"siapa tadi yang mengantarmu??" Suara cempreng yang sangat familiar itu, berhasil membuat Kinanti mati kutu. Di depannya Ananda telah berdiri dengan mata memicing, tangan bersedekap di depan dada.
'mati aku! Kali ini tak bisa mengelak lagi... tolong aku gusti'
mata Kinanti mengerling sana sini mencari alasan, namun otaknya terlampau buntu kali ini dirinya telah tertangkap basah.
"E-eh itu.." ucap Kinanti tergagap, "Hiro, Yamada Hiro." Satu kata dari bibir Kinanti justru membuat Ananda semakin didera rasa penasaran.
"Hiro? Siapa itu Hiro???" Suara itu melengking memekakkan telinga Kinanti. Gadis itu memejamkan matanya, berusaha merangkai kata kata yang tepat untuk jujur kepada sahabatnya ini. Toh berbohong juga tidak bisa.
"Dia kekasihku."
Bagai tersambar petir di siang bolong Ananda terlonjak kaget dengan bibir menganga lebar. Gadis itu tak habis pikir bagaimana bisa sahabatnya yang konon katanya 'anti penjajah' justru memiliki kekasih seorang penjajah?
"Apa katamu? Kekasih? Bukankah tempo hari kau yang mengatakan kepadaku bahwa mereka tidak baik!" Tukas Ananda kesal.
"Dia berbeda! Sudahlah Ananda ,aku sangat lelah dan sedang tidak ingin berdebat denganmu!" Kinanti memijat pelipisnya yang terasa pening. Kemudian berjalan gontai kearah kamar mandi asrama.
"Kau berhutang banyak penjelasan padaku Kinanti!" Gadis itu masih saja bertanya tanya tentang Hiro.
"Ya...yaa.. aku akan mandi dulu." Kinanti melepas jaket bomber army yang melekat kebesaran ditubuhnya. Menatap sejenak jaket itu, membuat kenangan beberapa jam lalu melintas di otaknya. Kinanti tersenyum senyum sendiri tatakala mengingat wajah kesal Hiro tadi ditaman, namun tetap berusaha tersenyum lembut, yang justru menghasilkan cetakan senyum getir.
"Apa itu jaket miliknya??" Mata gadis itu memicing kearah jaket bomber milik Hiro yang kini telah diletakkan ke keranjang cucian milik Kinanti. "Ya". Hanya itu yang terucap.
"Oh astaga, kekasihmu sangat romantis! Dan tadi aku sempat melihatnya sekilas, dia sangat tampan!" Puji Ananda sambil mengerjap ngerjapkan matanya membayangkan wajah tampan milik Hiro.
"Jangan membayangkannya!" Tukas Kinanti kesal seraya melemparkan bantal kecil kearah sahabatnya. Ananda terkikik geli melihat sikap posesif Kinanti yang tak pernah ditunjukkan nya. "Kau cemburu??"
Pertanyaan Ananda tak dihiraukan oleh Kinanti, gadis itu menyambar handuk bersih dari lemari dan segera melangkah ke kamar mandi.
"Lalu bagaimana dengan Romo dan mas mu?" Kinanti berbalik mendapati pertanyaan sensitif yang selalu menghantui dirinya. Gadis itu menundukkan pandangannya, Ananda yang mengerti bahwa kata katanya salah, segera menghampiri Kinanti. "Err.. tidak,bukan begitu maksudku-"
"Sudahlah tidak apa apa Ananda.. biarkan saja berjalan dengan semestinya, selama mas Dhanu dan Romo tidak tau." Ucap kinanti pelan.
Kinanti berbalik, berjalan menuju pintu hendak menjalankan ritual mandinya yang sempat tertunda.
"Karena itu, berikan saja kekasihmu kepadaku!" Ucap Ananda bercanda untuk mencairkan suasana, yang justru membuat langkah Kinanti terhenti, gadis itu berbalik lagi dan menatapnya sinis.
"Jangan harap selagi aku masih hidup!" Desisan Kinanti dibalas gelak tawa oleh sahabat nya.
"Hahaha tentu saja tidak! Sudah cepat mandilah, kau seperti tikus kebasahan! Hahaha." Ananda melengos pergi menuju ranjang susunnya.
•
•
•Suara gemericik hujan deras malam itu menjadi pengiring langkah ringan Hiro. Lelaki itu berjalan kecil sambil bersiul dibawah payung merah milik kekasihnya. Hati Hiro sedang berbunga bunga mengingat peristiwa tak terduga yang baru saja ia lalui.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝 𝐖𝐚𝐫 𝐥𝐥
Historical FictionCERITA SEDANG HIATUS Indonesia, 1943 Berwajah datar, dengan hati sekeras baja adalah pesona Nakamura Yamada Hiro. Putra seorang petinggi Dai Nippon yang diutus memimpin pasukan ditanah bekas jajahan Belanda. Hidup keras bukan lagi hal asing baginya...