Part 31- Kamu keren Aruna

756 88 42
                                    

"Dim mau ke mana?" Tanya ibu, heran melihat Aruna sudah terlihat segar jam tujuh pagi. Biasanya, ibunya akan mengancam akan menyiram air dingin kalau Aruna malas-malasan bangun pagi saat liburan.

Liburan kan memang untuk malas-malasan padahal.

Ayahnya juga menatap putri tunggalnya dengan heran. Biasanya ayahnya akan menghampiri Aruna ke kamar untuk berpamitan dan Aruna akan menjawab dengan menggumam, salim dengan bekas iler di sekitar bibir atau ayahnya akan berteriak "ARUNA AYAH BERANGKAT. ASSALAMUALAIKUM." Yg tentu Aruna tidak menggubris dan tetap larut dalam alam mimpi.

Aruna mengambil lauk untuk sarapan sambil menimbang apakah akan jujur atau tidak, karena Aruna tau ibunya kemungkinan tidak akan setuju. Ayahnya? Lebih selow dari ibu dan lebih KALEM.

"Mau main sama temen SMA." Jawab Aruna pelan. Mendadak jadi deg-degan. Takut pagi-pagi kena semprot omelan.

"Tapi kan kamu belum sembuh." Aruna melongo, ayahnya justru yang berkomentar pertama.

"Ayaaaaah, Aruna libur cuma sebulan. Masa iya, gak reuni sama temen sekolah." Aruna merengek ke ayahnya dengan nada memelas.

"Terus nularin teman-temanmu gitu ya." Kini ibu menimpali.

Ow ow, Aruna lupa ayahnya memang selow, tapi kalo Aruna sakit, ayahnya akan jadi sepadan dengan ibunya untuk urusan meminta ijin. Seperti sekarang ini.

"Dimi udah sembuh kok, udah gak demam, gak batuk, gak pilek, gak pusing." Aruna berusaha meyakinkan kedua orang tuanya.

"Besok aja kenapa sih Dim. Kayak gak ada hari lain dalam sebulan." Ibunya tetap tidak mengijinkan.

"Tapi seminggu kemarin Dimi udah sakit, tinggal tiga minggu lagi ini liburannya. Ayo dong bu, ijinin Dimi main." Bujuk Aruna sekali lagi.

"Enggak. Istirahat hari ini aja Dim. Jangan ngebantah ibu." Final. Keputusan ibu tidak bisa diganggu gugat.

Pilihan lain, Aruna melihat ke arah ayahnya yang duduk di depannya dengan tatapan memelas seperti akan menangis.

"Ayaaaaaah..." Nadanya terdengar membujuk dan frustasi.

"Ayah kali ini setuju sama ibu. Kamu istirahat hari ini, besok aja mainnya." Ayah menjawab tanpa memandang Aruna, berusaha tetap fokus ke makanannya, karena kalo melihat Aruna, ayahnya akan goyah pertahanannya dan mengijinkan Aruna reuni.

Aruna menghela napas kesal, Aruna yakin kalau besok ia meminta ijin ke orang tuanya, mereka akan bilang hal yang sama. Sampai mereka yakin Aruna benar-benar sembuh, menurut standar sehat ibunya.

Apa gunanya kalo liburan tapi dikurung di rumah? Malah tambah sakit lagi kalo begini. Batin Aruna.

Selesai sarapan dan ayahnya berpamitan berangkat kerja, Aruna jadi tidak minat ngapa-ngapain. Ia kembali ke kamar, saat ditanya ibunya ngapain, Aruna bingung dengan pertanyaan ibunya.

"Tadi katanya disuruh istirahat." Jawab Aruna menahan kesal.

"Ya selain istirahat, bisa sembari belajar. Evaluasi soal ujian kemarin, atau nyiapin pelajaran semester berikutnya." Itu kata ibunya.

Sabar Dim. NGAPAIN BELAJAR PAS LIBURAN????? ADA-ADA AJA KANJENG MAMI INI.

Tersenyum agak memaksa, Aruna menjawab, "iya nanti Dimi nyiapin buat semester depan."

Lalu ibunya mengangguk. Dan Aruna segera berjalan cepat ke kamar, merebahkan dirinya di kasur.

Rasa kesalnya memuncak.

"Selalu ada yang kurang." Gumam Aruna pada dirinya sendiri.

Dengan nada sedih, Aruna mengirim chat kepada teman-teman SMAnya, memohon maaf karena ia tidak bisa datang ke reuni kecil-kecilan. Yang untungnya, temannya mengerti dan memaklumi karena Aruna habis sakit.
Kalo setelah ini gue gak diajak reuni lagi sama temen-temen SMA, fix gue sebel sama ayah dan ibu.

Kisah Kasih KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang