam langkah kaki berhenti tepat di depannya. Rean membuka mata dan memandang tiga sosok anak laki-laki berdiri tepat di depannya.
"Tuh kan aku benar! Halo anak haram," Sapa seorang anak laki-laki dengan pakaian football. Sepertinya dia mengikuti kelas football sehingga dia diperbolehkan memakai pakaian itu.
"Apa maksudmu?" Tanya Rean dingin. Anak laki-laki dengan kulit pucat tertawa.
"Oh my god, kenapa kamu bisa lupa namamu saat di sekolah menengah pertama?" Tanya anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE [ HIATUS ]
Teen Fiction[ Update tiga kali seminggu ] #11 Losangeles in 17/ 07 / 2020 #11 Konglomerat in 17 / 07 / 2020 "Kamu adalah bulan yang aku cari saat gelapnya malam datang. Dengan sejuta sinar disampingku, aku tak perlu yang lain. Ya, hanya kamu." - Avellino Callis...