Banding.

22 1 0
                                    

"Coba tuh kamu liat anak nya Bu Lina, Rai. Udah ganteng, pinter, sopan, baik-"
Dan omongan mama terus berlanjut memuji Rai sampai Handphonenya berdering tanda telefon masuk. 'Akhirnyaa selesai juga ngomelnyaa' batin gue.

Oh ya, perkenalan dulu. Hai nama gue Nara, lengkapnya Nara Aerilyn.
Dan orang yang lagi nelfon itu mama gue, Ayu Anindita.
Dan yang tadi diomongin mama gue, Rai Abqari. Si cowok pinter yang serba bisa, jenius, dan yaa lumayan ganteng lah yaa. Rumahnya pas banget ada di sebelah rumah gue.

Dan dia jadi idaman ibu-ibu komplek, termasuk mama gue. Dan orang yang terkena imbasnya adalah, gue. Si cewek yang biasa-biasa aja, tapi ya gue akuin kalo gue tuh males banget kalo belajar. Yang alhasil, rangking gue termasuk rangking bagian bawah di sekolah gue. Hehe.

"Jadi kapan kamu mau rajin belajar sih raa?? Udh mau ujian semester, masa kamu kerjaannya cuma main hp. Belajar sana biar kayak Raiii!!" Ucap mama jengkel.

Di setiap suku kata yang diucapkan mama, pasti selalu tersempil kata 'Rai' di setiap ucapannya. Entah tentang belajar, atau apapun. Yang membuat gue semakin curiga 'gue anak siapa sih?' Karena emang selalu Rai yang jadi andalan mama. Bukannya terpacu semangat biar jadi kayak Rai, sebaliknya gue malah makin benci sama dia.

"Iya mahh nanti aku belajar kokk" balas gue.
"Kapann? Kamu selalu ngomong gitu tapi ga pernah dijalanin. Udah ah mama males sama kamu" ucap mama sambil berlalu pergi dari kamar gue.
"Mahh jangan marah mahh"

***
Author POV.

Bunyi Jam membangunkan Nara yang sedang tertidur. Ia segera meraba-raba meja disamping tempat tidurnya, hendak mematikan jam nya. Dilihatnya jarum jam menunjuk pukul 5. Sudah waktunya ia bangun dan bersiap-siap ke sekolah. Ia segera bangkit dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat shubuh. Setelahnya ia mandi dan bersiap-siap.

Setelah sekian lama ia bersiap-siap, ia turun ke lantai bawah untuk memakan sarapan yang sudah disiapkan mamanya. Kali ini menu nya adalah nasi goreng andalan mamanya. Nara menyantap nya hingga ia melihat papa nya yang sudah memakai sepatu hendak berangkat bekerja.

"Mah Nara berangkat ya" pamit Nara.
"Lahh diabisin dulu raa" balas mamanya.
"Udah kenyangg, nanti telat mahh" jawab Nara sambil memakai sepatunya.

Ia lalu bergegas menyusul papanya ke mobilnya. Setelah duduk dan menutup pintu mobilnya, papanya langsung jalan dan sampailah ia didepan gerbang SMA Pelita Mandiri. Sekolah yang sudah 2 tahun ia jalani masa SMA nya.

"Pah, Nara masuk dulu yaa" ucapnya sambil menyalimi papa nya.
"Iya, belajar yang rajin biar gak diomeli mama terus" balas papanya.
"Iya papaaa" jawab Nara sambil mengerlingkan matanya.

Ia lalu masuk ke dalam sekolahnya. Melewati koridor dan memasuki kelasnya. Sudah ia duga, ternyata sudah ada anak kebanggaan mama nya. Rai Abqari.
'Nih anak kerajinan bener, belom ada siapa-siapa di sekolah udah dateng aja.. gabut apa gimana sih ni anak' batin Nara sambil melihat heran ke arah Rai yang sedang membaca buku yang ada di tangannya.

Yang ditatap sepertinya menyadari kehadiran Nara, seketika Rai menatap balik Nara yang daritadi masih menatapinya sambil berdiri diam di pintu masuk kelas. Lantas Nara salah tingkah karena tertangkap menatap Rai. Ia lalu berjalan cepat ke arah meja nya untuk menaruh tas nya, setelah itu ia kembali keluar untuk berjalan-jalan tidak tentu arah di koridor.

"Daripada cuma berdua di kelas ama si robot itu, mendingan gue jalan-jalan aja sambil nungguin Lala dateng" gumamnya sambil berjalan lambat di koridor. Sekolah kian ramai, dan yang ditunggu Nara akhirnya datang. Lala, sahabatnya semenjak kelas 10.

"Lama banget lu dateng, gue daritadi jalan-jalan kek setrika di koridor tau" omel Nara.
"Iya tadi gue rada telat bangunnya" jawab Lala sambil cengengesan.
"Yeuuu"
Lalu mereka masuk ke dalam kelas diiringi oleh wali kelas mereka yang ikut masuk.

"Oke anak-anak, selamat pagi" Sapa Bu Evi selaku wali kelas.
"Pagi buuu" jawab murid-murid serentak.
"Oke jadi seperti yang kalian tau, 2 minggu lagi akan ada ujian akhir semester. Dan setelah rapat bersama dewan guru lainnya, disimpulkan bahwa akan ada kelompok belajar. Dikarenakan banyaknya anak yang masih kurang dalam pembelajaran dan nilai" ucap Bu Evi yang ditanggapi omelan kecil oleh murid-murid. Nara sendiri tidak usah ditanya, ia tidak habis-habisnya mengomel daritadi bersama Lala.

"Sudah-sudah tidak usah ribut, ini sudah keputusan dewan guru. Nantinya kelompok belajar akan terdiri dari anak yang mumpuni dalam belajar dan anak yang masih kurang dalam segi nilainya" ucap Bu Evi.
"Satu kelompok terdiri dari tiga orang, dan kelompoknya sudah ibu bagi" lanjut Bu Evi.

"Kelompok satu-" Bu Evi terus menyebutkan kelompok beserta nama-nama anggotanya. Nara hanya menunggu namanya dipanggil dengan malas.

"Kelompok empat terdiri dari Nara, Abi, dan Rai" ucap Bu Evi yang sontak mengagetkan Nara.

"Bu, saya gamau sekelompok sama Rai" ucap Nara spontan langsung berdiri dari duduknya.
"Kenapa?" Tanya Bu Evi.
"Ya saya gamau aja bu" balas Nara.
"Nara, ini sudah di diskusikan dengan baik oleh guru-guru. Tolong hargai keputusan kami dalam menentukan kelompok" Nara yang mendengarnya sontak menciut melihat Bu Evi yang sepertinya serius kali ini.

Ia lalu kembali duduk dan melihat tajam ke arah Rai. Rai yang merasa ditatap mengarakan pandangannya ke arah Nara, pandangan mereka bertemu. Nara yang menatap tajam, dan Rai yang menatap dingin.

"Oke itu tadi kelompok-kelompoknya, kalian boleh belajar dimana saja. Di perpus atau dirumah salah satu anggota. Terserah kalian. setiap belajar kelompok, ketua harus mengirimkan bukti foto sedang belajar kepada saya. Mengerti?" Jelas Bu Evi.
"Mengerti buuu" jawab murid-murid serentak.

***

Hai, jadi ini part 1 selesai.. semoga suka yaa.. bakalan ada part 2 secepatnya, ditunggu yaa🤗

from neighbors to loversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang