29 February

39 3 0
                                    


29 February, antara ada dan tiada.

Bagi kebanyakan orang, ulang tahun tentu adalah hari spesial dimana akan mendapat banyak ucapan selamat, cipika-cipiki dan berbagai bentuk kado. Tapi bagi kami yang berulang tahun pada setiap tanggal 29 February, jangankan kado, ucapan, ataupun pesta, ada orang yang mengingat saja sudah menjadi suatu hal yang menyenangkan.

Justru karena itulah banyak dari antara mereka yang menjadikan tanggal 28 February atau tanggal 1 Maret sebagai hari perayaan ulang tahun. Namun bagiku, 28 February atau 1 Maret tetap milik orang-orang yang memang lahir pada tanggal tersebut. Menurutku, bukanlah hal yang baik bila memaksa sesuatu menjadi milik kepunyaan padahal sesungguhnya itu adalah milik orang lain.

Hari ini adalah ulang tahunku yang ke-4 bila dijumlahkan berdasarkan perhitungan tanggal yang real, 29 February. Ulang tahun yang ke berapakah menurut perhitungan pada umumnya? Engkau pasti tahu. Tanpa ucapan, kado, apalagi kemeriahan pesta. Sedih? Tidak juga. Memang setiap tahun keadaannya seperti itu. Ada atau tidaknya ucapan selamat ulang tahun, bukan sesuatu yang berpengaruh besar dan memang bukan hal yang pantas untuk dibesar-besarkan.

"Happy birthday, Rick." Satu suara yang sudah sangat familiar di telinga menghentikan langkahku.

"Have a long life, may you'll reach all the best things in your life. Wish you all the best," lanjutnya lagi dengan satu senyum manis dan disertai uluran tangan.

Senyumku merekah. Di sosmed mungkin banyak, tetapi di dunia nyata, dialah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun, bahkan mungkin satu-satunya. Tak disangka, kalimat panjang itu terucap dari bibir mungil seseorang yang telah cukup lama dikagumi dan ... dicintai dalam diam. Telapak tangannya terasa hangat dalam genggaman.

"Traktir, dong," ucapnya lagi dengan cengiran khasnya.

"What? Tidak salah?"

"Apanya yang salah?" tanyanya dengan ekspresi tak mengerti.

"Semestinya, yang berulang tahun itulah yang ditraktir, bukan malah sebaliknya," jawabku menjelaskan.

Binar ceria yang terpancar dari kedua bola penerjemah visual itu langsung redup. Rasanya tak tega, tapi apakah ucapanku tadi salah? Kalian yang setiap tahun merayakan ulang tahun tentu sudah bosan dengan banyaknya ucapan plus beraneka bentuk kado. Bukankah seharusnya berbagi dengan kami yang berulangtahun hanya setiap empat tahun sekali? Padahal jangankan kado, ucapan selamat ulang tahun saja nyaris tidak ada sama sekali.

"Saat ini aku tidak punya apa-apa yang bisa diberikan sebagai hadiah ulang tahun," ucapnya pelan. "Tetapi, doa itu merupakan hadiah terbesar. Itu lebih dari cukup, kan?!" sambungnya sembari kembali tersenyum.

"Thanks a lot, ya." Aku balas tersenyum lalu mengacak rambutnya pelan.

"Make a wish-nya apa?" tanyanya ketika kami mulai melangkah, berjalan bersisian.

"Pentingkah untuk diketahui?" Aku balik bertanya.

Langkahnya langsung terhenti. Ketika menoleh, kudapati wajah murungnya tertunduk.

"Maaf," ucapku pelan sembari mengelus bahunya.

"Salahkah aku bila ingin tahu?" Pemilik wajah teduh itu mendongak, tatapan matanya menuntut penjelasan.

"Sebenarnya tidak salah, tetapi cuma enggan untuk mengutarakannya."

"Kenapa?"

"Karena make a wish-nya cuma satu hal."

"Cuma satu?" Keningnya berkerut.

"Iya, cuma satu," jawabku meyakinkannya.

"Apa itu?" Gadis manis itu bertanya antusias.

"Stay healthy," jawabku dengan tatapan lurus ke depan.

Ia terdiam, mencoba memaknai kalimat pendek yang baru terucap. Sejurus kemudian, netra coklat terang itu menatapku lekat, meminta penjelasan lebih jauh.

"Bagiku, kesehatan adalah hal yang paling penting. Karena dengan kondisi demikianlah kita bisa melakukan berbagai tugas dan tanggungjawab. Jika segalanya sudah dilakukan secara baik dan benar, maka sukses pasti dalam genggaman. Apalah gunanya memiliki segala sesuatu tapi malah sakit?"

Wajah manis berlesung pipi itu tersenyum. Di bawah pantulan cahaya kuning pendar mentari sore, senyuman itu begitu menawan. Pernahkah kamu merasa bahagia cuma karena seseorang yang special berada di dekatmu? Tak perlu berbicara, namun suasana hatimu begitu menyenangkan. Warna merah merona yang menjalar perlahan di pipinya langsung lenyap ketika pemilik wajah dengan senyum manis itu mengalihkan pandangan lalu mulai melangkah.

"Make a wish yang sederhana, tapi bermakna," komentarnya ketika aku kembali menjajari langkahnya.

"Makasih," jawabku singkat dengan disertai segurat senyum.

Tak ada lagi pembicaraan di sepanjang perjalanan menuju area parkiran.

"Jadi, makan apa kita?" tanyanya ketika ia duduk di boncengan sepeda motor, tepat di belakangku.

"Terserah. Tapi jangan yang harganya terlalu mahal, ya," jawabku sambil memutar handle gas.

"Gorengan favorit kita saja," katanya memutuskan.

Aku hanya mengangguk mengiyakan, lalu mengarahkan sepeda motor menuju jalan utama.


-----ooOoo-----


To be continued..

Hadiah Ulang TahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang