Mutiara

12 3 0
                                    

Aku berdiri melihat ombak saling mengejar satu sama lain
Mendengar nyiur bersenandung ria bersama angin
Mengakui betapa indahnya permainan laut..
Kurasakan hembusan nafas dari arah barat
Memaknai penyampaiannya dengan menenggelamkan kakiku dalam
asinnya padang biru...
Saat kupejamkan kedua mataku
Detik itu juga diriku tau bahwa ternyata ada keindahan lain tepat didasar
mulut seekor pinctada
Imajinasi pun membuatku teringat akan wanita.
Yah.. insan yang bgitu indah...
Alam seolah mengingatkanku dengan cara lain dan tak mampu kuduga
Berpesan bahwa wanita bukanlah perhiasan semata layaknya permata biasa
Dia mampu menjaga detak jantungku layaknya perisai
Murni sentuhan rasanya bagaikan sutra..
Dan begitu banyak kutemukan perumpamaan dari pesan alam semesta pada diriku
Imajinasiku terhenti saat kedua mataku mulai terbuka
Lalu bergumam dengan banyaknya tanda tanya dalam hatiku.
Karena siapa ku bisa terlahir ?
Oleh karena siapa ku bisa mengucapkan kata pertama ?
Dan berkat siapa ku bisa belajar memaafkan..?
Dari nuraniku hanya Wanitalah yang menjadi jawaban
Kemudian sang hati menepuk dadaku dan berkata
Jangan pernah berani menyentuhnya selagi kedua tanganmu masih
dikotori kemunafikan
Tapi muliakanlah dia sebagai hartamu satu-satunya
Dan cintai dia melebihi cintamu pada diri sendiri..

Sang Pembaharu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang