Namjoon sudah penuh amarah ketika meninggalkan rumah. Emosi itu meningkat mana kala mendapati wajah yang disayanginya baret oleh luka dan lebam. Belum lagi raut kesakitan yang entah mendera bagian tubuh mana.
Kepalanya mendidih menatap Seokjin yang memelas. Bahkan, mata bulat indah yang berkaca-kaca itu tidak meredakan amarahnya.
"Kenapa kau yang pusing, Namjoon-ah? Ini bukan urusanmu."
"Siapa pun yang melukaimu, mereka berurusan denganku, Jin-ah."
Seokjin menarik napas berat, mengerjap beberapa kali. Namjoon tahu itu untuk menahan air mata yang siap jatuh. Oh, betapa ingin Namjoon merengkuhnya, tapi Seokjin mundur teratur.
"Aku minta kau berhenti, Namjoon-ah. Sekali lagi. Menjauhlah dari urusanku." Seokjin menarik napas, segera melanjutkan, sebelum Namjoon berucap. "Cukup sekali kau berdarah-darah karenaku ... tak boleh terjadi lagi. Kumohon mengertilah."
Namjoon memejam sesaat. Kepalanya berdenyut menahan amarah. "Kedai itu, anakmu. Pasti sangat penting, bukan? Kau pun terluka. Aku ...."
"Anggap saja ia sudah mandiri. Tak perlu terlarut emosi. Yang jelas, aku dan Soobin baik-baik saja sekarang. Itu paling penting buatku."
"Lalu? Kapan pun mereka bisa datang lagi dan Soobin—"
"Kami akan ke Oxford."
Namjoon tercekat. Seokjin menjilat bibir, memeluk diri defensif. "Menetap di sana. Masa depan Soobin terjamin. "
Kepelikan situasi membuat Namjoon tidak dijamu seperti tamu pada umumnya. Namjoon juga tak meminta. Yang menyesaki dadanya saat ini adalah ucapan Seokjin yang hendak pergi.
"Kapan?"
"Entahlah. Pamanku yang mengaturnya."
"Bagaimana denganku, Jin-ah?" Pertanyaan lugas itu menyentak Seokjin. "Aku berjuang sejauh ini, baru berhasil pegang tangan, juga melihat tawa itu ... dan katamu mau pergi?"
Emosi jujur yang kelewat. Seokjin bingung menatap raut terluka itu, bahkan tak sadar jadi lebih dekat.
"Aku baru bisa melihatmu lagi sekarang. Di sini. Dan, katamu mau pergi?"
Seokjin menurunkan lengan. Mendadak kikuk. "Nam ...." Kalimat tertelan, keburu tubuhnya direngkuh. Rapat dan tambah erat. Seokjin meringis sekilas.
"Aku tidak mau. Tidak. Jangan pergi, Jin-ah."
:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Twitterpated | NJ ✔
Fanfic[BTS - Namjin] Cerita yang manis-manis gula. Tidak boleh banyak, tapi nagih jua. Sama sekali tidak berhubungan dengan burung biru sosial di sana. Ini ketika cinta melanda dirinya. Dunia hanya berporos padanya. Akankah sama-sama merasa? Atau malah, b...