Loraine menurunkan ponselnya perlahan. Sambungan telepon antara dirinya dan Lucio sudah diputus secara sepihak dari beberapa menit yang lalu. Air matanya menggenang di pelupuk mata wanita itu.
Usahanya untuk mendekatkan diri pada Lucio selama akhir-akhir ini ternyata tidak berdampak apapun. Loraine yang mendapat kabar bahwa Lucio yang menghindarinya itu karena permintaan Cecil melupakan rasa sedih dan menggantinya dengan amarah yang meluap-luap.
"Lucio,"
Mata Loraine terfokus pada kumpulan foto yang ia tempel di kamarnya. Langkah bergerak menuju salah satu meja yang ada dan mengambil pisau buah yang tadi ia gunakan untuk memotong apel.
Langkah kembali menuntun wanita itu untuk kembali berhadapan dengan puluhan foto Lucio. Diukirnya beberapa goresan yang membentuk sebuah kalimat.
Lucio is mine.
Nobody can have it except me.
I love you, Lucio.
Pandangannya berhenti pada foto yang menampilkan Lucio sedang menatap Cecil penuh cinta. Loraine menggeram marah. Ia memundurkan tubuhnya dan menatap foto itu tajam.
Dilemparnya pisau buah tersebut dan menancap tepat di bagian wajah Cecil. Dirinya bersumpah untuk menghilangkan gadis itu dari hidup Lucio. Hanya boleh dirinyalah yang menjadi pendamping Lucio.
Loraine duduk di kasurnya dan tetap menatap ke arah sekumpulan foto Lucio yang ia ambil secara diam-diam. Selama aksesnya untuk berhubungan dengan Lucio diblokir pria itu, Loraine memiliki hobi baru.
Menguntit Lucio dan mengambil foto-fotonya tanpa meminta izin terlebih dahulu. Wanita itu bahkan tidak meminta bawahan ayahnya untuk melakukan hal tersebut. Demi memuaskan hasratnya, ia melakukan hal itu sendiri.
Beberapa kali wanita itu membahayakan dirinya untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Sekarang, Lucio malah memintanya secara tidak langsung untuk menyerah. Rasanya wanita itu ingin mati saja. Berjuang mati-matian untuk Lucio dan tidak dihargai sama sekali.
Wanita itu berkali-kali sadar bahwa dirinya yang sekarang bukan yang dulu lagi tapi ia tidak memedulikan hal itu. Bukan berubah ke arah yang lebih baik tapi sebaliknya.
Loraine sadar bahwa dirinya yang dulu—lemah lembut, anggun, pendiam—tidak akan bisa bersaing dengan Cecil untuk mendapatkan Lucio. Maka dari itu, walau ia sadar perubahannya bukan menjadi lebih baik, dia tidak akan menyesal melakukan ini.
Malam itu, Loraine kembali menangisi hidupnya. Ia rindu mendiang ibunya.
Albert yang sadar dengan perubahan putrinya mengerutkan alisnya bingung. Loraine menjadi lebih murung dari sebelumnya. Loraine juga lebih jarang menampilkan beragam ekspresi dan menghabiskan lebih banyak waktunya di dalam kamar.
Tentu sebagai seorang ayah, Albert tidak bisa diam. Dia memerintahkan orang suruhannya untuk mencari tahu apa yang terjadi pada sang putri.
***
"Mereka menolak,"
Salah satu bawahan Albert melaporkan perkembangan tawaran kerja sama bersama Lucio.
Albert yang saat itu sedang sibuk dengan berkas-berkas di tangannya terdiam sejenak.
"Kenapa?"
Bawahannya tersebut menjelaskan bahwa alasan Lucio menolak kerja sama mereka adalah karena masalah keselamatan. Bahkan pihak Lucio juga meminta Albert tidak berurusan dengan narkotika jenis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paint On You [21+] ✓
RomansaJika dunia ini dimonopoli oleh orang-orang yang berkehidupan gelap, apa yang akan terjadi? Musuh terbesar, ketakutan. Rasa yang timbul dari antisipasi kejahatan yang bersumber dari dalam ataupun luar. Dalam gelapnya terang bulan, terdapat cahaya red...