BAB 12

3.5K 195 2
                                    

     Satu bulan berlalu, namun pernyataan cinta yang Cecil belum terbalas juga. Saat ini, gadis cantik itu sedang berada di ruang lukis.

     Ruangan ini hampir penuh dengan lukisan-lukisan yang Cecil buat.

     Lucio kembali sibuk dengan pekerjaan setelah pulang dari Maladewa. Tiga hari yang lalu, kekasihnya itu harus pergi ke Meksiko dan lagi-lagi mengurus pekerjaannya.

     Cecil menghabiskan waktunya di ruang lukis kesayangannya ini. Perbedaan waktu yang cukup signifikan antara Italia dan Meksiko membuatnya sedikit sulit untuk menghubungi Lucio.

     Saat Lucio ingin mengistirahatkan tubuhnya pada malam hari sekitar pukul 11 malam, ia menghubungi ponsel gadis itu untuk membangunkan sang pemilik karena sudah waktunya untuk sarapan.

Lalu sekitar pukul 3 siang di Italia, gadis itu menghubungi Lucio yang sedang bersiap-siap untuk melakukan pekerjaannya di Meksiko yang pada saat itu pukul 8 pagi.

Panggilan wajib sebelum Cecil tidur, yaitu pukul 22.00 CET, ia akan membombardir ponsel Lucio walaupun hal itu akan mengganggu pekerjaan sang kekasih yang belum selesai. Hal itu disebabkan karena di Meksiko masih pukul 15.00 CST.

     Lucio yang sudah hafal dengan tingkah laku Cecil pun mau tidak mau akan mengosongkan jadwalnya selama 1 jam untuk menemani gadis itu bercerita kesehariannya dan apa yang ia alami hari itu. Beberapa kali Cecil juga menanyakan bagaimana hari Lucio yang hanya dijawab seadanya.

   "Bagaimana harimu?"

   "Biasa saja,"

   "Ceritakan lebih detail!"

   "Hari ini aku rapat bersama Tn. Hernandez, salah satu teman ayah, untuk melanjutkan kerja sama yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun,"

   "Apa dia orang yang baik?"

     "Ya,"

   "Lalu ada apa lagi? Kamu makan siang di luar atau di dalam hotel?"

     Begitu seterusnya. Cecil sangat mengerti bahwa kekasihnya ini bukan orang yang dengan mudah membangun sebuah percakapan.

     Pada awalnya, hal itu sempat menjadi masalah bagi mereka. Namun, sekarang Cecil berusaha untuk mengerti dan mengalah pada Lucio. Toh, pria itu juga sudah berusaha keras untuk menerima sifat buruknya serta menurunkan egonya dan menjawab pertanyaan Cecil walau singkat.

     Kegiatan itu terus berulang selama seminggu sampai akhirnya Lucio pulang dan tentunya disambut peluk serta cium oleh Cecil.

     "I miss you,"

     Sejak pintu utama rumah milik Lucio dan menampilkan sosok pria yang sudah ia tunggu-tunggu kehadirannya selama berhari-hari, Cecil tidak melepaskan pelukannya.

     "Jawab!" perintah Cecil saat ia tidak mendengar apapun dari mulut Lucio walau lengan pria itu membalas pelukannya.

   "Too,"

     Cecil menatap Lucio tajam.

     "Jawab dengan benar!"

     Tangan Lucio berpindah dari punggung ke puncak kepala Cecil dan mengusapnya.

     "I miss you, too,"

     Setelah mendengar jawaban dari Lucio, Cecil mempersilakan Lucio masuk dan mengantarnya sampai depan kamar.

   "I know that you are tired, so I will let you to take a rest right now,"

     Cecil membalikkan tubuhnya, bermaksud untuk meninggalkan pria itu untuk beristirahat. Namun, langkahnya berhenti saat sebuah tangan memutar tubuhnya dan kembali berhadapan dengan sang pemilik tangan.

Paint On You [21+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang