1. Lagi dan lagi💔

70.8K 2.9K 267
                                    

Membuat semua seolah baik baik saja adalah hal yang paling sulit.

Gadis berlesung pipi itu masih bergelut di balik selimut tebalnya, ia sedikit lega karena ini adalah hari minggu. Jadi, ia tidak akan takut terlambat pergi ke sekolah.
Setelah menangis semalaman, Vega tertidur karena lelah, ia baru dapat jam tidur sekitar pukul tiga pagi, itupun berkat obat tidur yang diminumnya.

Sebenarnya ia lelah dengan tempat yang menurut orang dianggap rumah, tapi menurut Vega, rumah adalah neraka baginya. Ucapan pedas yang keluar dari mulut orang tua, kakak kakaknya, dan kakek neneknya adalah makanan sehari hari Vega. Ia tidak tahu apa yang membuat seluruh keluarga membenci dirinya.

Jam beker Vega berbunyi lumayan kencang membuatnya mau tidak mau harus membuka mata padahal ia masih sangat mengantuk. Mengingat ia memiliki janji dengan Archer, ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi.

Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Vega untuk membersihkan tubuhnya, setelah selesai mandi Vega mengenakan hoodie dan celana jeans, tak lupa ia menggerai rambutnya.

Vega menatap pantulan wajahnya di cermin, matanya sedikit sembab. Mungkin Archer akan bertanya tanya perihal apa yang telah terjadi.

Vega mengambil ponselnya, melihat banyak notifikasi dari grup dan juga missed call dari Archer. Vega tersenyum tipis, setidaknya masih ada yang peduli kepadanya.

Cewek itu segera keluar dari kamarnya, ini sudah jam sembilan otomatis Archer sudah menunggunya di luar. ia tidak perlu meminta izin kepada orang tuanya, tapi mungkin akan sedikit berhadapan dengan kakek neneknya.

"Oma, Vega izin mau keluar ya," ucap Vega sedikit takut takut.

Ariva, nenek Vega. menatap Vega dingin. "Kamu matipun saya gak akan peduli," ucap Ariva ketus.

Vega menunduk, hatinya sakit, tapi ia bisa apa? Ia tidak berani melawan karena takut akan dianggap sebagai cucu durhaka.
Ia hanya tersenyum kecut menyembunyikan sakit yang ada di hatinya.

Vega mengulurkan tangannya untuk menyalimi Ariva, tapi beliau malah menghempaskan tangan Vega cukup keras, lagi lagi Vega hanya tersenyum mendapat perlakuan seperti itu.

"Vega pergi, Assalamualaikum," ucap Vega sambil berjalan keluar rumah.

Langkahnya terhenti karena tiba tiba Maura mencekal pergelangan tangannya. Vega tersenyum, karena tidak biasanya Maura akan menyentuh dirinya, biasanya cewek itu sangat anti bersentuhan fisik dengan Vega.

Plakkk

Refleks Vega menyentuh pipinya yang terasa panas akibat tamparan Maura, ia menatap kakak perempuannya tak percaya.

"Kenapa kakak tampar Vega?" tanya Vega sambil mengusap air matanya yang keluar. Ia menangis tapi tidak terisak.

"Lo kenapa masih jalan sama Archer!?" bentak Maura.

Maura menyukai Archer sejak lama, tapi Archer menolak dengan alasan ia sangat mencintai Vega.
Maura menjambak rambut Vega sangat kuat hingga membuat gadis itu mengaduh kesakitan, karena mungkin rambutnya banyak yang rontok akibat jambakan kakaknya itu.

"Kak sakit," ringis Vega sambil memegangi rambutnya.

"Gue gak peduli!" bentak Maura.

Helga keluar dari kamarnya karena mendengar suara keributan dari luar, ia melihat pemandangan di hadapannya. Kedua adiknya tengah bertengkar, bukannya memisah Helga malah mengambil sapu dan memukulkannya ke punggung Vega lumayan keras, hingga membuat perempuan itu jatuh ke lantai.

"Akh!" teriak Vega kesakitan.

Maura tersenyum penuh kemenangan, ia menatap Vega dengan sinis.

"Berisik banget sih lo! Gue lagi tidur goblok!" bentak Helga sambil membuang sapunya ke lantai.

"Maaf kak, tapi Kak Maura yang nampar Vega duluan," bela Vega sambil menangis.

Rasanya ingin mati saja jika hal ini terjadi padanya, ia ingin mengadu tapi kepada siapa? Vega berusaha berdiri, ia mengambil tangan Helga untuk meminta maaf tapi Helga malah menghempaskan tubuhnya hingga membuat dirinya kembali terjatuh ke lantai.

"Jangan pegang gue, najis!" setelah mengucap kalimat itu, Helga kembali ke kamarnya, cowok itu membanting pintu kamarnya dengan keras.

"Mampus!" Maura pergi, mungkin ke kamarnya.

Dengan bersusah payah, Vega mencoba untuk berdiri. Kepalanya berdenyut setiap mendengar bentakan yang dilontarkan untuknya. Cewek itu berjalan ke luar rumah, mendapati Archer yang tengah menunggunya di dalam mobil.

Vega masuk ke dalam mobil Archer sambil terisak.
Archer melihat keadaan kekasihnya yang sangat kacau langsung memeluk Vega untuk menenangkan gadis itu.

"Kamu kenapa?" tanya Archer lembut sambil mengelus punggung Vega.

Vega sontak merintih saat tangan Archer memegang punggungnya karena mungkin sekarang punggungnya luka akibat pukulan dari Helga tadi.

"Punggung kamu kenapa?" tanya Archer khawatir.

Archer menangkup pipi Vega dan mengelap air mata yang membasahi pipi gadis itu.

"Mereka lagi?" Vega mengangguk, Archer memang mengetahui keadaan keluarga Vega. Dulu Archer sempat marah, bahkan cowok itu ingin melaporkan kedua orangtua Vega, karena menurut Archer ini sudah tindak kekerasan dan sepatutnya dilaporkan ke pihak yang berwajib, tapi Vega menolak mentah mentah permintaan Archer, bahkan Vega mengancam akan memutuskan Archer, jika cowok itu melaporkan kejadian ini kepada polisi.

"Gak papa kok, Ar. Aku udah biasa," ucap Vega sambil tersenyum.

"Gak papa gimana? Coba sini aku liat punggung kamu," ucap Archer sedikit sebal.

Vega menggeleng sebagai respon, tapi Archer tidak mempedulikan itu. Ia malah langsung membalikkan tubuh Vega dan melihat punggung gadis itu.
Bekas pukulan menjalar merah di punggung Vega, pasti itu sangat sakit.

"Punggung kamu luka, kita ke rumah sakit sekarang," ucap Archer lalu menjalankan mobilnya menuju rumah sakit.

Vega bersyukur karena Archer sangat tulus dalam mencintainya, ia jadi ingat saat Archer menembaknya. Mereka berpacaran dan hari ini hubungan mereka menginjak satu tahun.
Vega kelas sebelas, sementara Archer sudah kelas dua belas. Vega jadi takut karena sebentar lagi Archer akan menyandang status sebagai mahasiswa dan otomatis Archer tidak satu sekolah lagi dengannya.

"Archer," panggil Vega.

Archer menoleh lalu menggenggam tangan Vega dengan lembut.

"Kenapa, sayang?" tanya Archer sambil mengecup punggung tangan Vega.

"Kamu bentar lagi kan lulus." Archer mengangguk membenarkan ucapan Vega.

"Kenapa hm?" tanya Archer gemas.

"Aku takut mata kamu jelalatan waktu kuliah," ucap Vega dengan nada sedih yang dibuat buat dan itu membuat Archer gemas sendiri.

"Gak akan."

"Karena aku udah ada orang yang spesial," timpal Archer meyakinkan Vega.

Vega tersenyum tipis, ia suka Archer karena Archer tahu cara menghargai wanita. Saat Archer datang, hari yang tadinya gelap menjadi lebih berwarna. Ia suka saat Archer peduli padanya, mengucap sayang padanya, mencium keningnya dengan lembut.

"Makasih, ya," ucap Vega lalu mencium pipi Archer lembut.

Archer seketika tertawa melihat keberanian Vega yang tiba tiba, karena biasanya cewek itu akan malu malu kepadanya.

Terkadang Vega berpikir apa jadinya jika Archer direbut kakaknya, ia tidak bisa membayangkan kejadian itu akan terjadi padanya. Tapi sungguh, Vega setiap hari berdoa agar Archer tidak meninggalkannya. Karena dengan adanya Archer ia bisa kembali semangat dalam menjalani hari hari yang menurutnya berat.

"I love you Archer Ferro Ganesta."
















TBC

Next kapan?

Sambil nunggu sequel AGATHA, aku buat cerita inii:)

I'M LONELY (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang