Chapter 5

7K 848 137
                                    

Tidak terasa Mark sudah wisuda. Jisung permisi tidak masuk kuliah untuk hadir di wisuda kakaknya. Sementara Jeno emang tengah libur hari ini. Kedua orang kakak beradik itu tengah menunggu diluar. Sebentar lagi acara wisuda selesai.

Bekas tamparan sang ibu perlahan menghilang, hanya tinggal sedikit bengkak. Jeno cukup baik untuk merawat luka di pipinya, tapi tidak cukup baik untuk merawat luka di hatinya.

Sang ibu sudah meminta maaf padanya. Tepatnya hari dimana dia pulang bersama kedua saudaranya setelah membeli pakaian. Sang ibu tiba tiba masuk kedalam kamarnya dan mengucapkan maaf. Jeno tidak mengerti, dari sorot mata ibu terlihat ibunya sangat menyesal telah menamparnya, tapi dari nada suaranya sang ibu tidak terlihat menyesal sama sekali.

Tidak ingin menjadi orang yang jahat, Jeno memaafkan ibunya. Mendapat pelukan dari sang ibu, tapi terasa sangat canggung. Itu pelukan yang pertama dia dapat setelah Jisung lahir dalam keluarga mereka.

"Kak, itu mereka"

Jeno melihat kearah ayah, ibu serta kakaknya yang baru keluar dari gedung wisuda. Adeknya Jisung sudah berlari menghampiri mereka bertiga. Banyak teman teman kakaknya yang seangkatan maupun adek tingkatnya memberikan bunga dan beberapa hadiah untuk sang kakak. Mereka juga berfoto bersama, membuat Jeno memperlambat laju jalannya. Dia tidak ingin mengganggu suasana bahagia mereka.

"Jeno, kemari" sampai panggilan sang kakak, membuat pemuda itu berjalan kearah mereka.

"Selamat atas wisudanya kakak"

Mark memeluk Jeno erat. "Terima kasih, kau juga harus cepat menyusul seperti kakak" Jeno mengangguk sambil tersenyum manis ke arah kakaknya

"Kamu harus dapat nilai yang bagus seperti kakak kamu. Bahkan kakak kamu itu mendapat nilai tertinggi di angkatannya. Ibu tidak terima jika nilai kamu rendah"

"I..iya ibu"

Mark menatap tidak suka ibunya yang seakan menekan adeknya. "Ibu, kenapa kau seperti itu, seharusnya ibu yakin jika Jeno juga bisa mendapatkan nilai yang bagus"

"Ibu tidak yakin, dia juga tidak pernah menunjukkan nilai semesternya pada ibu. Dan itu artinya dia mendapatkan nilai yang jelek" Jeno hanya menundukkan kepalanya.

Dia memang tidak pernah menunjukkan nilai semesternya. Alasannya hanya satu, ibu tidak pernah ada niatan untuk melihat nilai itu. Sebelum ibunya melihat, sang ibu selalu bilang kalau nilainya pasti jelek. Walaupun dia dapat peringkat 1 sekali pun, sang ibu tidak pernah mau melihatnya.

"Hentikan. Kenapa kau selalu menekan Jeno. Dia juga anakmu, seharusnya kau bisa mendukungnya dan menyemangatinya, bukannya menekan seperti itu" mendengar suara sang ayah yang mulai keras membuat Jeno sedikit takut. Ayahnya tidak pernah membentak selama ini.

"Sudahlah, aku tidak mau dengar. Lebih baik kita pulang, dan menyiapkan bahan masakan untuk pesta malam ini"

Ibu Lee berlalu sambil menarik tangan Mark untuk mengikutinya. Sementara sang kepala keluarga hanya bisa menghela nafas dan berjalan mengikuti istri dan anaknya, meninggalkan Jisung dan Jeno disana.

"Ayo kak, kita susul mereka" Jeno hanya pasrah saat Jisung menariknya menuju mobil mereka.

...

Pukul 5 sore yang artinya 1 jam lagi teman teman sang kakak akan datang. Halaman belakang rumah sudah di sulap menjadi tempat pesta dengan beberapa alat panggang, dan meja yang sudah ada disana.

Ayah Lee tidak bisa ikut karena ada rapat penting yang tidak bisa di tinggalkan. Sementara sang ibu tengah istirahat. Ibu Lelah, itu yang di katakan wanita yang masih cantik di usianya yang tidak muda lagi.

Anak Tengah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang