31.

22.4K 1.2K 45
                                    

Beberapa hari sudah berlalu sejak Abbey keluar dari rumah sakit. Perempuan itu menjadi pendiam dan lebih sering mengurung dirinya sendiri. Tidak ada keceriaan padanya seperti sebelumnya, ditambah kenyataan Arlington tidak pernah menghubunginya lagi. Pria itu melarang Abbey untuk menghubunginya lebih dulu.

Ia menangkupkan wajahnya berusaha menahan lapar yang selalu menjadi-jadi. Perempuan itu juga tidak menyentuh makanannya sendiri dari pagi, bahkan kemarin ia hanya makan satu kali di pagi hari.

Ketukan pintu pada kamar Abbey tidak membuat perempuan itu bersusah payah merubah posisinya. James masuk membawa nampan makanan dan meletakkannya tepat di samping Abbey.

"Kau harus makan Abbey," bujuk James tetapi Abbey menolak. "Aku tidak lapar James."

"Bohong. Aku mengenalmu dengan baik. Abbey aku mohon jangan menyiksa dirimu sendiri, besok kita akan pulang ke Inggris, orangtuamu akan membunuhku jika melihatmu seperti ini."

"Apa Arlington sudah menghubungimu?" tanya Abbey kepada James dengan tatapan yang sayu. James menggeleng kecil sambil menunduk, setelahnya ia menyerah membujuk Abbey dan lebih memilih untuk keluar.

Abbey beranjak, berbaring di atas ranjang sambil meringkuk, tubuhnya mulai sensitif terhadap suhu ruangan. Kemudian ia merasa mual tetapi Abbey menahannya dan tetap berbaring. Ia terlalu lemas untuk sekedar berjalan menuju kamar mandi.

Tidak berselang lama pintu kembali diketuk, tanpa melihat siapa yang masuk Abbey langsung mengusirnya, ia kira itu adalah James. "Aku tidak lapar James, pergilah aku mau tidur."

Tidak ada jawaban atau bunyi pintu tertutup sampai akhirnya ia merasakan sesuatu menaiki sisi ranjangnya dan setelahnya ada yang menjilati tangannya, refleks hal itu menbuat Abbey memutar tubuhnya. Ketika ia berbalik, Abbey langsung menegakkan tubuhnya sendiri mendapati seekor anjing kecil berwarna abu-putih sedang menatapnya dengan mata yang berwarna biru terang.

Abbey memasang raut wajah heran, ia berusaha untuk menyentuh anjing itu dan ternyata anjing itu menyukai sentuhan yang Abbey berikan hingga anjing itu beranjak ke pangkuan Abbey.

"Itu anjing husky, dia sangat lucu ketika masih kecil dan akan menjadi seekor serigala ketika besar nanti," jelas Luigene yang duduk tepat di sebelah Abbey.

"Milik siapa?" Abbey menanyakan kepemilikan anjing tersebut kepada Luigene. "Aku mengadopsinya, jika kau mau kau bisa merawatnya."

Abbey menoleh cepat kearah Luigene, senyum kecil terbesit pada wajahnya yang tampak pucat dan hal itu membuat ujung bibir Luigene ikut terangkat naik. "Aku payah dalam memberikan nama, kau bisa memberinya nama."

"Starry," ujar Abbey tanpa berpikir panjang. Awalnya Luigene tampak sedikit heran tetapi kemudian Abbey kembali membuka suaranya.

"Namanya Starry, kau setuju?" Luigene mengangguk enteng. Ia memberikan hak sepenuhnya kepada Abbey untuk menamai anjing tersebut. "Kenapa namanya Starry?"

"Matanya sangat cantik, saat aku melihatnya tadi aku langsung mengingat lukisan Starry Night di museum itu." Luigene hanya mengangguk memperhatikan Abbey yang mulai asik bersama Starry di pangkuannya tetapi hal itu tak berlangsung lama karena Luigene dengan sigap merebut Starry dari pangkuan Abbey. Menjauhkannya dari jangkauan perempuan itu.

"Apa yang kau lakukan Lujin?"

"Aku ada hadiah untukmu, tetapi kau harus menghabiskan makananmu dulu. Aku dan Starry akan menunggu di luar, jika masih ada sisa makanan maka jangan berharap kau bisa bermain dengan Starry dan mendapatkan hadiahmu," ancam Luigene panjang lebar, pria itu sudah mirip seperti James.

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang