Jea

60 12 0
                                    

"MAMI HANNA AYO KITA PULAAANNGG" Pandu masuk ruang rawat inap sambil membawa banyak snack di tangannya.

Hanna bangun dari tidurnya dengan terkaget "anjrit Pandu syaitonirrojim".

Yang dihina hanya tersenyum lebar.

"Buset si Jea kagak kebangun" ucap Pandu sambil menunjuk ke arah Bang Jeje yang tertidur pulas.

Hanna berdiri merapikan rambutnya "ayo Pan"

"Cuci muka dulu sana, itu iler sampe kering gitu" Pandu berjalan keluar rawat inap.

Hanna menurut, enggak banyak omong karena ya sadar diri aja namanya juga bangun tidur.

Selesai mencuci mukanya, Hanna pamit sebentar dengan Bang Jeje yang masih terlelap "Hanna pulang ya, Jeje cepet sembuh" enggak lupa sambil mengecup singkat puncak kepala Bang Jeje.

"Lama bener kambing" omel Pandu. "

"Berisik dugong..." Hanna melihat kanan kiri mencari sosok Daniel yang enggak muncul batang hidungnya "Bang Daniel mana Pan ?"

"Jemput Mama Nia, Papa Bima langsung kesini katanya dari bandara" Hanna mengangguk paham"jadi kita pulang naik apa ? kan tadi mobil Bang Daniel"

"Grab, lu pesen sendiri aja ya" Pandu tersenyum tanpa dosa.

Hanna memasang wajah dinginnya "oh berani ya, sini-sini maju"

"Becanda elah, kapok gue kena tabokan maut lo"

Hanna tersenyum puas "good boy panpan."

-----------

"Pa, Hanna berangkat ke kampus ya. Ada bimbingan"

"Iya Han, motor jangan lupa isi bensin" teriak Papa Pian dari dalam rumah.

Pagi ini Hanna bimbingan skripsinya yang tak kunjung maju bab. Seperti biasa, berdua dengan Chaca.

"Ampun dah ngantri melee" keluh Chaca.

"Laris manis ni dosen, tapi emang bener-bener ngebimbing sih emang" ucap Hanna.

"Aaahh lu juga gue yang suruh kan pilih ni dosen"

"Iyaa, hehe" Chaca cuma bisa cengar cengir.

"KAK TIRTA" Hanna dengar suara itu, sangat jelas sampai rasanya ingin keluar ruangan untuk bisa lihat orang yang dipanggil itu.

"Tunggu-tunggu, gue enggak salah denger kan ? siapa ? Tirta ?aahh kempret" racau Hanna dalam hati.

"Heh giliran lu sono bimbingan, ngelamun aje" Chaca menyenggol lengan Hanna.

Hanna langsung bangkit dari duduknya "lu enggak bilang dari tadi"

"Dari tadi gue udah toel-toel juga, kulit badak lu ditoel enggak kerasa" Chaca melebarkan bola matanya.

Giliran bimbingan Hanna enggak lama, dosennya bilang udah boleh lanjut ke bab 4. Hanna lega, akhirnya bab 4.

"Cha, gue duluan ya. Mau ke rumah sakit"

"Hah ? siapa yang sakit Han ?" tanya Chaca.

"Bang Jeje"

"Sakit apa dia ?"

"Mata" jawab Hanna asal.

"Hah ? mata dia kenapa anjir ?"

"Mata keranjangnya kambuh" Hanna lansung lari sambil tertawa.

"HEH ALAY" teriak Chaca di koridor kampus.

------------

"Ma, tadi tante Dara tuh siapa ? Jea enggak pernah tau kalau kita punya sodara yang namanya tante Dara ?" kemarin enggak lama setelah Pandu dan Hanna pulang, Denis sampai di rumah sakit dengan orang tua Bang Jeje. Mama Nia nangis, Papa Bima tetap stay cool tapi enggak bisa sembunyiin rasa khawatirnya.

Pagi ini Bang Jeje dijenguk Tante Dara. Bang Jeje enggak kenal sama sekali, kebanyakan om dan tantenya udah dia kenal sejak kecil. Tante Dara ini sama sekali belum Bang Jeje kenal.

Mama Nia enggak langsung jawab, menghela napas dahulu lalu senyum sambil merapikan rambut Bang Jeje "Tante Dara itu saudara jauh mama, tinggal di luar negeri makanya kamu enggak tau"

Bang Jeje mengangguk "baik banget ma, Jea dibeliin hoodie loh".

"Butuh lemari khusus dong ya buat simpen hoodie kamu doang" Bang Jeje tertawa. Tampang preman tapi kalau udah sama keluarga rontok semua jiwa premannya.

"Assalamualaikum, permisi ada paket" Hanna masuk ke ruang inap Bang Jeje sambil membawa camilan satukantong plastik besar.

Bang Jeje mengedipkan matanya berkali-kali "heh dugong, lu mau ngapain bawa bekel sebanyak itu ?"

Mama Nia geleng-geleng kepala, yang satu lagi sakit tapi masih bisa ngegas, satu lagi ada aja tingkah absurdnya.

"Ck lo tuh ya, orang yang jagain orang sakit itu harus sehat biar enggak ikutan sakit"

"Alasan saja kaoo, perut tuh buncit" Bang Jeje menunjuk perut Hanna.

Hanna diam, menatap Bang Jeje datar. Sirine di kepala Bang Jeje mulai berbunyi, siaga 1.

"Eh eh tapi udah enggak buncit sih lo sekarang, wah makin sayang nih gue jadinya" Bang Jeje tersenyu manis.

"Han, buayanya mulai berulah tuh. Kalau udah sehat kandangin ya" Hanna nangis, saking terlalu capeknya ketawa dengar Mama Nia bialng begitu.

Bang Jeje diam. Udah pokoknya kalau mamanya yang ngomong dia enggak sanggup buka mulut.

"Mama belum tidur dari semalem, pulang aja dulu ma istirahat. Udah ada Hanna disini" Mama Nia senyum, anaknya emang paling peka.

"Okey mama pulang ya mau tidur dulu, kamu jangan macem-macem sama Hanna. Kalau dia macem-macem sambit aja mulutnya Han"

"Ay ay siap kapten" Hanna memberi hormat.

"Mama pulang, jangan lupa diminum obatnya. Nanti balik kesini mau titip apa ?"

"Kopi, latte ya"

"Okey, Han titip ya"

"Beres ma"

"Cium enggak ?" tanya Mama Nia sambil melirik Bang Jeje.

"Malu ma, ada Hanna" Mama Nia dan Hanna ketawa, anak bujang Mama Nia satu-satunya ini luluh dihadapan seorang Hanna.





____________

HALOO SETELAH SEKIAN PURNAMA BARU BISA UPDATE HEHEHH MAAF YOO

KEDEPANNYA KUUSAHAKAN TIAP MINGGU AKAN UPDATE.

TENGKYUU :)

Teman (Katanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang