Seokjin duduk diam di atas ranjangnya. Menatap lama ke arah bingkai foto di atas meja belajarnya di seberang ruangan. Ia masih ingat kapan foto itu diambil. Tahun lalu, saat ia dan Namjoon merayakan hari jadi keduanya yang pertama.
Seakan baru kemarin ia tertawa, merasa menjadi wanita paling beruntung memiliki Namjoon disisinya. Tapi roda kehidupan memang tidak pemilih dalam menentukan korbannya. Dan kali ini Seokjin yang berada di bawah roda tersebut.
Tak terasa sudah seminggu berlalu sejak Seokjin masuk UGD. Dan selama seminggu itu ia tidak masuk kuliah. Ia beralasan sakit, lagipula ia mendapat izin dari kedua orangtuanya. Meski keduanya tak tahu bahwa ia sampai dibawa ke UGD.
"Aigoo, uri ddal. Kau sudah tidak sepucat kemarin lagi. Perutmu sudah lebih baik? Sudah tidak mual jika makan berat?"
Ya, ia beralasan sakit lambung pada eommanya. Hingga nafsu makannya yang menurun drastis tidak dipertanyakan.
"Ne, eomma. Aku sudah lebih baik."
Aku sudah mulai bisa menerima apa yang terjadi kepada hubunganku dan Namjoon oppa.
Eomma Seokjin duduk disisi ranjang, mengusap lembut rambut panjangnya. "Eomma sedih melihatmu begitu lemah. Apa ada yang kau inginkan untuk makan malam nanti? Eomma akan memasakkannya."
Seokjin menggeleng, "eobseoyo, eomma. Aku baik-baik saja. Aku sudah bisa menikmati makanan apapun."
"Ah iya, eomma tidak melihat Namjoon seminggu ini. Kau tidak memberitahunya jika kau sakit?"
Seokjin menggeleng, ia belum memberitahu eommanya mengenai masalah mereka.
"Ne, eomma. Aku sengaja tidak memberitahu Namjoon oppa. Aku tak ingin mengganggunya yang sedang sibuk menyusun skripsi."
Sang eomma mengangguk paham, "baiklah kalau begitu. Eomma akan memasak makan malam. Kau istirahatlah lagi. Besok sudah akan masuk kan, kau harus mengumpulkan kembali energimu."
Dan Seokjin hanya mengangguk singkat, membiarkan sang eomma mengusap rambutnya lembut sebelum keluar kamar. Lagi-lagi ia berbohong. Entah bagaimana ia harus memberitahu sang eomma jika hubungannya dengan Namjoon sudah hancur.
«★✩★»
Jisoo dan Taeyeon tidak pergi dari sisinya sejak ia melangkahkan kaki memasuki kampus. Kedua sahabatnya itu dengan setia mengikutinya kemanapun pergi. Membuatnya merasa sangat tersentuh dengan sikap tersebut.
"Gomawo chinguya. Aku tak tahu apa yang akan terjadi padaku tanpa kalian." Ucap Seokjin saat mereka tengah makan siang di kantin.
"Aigoo uri Seokjinnie. Kau tak perlu sungkan. Beginilah gunanya sahabat."
Taeyeon melingkarkan tangannya dipundak Seokjin, menepuk lembut bahunya. Begitu juga Jisoo yang ikut memeluk nya.
Seokjin tertawa, "Aku akan mentraktir kalian makan malam kapan-kapan. Sebutkan saja apa yang ingin kalian makan."
"Tentu saja. Aku akan menunggu nafsu makanmu kembali, Seokjin." Jawab Jisoo. Taeyeon mengangguk, "Iya. Hanya Kim Seokjin yang bisa menyaingi nafsu makan kita berdua."
Lalu ketiganya tertawa, sembari bercerita menikmati makan siang masing-masing. Seokjin benar-benar merasa bersyukur dengan kehadiran kedua sahabatnya. Tidak perlu teman yang banyak, tapi teman yang benar-benar memahamimu. Kualitas diatas kuantitas.
"Kim Seokjin?"
Panggilan itu menghentikan candaan ketiga sahabat yang tengah menikmati makan siang mereka. Dan Seokjin mendapati sosok Hoseok yang berdiri didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goals [Namjin]
Short StorySome short story about how Namjoon treats Seokjin Namjin | GS!Seokjin