Death Dream and Reality

1.3K 137 29
                                    

Kuroko Tetsuya berdiri di atas sebuah gedung kampus dengan mata terpejam. Saat kedua kelopak matanya terbuka, sosok lelaki yang mirip dengannya terlihat. Mata biru yang dipenuhi air mata, tubuhnya yang lebam dengan mata sembab dan sangat jelas ia masih menangis. Sosok itu mirip sekali dengan Tetsuya, hanya saja warna rambutnya benar-benar biru, begitu pula warna mata yang senada dengan rambutnya.

"Kenapa...?" bisik lelaki biru itu.

Tetsuya menggaruk tengkuknya kebingungan. Dia melihat lelaki biru dengan mata sendu itu, namun dia tidak merasa lelaki itu sedang menatapnya.

"Kenapa ini yang terjadi padaku...?" tangis lelaki biru itu.

Seolah merasakan rasa sakit yang sama, Tetsuya menggerakkan kakinya mendekati lelaki biru bermata sedih itu. Sebelum Tetsuya melangkah lebih dekat lgi, lelaki biru itu mundur beberapa langkah.

"Huh? Hei jangan mundur!!!" teriak Tetsuya panik melihat lelaki itu melangkah mundur.

Suara Tetsuya seolah tidak terdengar. Entah darimana, anak-anak perkuliahan berlari menuju ke atap itu tepat ke arah lelaki biru yang melangkah semakin mundur. Kaki Tetsuya seolah dirantai dan membuatnya tidak bisa melangkah lebih jauh.

"Tidak! Jangan melangkah mundur lagi!!!" teriak Tetsuya melihat kaki lelaki itu sudah berada di ujung atap.

Entah hanya bayangan Tetsuya atau bagaimana, lelaki itu tersenyum tipis.

"Lebih baik... aku mati... benarkan...?" gumamnya.

Tetsuya berusaha menggapainya, namun jaraknya dengan lelaki itu malah semakin menjauh. Tetsuya jatuh berlutut ketika ia melihat lelaki biru itu terjatuh dari gedung tinggi kampus itu. Tepat di depan matanya.

÷×÷×
Reality...
÷×÷×

Kedua bola mata Tetsuya yang mulanya terlapisi kelopak matanya kini terbuka lebar. Keringat dingin mengalir deras di sekujur tubuhnya. Sebagai polisi, Tetsuya sangat tidak bisa melihat kejadian bunuh diri tepat di depan matanya.

"Mi-mimpi..." gumam Tetsuya dengan tubuh bergetar.

"Mama molning!" Cleo meloncat ke atas Tetsuya kemudian memberikan kecupan selamat pagi untuk Tetsuya.

Melihat seberapa manis putranya, Tetsuya tersenyum kecil. Mimpi tadi terasa sangat nyata. Rasanya aneh jika menganggap semua itu hanya mimpi belaka.

"Morning pangeran kecil," senyum Tetsuya.

Cleo menampilkan senyuman lebarnya kemudian mengulurkan tangannya meminta pelukan hangat dari Tetsuya. Tetsuya yang mengerti segera mengangkat tubuh kecil putranya.

"Ayo mandi, kau harus ke sekolah hari ini," kata Tetsuya.

Tetsuya memang hidup sederhana, namun dia memiliki cukup uang dari hasil kerja kerasnya sebagai polisi untuk menyekolahkan putranya yang baru berusia tiga tahun. Setidaknya di taman kanak-kanak.

"Cleo mau ikut Mama," rengek Cleo untuk kesekian kalinya.

Ini bukan pertama kalinya Cleo merengek ingin ikut dalam pekerjaan Tetsuya, namun tetap saja Tetsuya tidak bisa mengijinkan Cleo. Selain karena atasannya sudah pasti tidak mengijinkan, Cleo juga masih sangat kecil sementara pekerjaannya ini membahayakan.

"Cleo boleh ikut kalau sudah dewasa nanti," kata Tetsuya.

Entah mengapa, kali ini Cleo hanya mengiyakan tanpa protes. Padahal biasanya, Cleo akan merengek soal itu dan merajuk seharian penuh. Tetsuya tersenyum lembut ketika melihat Cleo sangat menurut hari ini. Tetsuya tidak begitu memusingkannya, baginya malah bagus Cleo tidak merengek hari ini.

Living Second Chance |AkaKuro|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang