Tahun-tahun Penuh Kejutan

9 1 0
                                    

Assalamualaikum, Honey.  How are you?”

            “Waalaikumussalam.  I’m fine, Honey.  Baru saja mengantar Numa ke sekolah.”

            “Oh, how’s Numa?  Honey, nantiakumaupergikeIrlandia. Ada pekerjaan di sana selama seminggu.  Maybe aku tidak bisadihubungi karena di sana tuh, susahs inyal .  Really bad reception, Honey.”

            “Lho, kok bisa begitu, Honey?  Irlandia kan negara maju.  Memang kamu nggak bawa IPhone kesana?”

            “Bawa, kok.  Tapi the reception is very bad, Honey.  Okay, I’m leaving  Honey.  Take care, Love.  Kisses for Azfa and Numa.”

            Tuuut…..video call pun terputus.  Akutertegun.  MengapaAmmarjadianehbegini, ya?  Tidakbiasanyaiasepertiini.  Iaselalumenghubungiku di mana pun iaberada.   Ponselnya pun selaluaktifselama 24 jam.  Apalagi Irlandia adalah negara maju yang notabenememilikisaranatelekomunikasi yang memadai. Mustahil ia tidak mendapatkan sinyal internetatau HP di sana.  Oh, apakah ia memiliki perempuan lain di Irlandia?

            Aku bergegas menuju kamarmandidanmengambil air wudhu.  Kutunaikansholatsunnah agar hatikumenjaditenang.  Besokakumendapattugasdarisekolahuntukmengantarmurid-muridku yang mengikuti program Homestay di Australia.  Akuharussampai di sekolahpukul 03.00 dantiba di Bandarapadapukul 06.00.  Merekamendapatpenerbanganpertamamenuju Perth.

            Selepas sholat, aku memandangi foto Ammar yang ada di wallpaper HPku.  Kuingat pertama kali aku mengenalnya.  Seorang teman yang bekerja di sebuah Bank BUMN tiba-tiba saja menawarkans ahabatnya, pria keturunan Irak dan Scotland, yang sedang mencari istri.  Aku diminta menambah pertemanan dengannya di Facebook.  Atas permintaan temanku itu, aku berteman dengan pria Irak tersebutdan mulai berkomunikasi via Yahoo Messengerdan Tango.  Orang itu  adalahAmmar Al Saowaf, yang sekarang menjadi suamiku.

            Pertama kali mengenalnya, aku sedikit ragu dan takut karena sosoknya seperti seseorang yang selama ini kuimpikan alias too good to be true.  Secara fisik, Ammar sangat tampan.  Tubuhnya tinggi, sekitar 182 cm.  Matanya berwarna coklat mudadan bersinar teduh.  Hidungnya mancung.  Yang paling membuatku kagum, ia memilikicambang yang selama ini kuimpikan dari seorang pria.

            Ketika berkenaland engannya via chat, ia langsung mengutarakan niatnya untuk meminangku sebagai istrinya.  Ia menginginkan seorang istri single Mom yang memiliki anak karenainginmengikuti jejak Rasulullah denganmenikahi jandadan ingin membiayai anak-anak yang tidak memiliki Ayah.  Awalnya aku tidak terlalu percayaakan kesungguhannya.  Niat yang ia utarakan kubawa dalam doa dan sujudku di sepertiga malam terakhir.  Aku tidak ingin gegabah seperti dulu untuk memutuskan sesuatu yang sakral dalam hidupku.  Aku ingin melibatkan Allah sejak awal.

            Namun k ini, sebersit keraguan menyelinap dalam hatiku.  Jujurkah ia padaku?  Apakah iabenar-benar pergi keIrlandia karena urusanpekerjaan?  Atau karena adawanita lain sehinggaHPnya pun harus dimatikan selamasepekan?

            Tak terasa airmata menetes membasahi pipiku.  Aku tidak ingin kecewa.  Aku tidak ingin menggantungkan harapan pada manusia.  Kupasrahkans emuanya padaAllahuTa’ala.

            Keesokanpaginya,aku sedikit bisa melupakan kegundahan hatiku karena harus bergegas menuju sekolah dan Bandara.  Setelah menunaikan sholat Subuh di mushollaBandara, aku sedikit terkejut karena mendapat panggilan video dari Ammar. 

            “Assalamualaikum, Honey.”

            “Waalaikumussalam, Honey.  You’re shocking me.  Katamu tidak ada sinyal di Irlandia?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE OF MY LIFE : TAHUN PENUH KEJUTAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang