Gadis itu terlihat anteng menggerakkan penanya di sebuah jurnal, sesekali dia diam memikirkan apa yang akan di tuangkannya di sana. Senyumnya terus mengembang tanpa henti, kadang dia juga tertawa sendiri. Entah apa yang ia tulis sampai membuatnya terlihat macam orang gila.
Satu rumah tak kan heran melihatnya begitu. Melihat gadis itu menulis dengan senyam-senyum sendiri, sudah hal biasa bagi mereka. Mungkin saja bila orang awam melihatnya akan takut. So scary!
"Selesai!" ujarnya menengadahkan tangannya ke udara.
"Gue harap lo bakal membacanya suatu saat nanti," titahnya sambil menatap sebuah foto yang menempel di dinding meja belajarnya.
"Ya meskipun itu nggak mungkin juga sih," ujarnya meringis.
"Boro-boro mau di baca. Kenal sama gue aja enggak," lanjutnya.
Dia melangkah menuju tempat tidurnya dan merebahkan dirinya di sana, "Selamat tidur Gifta." ujarnya lalu ia memejamkan mata.
---
Gifta Yoga Mahendra.
Sosok bermata hazel, kulit bersih, hidung mancung, bibir merah. Sungguh perawakannya bak dewa yunani bukan? Yang mana sebagian kaum hawa langsung jatuh cinta kala melihatnya.
Tak terkecuali Rakilla Pelangi Lolina. Yang selalu bermimpi untuk bisa dekat dengan Gifta.
Bila Gifta selalu menjadi sorotan di manapun dia berada berbeda dengan Pelangi, mungkin hanya teman dekatnya saja yang mengetahui keberadaannya.
"Mimpi aja dulu bisa deket sama Gifta, siapa tau kenyataan," ujarnya sambil mengikat tali sepatu bututnya.
"Pelangi sudah hampir jam 7 lewat. Cepat, katanya ada kelas pagi!" teriak bundanya dari ruang makan.
Dengan langkah cepat ia menuruni tangga, "Iya Bun. Ini sudah selesai,"
"Ayo sarapan dulu!" perintah Bunda Ratna selaku Bunda kandung Pelangi.
"Nggak deh Bun, Pelangi bawa bekal aja," ia menyambar bekal yang sudah bundanya siapkan lalu memasukkan ke dalam tas ransel yang dibawanya.
"Pelangi berangkat, dah Bunda!" ujarnya mencium pipi serta punggung Bundanya.
"Hati-hati,"
"Siap bos!"
"Assalamualaikum,"
"Walaikumsalam,"
Ia berjalan santai sambil menyenandungkan lagu-lagu yang Pelangi suka, "Pagi Bu Yuli, belanja Bu?" sapanya kepada tetangga rumahnya.
"Iya La, mau berangkat?"
"Iya Bu," sahutnya dengan tersenyum.
"Hati-hati La,"
"Siap Bu," di daerah komplek perumahannya Pelangi di kenal sebagai sosok yang ramah dan sopan. Tak segan Pelangi menyapa tetangga-tetangganya dimanapun mereka bertemu.
Pelangi berhenti di salah satu halte yang biasa ia datangi. Sambil memainkan handphonenya ia menunggu bis arah kampusnya.
Sepertinya pagi ini keberuntungan berada di pihaknya. Netranya menangkap sosok yang sangat Pelangi kenali meskipun saat ini si pengendara menggunakan helm full face. Mood Pelangi berubah sangat baik, yang awalnya biasa-biasa saja ya seperti pagi-pagi biasanya, tetapi kali ini moodnya benar-benar sangat baik.
Hanya karena Gifta. Ya! Gifta sangat berpengaruh dengan mood gadis ini. Tak lama lampu merah berubah menjadi hijau, Gifta kembali mengendarai motornya. Meninggalkan Pelangi yang masih ingin melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Pelangi (COMPLETED)
Novela JuvenilMenikah karna salah paham? Itu tidak ada di list hidup Pelangi. Ya meskipun si cowok adalah sosok yang selama ini ia idam-idamkan. Bukan bahagia, malah semakin runyam hidupnya. "Lo harus nikah sama gue!" ujar Gifta santai. Pelangi mendelik untung s...