~Happy Reading~
"Yaaaaaaah" seru penonton, vano yang mendengar jawaban Eliza hendak berdiri dari berlutut nya, tetapi dia kembali lagi berlutut setelah mendengar jawaban yang asli dari Eliza.
"No, I mean can't refuse"
tidak, maksduku tidak bisa menolak
ucap Eliza sambil tersenyum manis, vano yang mendapatkan jawaban itu langsung bersemangat kembali lalu memasang cincin itu di jari manis Eliza."jiwa jomblo gw berkoar koar!!" Teriak beberapa penonton
"Woe apa kabar yang jomblo nih? Iri tentunya Yah! Hahahahaha" teriak teman laki laki vano setelah berucap dia pun tertawa
"Alhamdulillah" Kaka ipar Eliza bersyukur karna adik nya sudah menerima lamaran dari vanoDan masih banyak lagi yang berteriak seperti itu.
Setelah selesai memasang cincin vano langsung bangun lalu memeluk Eliza dengan erat, Eliza pun membalasnya, ternyata di balik ke gembiraannya ada yang ingin merusaknya, Huft dunia memang kejam bukan? Jadi harus semangat;)
'Kenapa gw ngerasa ga seneng ya, padahal Didepan sahabat gw Abis ngelamar, tapi apa? Gw gak bahagia? Apa rasa itu masih ada?Gak rasa itu harus hilang, tapi kenapa vano lebih keliatan seneng sama tuh cewek daripada gw?! Sialan! Gw harus punya cara buat ngancurin hubungan mereka sebelum lebih deket' batin Sheila
Setelah vano puas memeluk tubuh Eliza, dia pun langsung melepasnya dan menatap mata milik Eliza, mata mereka saling tatap satu sama lain, vano menipis jarak antara Eliza dengannya, sampai Eliza merasakan hembusan nafas vano yang berbau mint, Eliza menahan nafasnya dan menutup matanya, lalu
"WOEEE VAN LO MO NGAPAIN ADEK GW?!!!" Teriak Adit dari pinggir ruangan tersebut, sampai akhirnya mereka berdua tersadar dan langsung membuat jarak satu sama lain,
Mereka berdua pun langsung kembali ke keluarga masing masing, "ibu udh tau?" Tanya Eliza kepada ibunya
"Udah, vano yang ngasih tau beberapa hari lalu, ayah, ibu, kakak-kakak kamu, ibunya vano, sama ayahnya vano udah tau tentang ini, dan akhirnya kita menyetujuinya, tetapi ibu menyarankan agar kalian menikah setelah lulus kuliah terlebih dulu" jelas ibu, Eliza hanya mengangguk saja tanda mengerti."Kakak! Hiks" Suara anak kecil itu mengintrupsi eliza untuk berbalik, setelah berbalik Eliza membulatkan matanya kaget karna melihat adik kecilnya ini belepotan karna krim kue, dan juga beberapa tetes air mata,
setelah Eliza berbalik anak itu langsung memeluknya sambil berkata "kakak abang jahat, hiks kue aku rusak Kak hiks tadi krimnya dihabisin cuma buat hiks belepotin muka aku hiks kakak huaaaaaaa" cerita Anak kecil yang menggemaskan itu, setelah cerita selesai pun aqilla langsung menangis histeris, ya yang belepotan krim itu adalah Aqilla, dan yang membuat Eliza marah adalah vano, bagaimana tidak? Adik kecil manisnya ini dibuat menangis histeris oleh calon suaminya itu, Aqilla memang manja kepada Eliza karna Eliza juga memanjakannya. Jadi itu sudah biasa, tapi apa ini? Yang membuatnya kesal adalah vano yang membuat Aqilla menangis histeris, walaupun Aqilla sering menangis tetapi berbeda dengan ini, ini seperti menangis kehilangan induknya saja:V
"udh udh jangan nangis ya, nanti mukanya jelek loh" jelas Eliza yang mencoba menenangkan Aqilla yang berada di gendongan nya "hiks qila Emang udah jelek gara gara ini krim kak hiks huaaaa"tangisan nya pun semakin pecah ketika selesai bicara.
Para tamu pun sudah mencoba menenangkannya tetapi tidak ada satupun yang berhasil, momy dan dadynya pun menemuinya dan mencoba untuk menggendongnya, tetapi nihil tangis Aqilla tidak mereda sedikit pun, malah semakin kencang karna lepas dari gendongan Eliza, momy yang melihat dia semakin menangis mengembalikan Aqilla kepada Eliza.
Eliza menerimanya kembali lalu mencari keberadaan vano supaya meminta maaf agar tangis adiknya ini menjadi berhenti, tetapi saat dia melihat ke pojok ruangan vano tengah berbincang dengan Sheila, 'udh Abis nangis in Adek! Bukannya minta maap kek! Kaga malah pacaran!' Batin Eliza, seakan eliza lupa bahwa tadi dia habis dilamar setelah melihat adiknya ini menangis,
"Udh udh jangan nangis, nanti kita unboxing kado yuk! Kita liat isi kadonya apa aja?" Rayu Eliza sambil mengelus kepala Aqilla supaya qila berhenti menangis, setelah mendengar ucapan Eliza tangis Aqilla semakin mereda dan berhenti menangis, "oke ayuk Kak kita pulang aja, tamunya juga udah ada yang pulang" ajak Aqilla yang sudah tidak menangis lagi, "Ayok ambil kado-kadonya yang ada disana" lanjut Aqilla sambil menunjuk ke arah tempat-tempat kado dari teman temanya
"Huft untung ada kamu za, makasih ya" ucap momy ya sambil menepuk bahu Eliza, eliza hanya membalas dengan senyuman manis.
Eliza pun menggendong Aqilla sambil berjalan ke arah yang Aqilla tunjuk, lalu mengambil beberapa paper bag yang berisi kado, "udah Kak turunin qila biar qila Bantuin kakak" ucap qila, Eliza pun menuruti nya saja supaya adiknya ini tidak menangis lagi,
"nih Kakak bawa yang ini aja" kata Aqilla sambil memberi beberapa paper bag, "ada yang mau dibantu?" Tanya laki-laki dari arah belakang Eliza sambil memeluk eliza dari belakang, eliza pun berbalik dan menatap wajah tampan calon suaminya, ya laki-laki itu adalah vano Eliza yang melihat vano langsung mengingat saat dia di lamar ditengah ruangan,
lalu mengingat saat vano berbincang dengan Sheila sambil sesekali tertawa, rasa cemburu pun mulai berkoar-koar dari hati raut wajah Eliza pun berubah menjadi datar kala mengingatnya,
vano yang melihat ekspresi Eliza berubah langsung melepas pelukannya dan kebingungan, pasalnya dia hanya menawarkan bantuan saja,
"Gak usah aku bisa sendiri" kata Eliza lalu berbalik kembali membawa beberapa paper bag "udah ayo qil" ajak Eliza sambil menarik tangan qila, qila yang melihat itu hanya diam saja diapun masih marah pada abangnya ini karna tadi sudah merusak kue nya dan wajahnya.
Vano yang melihat itu hanya kebingungan, 'kenapa Eliza kek gitu? Marah? Tapi karna apa? Entahlah mungkin Mood nya lagi jelek' batin vano, dan mengangkat bahu acuh, lalu mengejar Eliza dan qila yang sedang berpamitan dengan kedua keluarga itu dan juga beberapa tamu, setelah selesai berpamitan mereka pun menuju pintu keluar tapi ditahan Oleh vano dengan cara menutup jalannya
"Minggir aku mau pulang!" Ketus Eliza sambil berusaha untuk keluar, qila hanya diam saja dari tadi, dia hanya menatap bingung kakanya 'kak Liza kenapa? Kok kaya marah sama abang? Apa gara gara tadi aku nangis sama abang ya?' Batin qila
"Kamu mau pulang naik apa? Kan tadi kita kesini bareng, udah ayo bareng aku aja pulangnya" ajak lembut vano, vano tidak ingin membuat Mood tunangannya ini tambah ancur, jadi dia bersikap lembut.
"Bisa naik taksi, udh yuk qil jalan" ajak Eliza yang melihat vano tidak menutupi jalannya lagi, setelah keluar dari gedung itu, langsung ada mobil yang berhenti didepannya, sudah dapat dipastikan kalau itu adalah mobil milik vano.
Vano membuka kaca kemudi lalu sedikit memiringkan kepalanya dan "Udah ayo bareng aja, lagian Emang ada kalo taksi gratis sore gini? Tas kamu aja ada disini" Ajak vano sambil memperlihatkan tasnya yang ada di Dashboard , memang teledor Eliza ini bagaimana bisa tasnya ia tinggal di mobil itu??!?!,
Eliza hanya diam saja, sambil merutuki kebodohannya "Yaudah yuk" ajak vano sambil membuka pintu penumpang dari dalam.
Akhirnya mereka berdua memasuki mobil vano, Eliza duduk ditempat penumpang yang disamping pengemudi, sedangkan Aqilla dibelakang, Eliza pun membantu qila membersihkan pakaiannya yang berantakan, serta mukanya yang basah akan air mata tadi dan juga krim yang membuatnya menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's a love story🏹
Teen Fiction"Lo itu nganggap dia gebetan lo! Waktu dia pacaran sama gw! Dasar cewek murahan! Dan sekarang saatnya gw bales kelakuan lo saat itu!!"-Sheila "Lah? Emang dulu gw gitu, dan itu semua benar, tapi dulu vano bilang kalo lo itu cuma dia anggap SAHABAT...