Pertemuan

34 13 0
                                    


Ran terdiam. Tak tahu harus bereaksi seperti apa. Seminggu sudah dia menunggu untuk berbicara serius dengan Alfian, tetapi pria itu malah tidak menampakkan batang hidungnya. Sudah 1 jam lebih Ran menunggu pacarnya itu di EAT&TALK. Seharusnya mobil audi milik Alfian sudah berhenti di pinggir jalan itu dan menunggu Ran untuk mendekatinya.

Namun, nihil. Mobil itu tidak terlihat. Ran juga sudah mencoba menghubungi Alfian beberapa kali, namun Hp nya sedang tidak aktif. Bukannya sakit hati, Ran malah merasa khawatir. Dia takut hal-hal menakutkan menghampiri perjalanan Alfian.

Sudah pukul setengah sembilan malam, yang berarti dia sudah menunggu sekitar satu setengah jam. Ran mulai merasa sedikit bosan, dia mengambil Hp dan. Mengabari Alfian,

Aku pindah lokasi ya, ke pasar malam. Aku tunggu disana

Sent.

Dan disinilah Ran, ditengah karamaian pasar malam berharap Alfian datang dan mereka akan berkencan lucu. Wanita itu memutuskan untuk membeli beberapa makanan dan mencari tempat untuk menunggu Alfian. Dia melangkahkan kaki rampingnya sembari menoleh ke kanan dan ke kiri.

Kaki itu berhenti melangkah ketika dia mendapati pemandangan mengejutkan di hadapannya.

Sean Jo dan seorang perempuan. Mantannya yang dulu sempat sangat menyayanginya dan selalu memanjakannya. "Hey, Ran? Lo Kirana Santiago, kan?" Ujarnya sedikit angkuh. Ran yang merasakan perasaan tidak bersahabat memberinya tatapan penuh keberanian, namun juga menunjukkan bahwa dia sungguh tidak berdaya di hadapan mantan yang telah menginjak harga dirinya saat-saat dulu. Bahu Ran sedikit turun. "Lo kok jalan sendirian di tempat orang pacaran? Haha gue tebak, gak ada cowok yang mau jalan bareng lo. Iya kan?" Ran hanya diam membiarkan pria yang tingginya sekitar 177 cm itu tertawa dengan sombongnya. Seakan semua orang menyukainya dengan perilakunya yang seperti itu.

"Ran? Ohh jadi ini mantan kamu yang sering kamu ceritain ke aku. Cantik sih, tapi matre." Sahut perempuan yang sejak tadi betah dalam rangkulan Sean. Pakaiannya terlihat mahal, rambutnya yang lembut itu diberi warna hijau tua di bagian bawahnya. Menambah nilai kecantikannya. Penampilannya membuat Ran merasa sedikit insecure namun mendengar perkataannya, Ran tahu bahwa mereka berdua sama-sama toxic.

"Iya,  babe. Ya, gak perlu dijelasin lagi. Kelihatan kok dari penampilannya." Ujar Sean sembari menarik gadisnya untuk berjalan sedikit. "Oh iya, Ran. Gimana kabar Bang Van? Masih suka mukulin orang?" Tanyanya sambil menyunggingkan senyum remeh dan berlalu tanpa menunggu jawaban balasan dari Ran.

Sean dan Ran pernah menjalin hubungan sekitar 5 tahun yang lalu. Ketika itu, Ran sedang memfokuskan dirinya akan ujian nasional dan seleksi masuk perguruan tinggi. Namun, tiba-tiba Sean hadir dalam hidupnya dan memberi semangat dan motivasi kepadanya. Ran jatuh cinta dan tidak sadar bahwa cinta yang dia rasakan bukanlah cinta yang ditujukan kepada Sean, melainkan cinta akan harta Sean. Wanita itu tidak pernah mengingkari perkataan Sean mengenai dirinya di masa itu adalah gadis matre. Saat itu, keadaan ekonomi mereka tidak terbilang baik. Bengkel yang diusahakan Van harus berhenti sebentar dikarenakan sebuah kasus yang mengharuskan Van masuk penjara. Ran dan Jun yang sempat ditinggal Van sedikit kebingungan dengan keadaan saat itu. Mereka memutuskan untuk mengamen di jalanan dan menjual susu kedelai di sekeliling wilayah tempat mereka tinggal. Bahkan Ran juga sudah memutuskan untuk gap year dan mencoba seleksi masuk perguruan tinggi setahun kemudian. Sean hadir disaat seperti itu dan berhasil membuat Ran menjadi perempuan yang haus akan harta. Dia menginginkan Sean dan hartanya demi kebahagiaan keluarganya. Namun Sean yang tidak tulus kepada Ran menyadarinya, dan mempermalukan Ran dihadapan seluruh warga sekolah. Sean menjatuhkan harga diri Ran dengan menyinggung kelemahan Van yang tidak dapat mengendalikan dirinya serta menyamakan keluarganya dengan lumpur.

Saya TerimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang